11. origami

30 17 3
                                    


malam itu Keyva menatap langit malam dan hujan dari balik jendela kamarnya.
"Arsen harus sembuh" tekad Keyva, ia terus menelusuri dan membaca dengan teliti informasi tentang obat kanker otak.

"Arsen harus sembuh" tekad Keyva, ia terus menelusuri dan membaca dengan teliti informasi tentang obat kanker otak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"umur yang panjang?" kaget Keyva kegirangan.

"Doa akan terkabul?!" pekiknya senang.
ia beranjak turun dari kasurnya menghampiri meja belajarnya dan membuka lacinya.
ia bersyukur karena ada banyak origami di lacinya. ia kembali duduk di kasurnya dan mencoba melipat origami origami itu menjadi burung bangau.
jam sudah menunjukkan pukul 23.32
Keyva menguap untuk sekian kalinya. ia memasukkan burung origami itu kedalam sebuah kardus lalu menyimpannya di sudut kamar.
ia merebahkan tubuhnya yang letih meraih handphone-nya dan membuka WhatsApp.
"Arsen udah tidur" pikirannya melihat kontak Arsen.
dering telepon berbunyi, ia memutar bola matanya.
"Kenapa belum tidur?" tanya Arsen dengan suara yang masih segar.
"Ehm... Besok aja gue kasih tau, sekarang mau istirahat" ucap Keyva terdengar lesu.
"Yaudah istirahat, jangan dimatikan teleponnya ya cantik" balas Arsen lembut.
Keyva hanya menjawab dengan gumaman, matanya terasa berat untuk dibuka.

-

Ntah apa yang dikerjakannya, suaranya terdengar sangat lesu.
Arsen tersenyum mengingat pertama kali mereka bertemu di lorong kampus.
gadis itu cerdas, whatever, ceplas-ceplos dan tidak bisa menahan emosinya sendiri. Ia semakin tersenyum saat mengingat Keyva menjulukinya sebagai kulkas. Namun senyuman manis itu memudar, mengingat dirinya sedang sakit, sakit yang susah disembuhkan. Kanker otak stadium 3.

-

"Keyva... bangun" ucap Arsen saat jam menunjukkan pukul 08.45.
Keyva pasti ada kelas hari ini, batin Arsen. belum ada jawaban, saat Arsen hendak memanggilnya lagi suara gumaman terdengar.
"Ehmm... gue gak suka Ray" gumaman itu terdengar sangat jelas, Arsen tertegun sejenak,
"Gue gak suka Ray" ulangnya mencoba berfikir.
"Buket coklatnya gue kasih ke temen gue tadi" lanjut Keyva. Arsen tidak tahu gadis itu sedang mengigau atau dalam keadaan sadar.
"Keyva..." panggil Arsen lagi pelan.
"Gue gak suka Lo!, gue udah jadi milik Arsen.. untuk selamanya." Arsen kembali terkejut mendengar suara gadis itu. Namun perlahan ia tersenyum, gadis secantik Keyva sangat setia dan tulus mencintai pria seperti dirinya yang berpenyakit.
"Keyva..."

Keyva terkisap saat mendengar suara Arsen.
ia menatap handphone yang sedang ia genggam. sejak kapan gue megang handphone-nya?, batin Keyva terkejut.
"I-iya" sahut Keyva, ia menggigit bibir bawahnya dan memejamkan matanya.
"Udah sadar atau mau lanjut mengigau?" tanya Arsen sambil tertawa kecil.
Keyva mengumpat dalam batinnya, bener kan gue ngigau, erang Keyva. ia tak menjawab, terlalu malu untuk mengungkapkan sepatah kata lagi.
"Udah sana mandi" suruh Arsen akhirnya.
"iyaa, gue matiin ya?" tanya Keyva ragu
"Gausah, nanti aja" tolak Arsen.
Keyva hanya menyahutnya dengan gumaman, ia berjalan ke kamar mandi meninggalkan handphonenya diatas kasur.



