Empat hari kemudian. Hari ini adalah hari dimana pertandingan basket antara tim Tara dan tim Morrigan.
Ketika jam pelajaran berlangsung. Pikiran Tara tidak fokus, dia memikirkan tentang pertandingan. Bagaimana jika timnya kalah dan Morrigan meminta hal yang aneh-aneh?
Lalu bagaimana jika Morrigan mengingkari janjinya?
Memikirkan hal tersebut. Membuatnya kepalanya sedikit pening, kedua tangannya terangkat untuk mengusap lembut keningnya.
Bel istirahat berbunyi. Tara dan yang lainnya segera pergi ke kantin.
Setelah beberapa saat mengantri, mereka langsung mencari tempat duduk kosong. Secara kebetulan mereka mendapatkannya yang berada di pojok kantin.
Pada saat Tara tengah makan. Rania yang duduk di samping, berbisik padanya dengan wajah memerah, "Eidan kemari."
Tara mendongak, mengerutkan alisnya melihat Eidan membawa nampan berisi makanan. Dalam hatinya berkata.
Tumben sekali, anak itu datang ke kantin.
"Hi. Bolehkah aku duduk di sini?" Eidan bertanya dengan menatap Tara.
"Tentu silahkan." Tara tersenyum tipis. Dia merasa lega karena sepertinya pemuda itu mulai bergaul dengan yang lain.
"Tara, terima kasih untuk sarannya." Eidan tersenyum tipis.
Tara tertegun sejenak. Ini pertama kalinya dia melihat pemuda itu tersenyum di depan umum. Dan yang membuat semakin tertegun adalah ketika pemuda itu menyebut namanya.
"Tidak masalah. Bagaimana, apa orang yang kau sukai masih merajuk padamu atau tidak?"
"Tidak. Dia sangat menyukainya. Aku membelikan guci antik untuknya." Eidan berkata dengan wajah yang terlihat bahagia.
Begitu mendengar tersebut, Tara terdiam sejenak. Tunggu, bukankah pemuda itu juga membelikan guci antik untuknya?
Wajah Tara menjadi murung saat memikirkan sesuatu. Ternyata keponakannya membelikan guci antik bukan untuk dirinya saja, tetapi orang lain juga.
Tiba-tiba suasana hatinya menjadi buruk. Dia berkata dengan ketus, "Oh, itu bagus."
"Ya. Terima kasih."
Tara langsung menatap Rania saat gadis itu kembali berbisik padanya.
"Siapa yang disukai Eidan? Apa itu seorang gadis?" Wajah Rania terlihat murung ketika bertanya seperti itu.
"Mungkin." Tara mengangkat bahunya acuh.
Karena suasana hatinya menjadi buruk. Tara beranjak berdiri, dan berkata, "Aku selesai. Aku pergi dulu."
Eidan dan yang lainnya menatap bingung Tara. Yoshua bertanya, "Hei. Ada apa dengannya? Dia terlihat kesal."
"Aku tidak tahu." Rania mengangkat bahunya.
"Mungkin, dia dalam suasana hati yang buruk. Biarkan saja, jangan ganggu dia." Hana berkata biasa.
Rania dan Yoshua mengangguk.
Sedangkan Eidan mengusap belakang kepalanya, Wajahnya benar-benar kebingungan.
......
Di dalam toilet pria, Tara mengumpat tidak jelas menatap cermin. Dia merasa kesal terhadap keponakannya, bagaimana bisa pemuda itu membelikan barang yang sama dengan orang disukainya? Benar-benar tidak masuk akal.
Kemudian Tara membasuh wajahnya agar merasa tenang. Ketika dia tengah larut dengan kegiatan tersebut, pintu toilet terbuka, seorang pemuda tinggi masuk. Pemuda itu langsung bersandar pada salah satu cubicle toilet.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Membuat Pembully Jatuh Cinta (Tamat)
Ficção AdolescenteTara Montenegro sangat terkejut saat melihat dirinya di dalam cermin, penampilannya berubah kembali menjadi seorang pemuda berusia tujuh belas tahun. Bagaimana bisa ini terjadi? Apakah efek dari minum susu kotak? pemberian dari seorang wanita tua ya...