Pada sore hari, Tara kembali ke mansion atas permintaan keponakannya. Keponakannya mengatakan bahwa dia mengalami kesulitan saat mengerjakan pekerjaan rumah dan meminta bantuannya.
Karena hari ini adalah hari libur jadi keponakannya berada di mansion seharian penuh.
"Kenapa kau tidak keluar? Bermain bersama dengan teman-teman-mu. Bukankah hari ini adalah hari libur." Tara berkata sambil mendudukkan dirinya di samping pemuda, yang tengah mengerjakan pekerjaan rumah.
Eidan menjawab sambil menatap lembut paman kecilnya, "Aku tidak memiliki teman. Lagi pula tidak ada gunanya bermain."
Tara menatap datar, dia mendengus. Pemuda ini tidak jauh dari sifat ayahnya saat masih sekolah, benar-benar membosankan.
Dia tidak mengerti, kenapa kakaknya harus mendapatkan suami seperti pria itu, yang berbanding jauh dengan sifatnya.
"Kau dan ayahmu sama saja."
Eidan tertawa kecil, kemudian dia menidurkan tubuhnya dengan kepalanya dia taruh di pangkuan paman kecil, lalu berkata, "Paman, tolong kerjakan semuanya. Aku ingin tidur sebentar."
"Hei, bagaimana bisa seperti ini? Kau yang sekolah bukan aku." Kata Tara mendengus kesal, tetapi pria itu tetap melakukannya sambil mengusap lembut Surai hitam pemuda.
Eidan tidak menanggapi, dia hanya menikmati tindakan yang dilakukan paman kecilnya.
Dua puluh menit kemudian, Tara meregangkan otot tubuhnya yang kaku akibat melakukan pekerjaan rumah. Dia tersenyum lebar begitu melihat pekerjaan rumah milik keponakannya telah selesai.
Kemudian dia membangunkan pemuda itu dengan cara menepuk pelan pipinya, tetapi dia hanya mendapatkan gumaman.
Tara menghela nafas berat, dan berkata, "Eidan, tugas-mu sudah selesai paman kerjakan. Cepat bangun, paman merasa pegal."
Dengan tidak rela pemuda itu beranjak bangun dari pangkuan, dia menguap sebentar, wajahnya yang masih mengantuk menatap paman kecilnya.
"Terima kasih, paman."
"Mn. Periksa terlebih dulu, takut ada yang terlewat." Tara mengusap lengan atas pemuda.
"Mn." Kemudian pemuda itu menurut, dia mengambil buku tersebut dan memeriksanya.
Matanya sedikit terkejut saat melihat pekerjaan rumahnya, semua pertanyaan yang menurutnya susah untuk dijawab dengan mudah paman kecilnya diselesaikan.
Dia langsung menatap paman kecilnya, dan bertanya, "Aku tidak tahu bahwa paman sangat pintar."
Tara hanya tersenyum tipis sambil mengusap kepala pemuda.
Tentu saja dia sangat pintar, di masa lalu walaupun dia adalah siswa yang paling nakal, tetapi kecerdasannya sangat tinggi. Dia merupakan siswa terpintar nomor dua di sekolahnya.
"Bagaimana paman kecil melakukannya?" Eidan bertanya sambil terus meneliti jawaban tersebut.
"Rahasia."
Eidan memutar bola matanya malas dan mendengus.
Tara yang melihat itu, tertawa ringan. Kemudian dia berkata, "Eidan, bagaimana luka-mu, apakah sudah sembuh?"
"Paman bisa melihatnya sendiri." Eidan beranjak berdiri dan menghadap pihak lain.
Tara tertegun, dia mendongak menatap pemuda itu.
"Kenapa diam? Bukankah paman ingin melihat luka-ku? Bukalah sendiri."
Dengan kaku Tara mengangkat pakaian pemuda itu, dia terpukau melihat tubuh indah pihak lain, terdapat otot perut di sana. Dia tidak menyangka bahwa pemuda itu memiliki postur tubuh sangat bagus, jika dia seorang gadis mungkin akan menyukainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Membuat Pembully Jatuh Cinta (Tamat)
Novela JuvenilTara Montenegro sangat terkejut saat melihat dirinya di dalam cermin, penampilannya berubah kembali menjadi seorang pemuda berusia tujuh belas tahun. Bagaimana bisa ini terjadi? Apakah efek dari minum susu kotak? pemberian dari seorang wanita tua ya...