Tara berdehem pelan, dia langsung memalingkan wajahnya tidak berani menatap pemuda itu. Pihak lain seperti ingin memakannya hidup-hidup.
Morrigan berjalan mendekati, dan duduk di sofa berhadapan dengan Tara. Wajahnya tanpa ekspresi menatap pria mungil itu.
Suasana di ruang tamu tersebut sangat tidak begitu baik. Pemuda berkulit Tan menatap tajam pria mungil.
Tara meremas celananya, dia tidak tahan dengan suasana canggung seperti ini.
Jadi, dia menatap pemuda itu dengan kaku, lalu bertanya dengan suara gugup sambil tersenyum tipis, "Bagaimana kabar ... "
Belum sempat melanjutkan perkataannya. Pihak lain langsung memotong dengan suara dingin, "Kau sudah tahu. Aku tidak baik-baik saja. Tidak perlu bertanya."
Tara tertawa canggung. Tetapi tawa tersebut langsung terhenti begitu kembali mendengar suara dingin pemuda itu.
"Apa yang kau tertawa-kan?"
"Ah. Tidak ada. Mn, apa kau mengingatku?"
"Ya."
Tara tertegun sejenak, dia berpikir bahwa pemuda itu mengingatnya saat menjadi pemuda berusia tujuh belas tahun.
"Kau adalah Paman Tara. Orang yang merawat-ku, bukan begitu? Ibuku yang mengatakan."
Tara menghela nafas lega. Sepertinya dia masih aman karena pemuda itu tidak mengetahuinya bahwa dia adalah kekasihnya beberapa bulan yang lalu.
Tara tersenyum tipis, dan berkata "Kau sudah besar."
"Tentu. Aku bahkan sudah bisa membuat pria mungil seperti-mu mengerang nikmat di bawah kendaliku."
Tubuh Tara menegang. Dia langsung memalingkan wajahnya sambil tertawa canggung, lalu berkata, "Ya. Kau benar, kau pasti sudah memiliki kekasih."
Wajah Morrigan semakin dingin, tanpa ekspresi menjawab, "Tentu. Tetapi, dia meninggalkan-ku begitu saja."
Wajah Tara sedikit berubah, dia tidak tahan dengan suasana seperti ini. Berharap wanita itu segera kembali.
Tara berdehem pelan, mencoba untuk menatap pemuda itu dan menanggapi, "Kenapa dia meninggalkan-mu?"
"Aku tidak tahu. Yang aku tahu, ketika bertemu dengannya, aku akan menghukum dia sampai tidak bisa berjalan selama lima bulan."
Tubuh Tara kembali menegang. Dia hanya bisa tertawa canggung. Hening beberapa saat, kemudian dia tersentak kaget begitu mendengar suara berat Morrigan.
"Lalu, bagaimana kabarmu, Paman Tara?"
Tara mengangkat wajahnya, dan tersenyum tipis, lalu menjawab dengan gugup, "Aku baik-baik saja."
Morrigan menaikkan salah satu alisnya, "Kau tidak merasa bersalah?"
"Huh?"
Tidak lama kemudian. Suara langkah sepatu terdengar. Wanita yang ditunggu-tunggu Tara akhirnya kembali. Dia langsung menghela nafas lega merasa tenang.
"Apa ini? Kenapa kalian saling diam? Bukankah di masa lalu kalian sangat mesra?" Meimei berkata sambil duduk di samping Morrigan.
Tara dan Morrigan sedikit mengalami keterkejutan.
Morrigan bertanya, dengan menarik sudut bibirnya, "Benarkah, mom?"
Meimei mengangguk, "Ya. Ketika kau masih kecil. Paman Tara yang merawat-mu, karena aku sangat sibuk waktu itu. Kalian sangat dekat sampai dirimu merengek tidak ingin di tinggalkan oleh Paman Tara."
"Bukankah begitu, adik kecil?"
Tara tersenyum canggung, dan berkata, "Maaf aku tidak ingat. Aku memiliki ingatan buruk."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Membuat Pembully Jatuh Cinta (Tamat)
Novela JuvenilTara Montenegro sangat terkejut saat melihat dirinya di dalam cermin, penampilannya berubah kembali menjadi seorang pemuda berusia tujuh belas tahun. Bagaimana bisa ini terjadi? Apakah efek dari minum susu kotak? pemberian dari seorang wanita tua ya...