"Jenguk Arsen bentar aja ya, habis tu kerumah gue" pinta Keyva saat ia menyetir Mazda 3 putihnya.
"Why?" Bingung Alena, karna biasanya Keyva lah yang betah berlama-lama di ruangan Arsen.
"Ada yang harus kita kerjain" jawab Keyva tersenyum.
"Kita?" bingung Alena lagi.
Keyva hanya mengangguk dan memarkirkan mobilnya di parkiran kampus.
Mereka turun dan langsung berjalan dengan langkah dilebarkan selebar mungkin, beberapa menit lagi Prof. Rere masuk.
mereka masuk kedalam kelas dan duduk di kursi pojok.
"Good afternoon" sapa Prof. Rere, ia berjalan dengan langkah tegapnya menghampiri meja. seisi kelas menjawab sapaan Prof. Rere dengan semangat. Prof. Rere adalah dosen terbaik dibandingkan dosen dosen lainnya, Prof. Rere bersama Prof. Chika adalah dosen favorit di kampus itu.
"This afternoon we are relaxed because your thesis is going smoothly" lanjut Prof. Rere tersenyum, ia menyalakan laptop berlogo Apple itu. Semua tersenyum senang karna skripsi mereka yang lancar.

"Ngapain aja tadi malam Key?" tanya Arsen saat melihat gadis cantik dengan rambut terurai itu masuk kedalam ruang rawatnya.
"Bikin burung origami" jawab Keyva dengan sengiran kuda-kuda.
Arsen mengangkat satu alisnya, bingung. Raut wajahnya juga seperti kebingungan tidak paham.
"Katanya kalo seseorang berhasil membuat 1000 burung origami, doanya akan terkabul dan diberikan umur panjang" jelas Keyva senang.
"Cih percaya Lo cil?" ledek Arsen.
Keyva berdecak kesal, "Itu gue lakuin demi Lo" kesalnya menatap sinis Arsen.
"Itu mitos Key... Hoax" Balas Arsen tersenyum.
"Gak ada salahnya mencoba" sahut Keyva tak mau kalah. Arsen menghela nafas dan tersenyum menatap gadis itu yang merengut.
"Yaudah ayok gue bantuin" ucap Arsen mengalah. Keyva tersenyum menang dan mengangguk. ia berjalan keluar ruang rawat Arsen dan melewati lorong rumah sakit.
"Mau kemana?" tanya Alena yang sedang menikmati makan siang bersama Arlo di cafe sebalah rumah sakit itu.
"Ngambil barang, ntar gue kesini lagi" jawab Keyva langsung masuk kedalam mobilnya.
Alena hanya mengangguk angguk.

Keyva terkisap saat sebuah motor ninja menyelip mobilnya yang tengah berkendara dengan tenang. "Mau ngajak balapan?" tanya Keyva lantang saat ia membuka kaca mobilnya.
betapa terkejutnya ia melihat pria itu, Ray.
Ray menatapnya datar seolah menantang.
"Brengsek" umpat Keyva melihat jerapah itu.
"Kalo gue menang, Lo harus jadi pacar gue" ucap Ray tersenyum.
"Kalo Lo kalah, Lo jadi babu gue 1 bulan" balas Keyva menatap tajam Ray. Ray mengangguk.
"deal" ucap mereka kompak.

one
two
go!!

Ninja Ray bergerak gesit, Keyva hanya tertawa kecil, ia menancap gas mobilnya.
Ia tahu Ray pasti sudah merencanakan ini. karna tidak mungkin ini hanyalah kebetulan mereka bertemu di jalan yang lumayan sepi dan mulus.

Tepat di depan Public Alementary Cchool. Keyva menghentikan mobilnya dan tersenyum senang. "congratulations babu" pekiknya saat ia membuka pintu mobilnya dan keluar dengan senyum mengejek. Ray berdecak kesal dan menutup kaca helmnya menancap gas dan pergi meninggalkannya Keyva.
Keyva hanya menggelengkan kepalanya, ntah apa yang pria jerapah itu pikirkan.

"Kok lama?" protes Arsen saat Keyva membuka pintu ruang rawatnya. Alena dan Arlo tengah duduk di sofa menemani Arsen.
"Gue balapan sama jerapah" sahut Keyva enteng.
"Ray!?" kaget Alena tak percaya.
Keyva mengangguk mantap.
"Kalo dia menang gue jadi pacarnya, dan kalo dia kalah, dia jadi babu gue"
"Alhasil gue menang, lumayan ada babu selama sebulan" lanjut Keyva yang membuat Arlo bergedik ngeri. Gadis cantik seperti Keyva yang kebanyakan dari 98% mereka feminim dan, yahh, lebay. tapi Keyva berbeda, ia gadis cantik yang tidak takut pada apapun sepertinya. batin Arsen geli. Keyva membawa sebuah kotak. Lalu ia membukanya dan beberapa bentuk burung origami tersusun.

Seribu burung Origami [Terbit] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang