Bab 07 : Kita tidak berteman

23.9K 1.8K 10
                                    

Seakan tersadar apa yang dikatakannya, Eidan berdehem keras dan merubah raut wajahnya kembali tanpa ekspresi.

Melihat itu, Tara terkekeh geli, ketika dia hendak merangkul lengannya, pihak lain langsung menghindar membuat dia tertegun sejenak.

Tara mendengus kesal, saat dia akan mengatakan sesuatu. Tiba-tiba suara seorang pemuda membuat dia mengurungkan niat tersebut. Keduanya langsung mengalihkan pandangannya pada asal suara itu.

"Kebetulan sekali, kita bertemu di sini, Eidan Haden." Pemuda itu menyeringai.

Tara mengerutkan alisnya, menatap bingung pemuda itu dan beberapa pemuda lain di belakangnya. Dia bertanya-tanya dalam benaknya, siapa mereka? Apakah mereka juga menindas keponakannya?

"Ada apa? Aku tidak ada urusan dengan-mu." Eidan berkata dingin dengan wajah tanpa ekspresi.

"Tidak ada kau bilang?! Henry, katakan yang sebenarnya kita datang kemari!" Pemuda berkulit cokelat gelap itu meraung kesal.

Henry salah satu teman pemuda itu maju satu langkah, dia berkata dengan wajah seperti orang kesakitan, "Dia yang sudah membuatku harus pergi ke rumah sakit."

Mendengar penuturan tersebut, Tara mengerutkan alisnya, dia mengalihkan pandangannya pada Eidan.

"Bukankah kau yang memulainya? Kau menantang-ku untuk berduel meskipun aku tidak ingin, kau terus memaksa dan menyerang-ku dengan cara menusuk perut-ku. Kenapa kau seolah-olah aku yang menyerang-mu terlebih dulu?" Eidan berkata sambil mendengus dingin.

Henry terkejut wajahnya sedikit panik, dengan gugup dia berkata sambil menunjuk pemuda itu, "Apa maksudmu? Kau yang memulai lebih dulu, menghajar perutku."

Tara bisa melihat penampilan pemuda itu terlihat menyedihkan, beberapa perban menempel pada tubuhnya.

"Aku tidak pernah menyinggung-mu. Jadi, aku ingin bertanya, kenapa kau mengajakku untuk berduel?"

"I-itu karena gadis yang aku sukai, menyukai-mu! Sialan!" Henry meraung.

Eidan hanya menatapnya tanpa ekspresi saat mendengarnya.

Terlalu bodoh.

Tara merubah raut wajahnya menjadi jelek saat mendengar alasannya, hanya karena itu keponakannya tertusuk. Dia berpikir sejenak, seperti apa gadis yang di sukai pihak lain? Kenapa keponakannya yang di salahkan?

Dengan wajah geram, dia segera membuka suaranya, dan membela keponakannya, "Hei, dia tidak salah. Hanya karena gadis yang kau sukai menyukainya, haruskah kau menusuknya?"

Leonardo pemuda berkulit cokelat gelap itu dan lainnya, langsung mengalihkan pandangannya pada Tara.

Leonardo mengerutkan alisnya, terdiam sejenak menatap pemuda itu, kemudian menarik sudut bibirnya, dan berkata, "Siapa kau? Oh apa kau kekasihnya? Ternyata selera seorang Eidan cukup bagus."

"Aku bukan kekasihnya, aku adalah pa-" Tersadar apa yang ingin dikatakannya, Tara langsung terdiam sejenak, dan kembali berkata, "Aku temannya."

"Kita tidak berteman." Eidan menimpali dengan wajah tanpa ekspresi.

Tara langsung menatap pemuda itu, dan mendengus kesal.

Leonardo menaikkan salah satu alisnya, menatap aneh, kemudian dia tertawa ringan, "Benarkah? Jika seperti itu, hei cantik bagaimana kalau kau menjadi kekasihku? Siapa namamu cantik?"

"Menjijikan." Tara menatap datar.

Leonardo langsung tertawa ringan, lalu berkata, "Menarik. Cantik, jika tidak suka tipe seperti-ku. Kau bisa memilih diantara ketiga temanku, bukankah mereka bagus semua?"

Tara menahan tawa, dia akui bahwa pemuda berkulit cokelat gelap dan pemuda perban memiliki penampilan bagus sedangkan untuk yang lainnya kurang menarik.

"Membicarakan soal tipeku adalah seorang gadis cantik."

Tara mengerutkan alisnya saat melihat reaksi pihak lain terlihat sangat terkejut, dia kemudian berkata, "Oh, maaf. Apa aku membuat kalian terkejut?"

"Tunggu, bukankah kau seorang gadis bagaimana bisa gadis berpacaran dengan gadis lagi? Siapa yang akan di masuki." Sahut pemuda lain, dan yang lainnya ikut tertawa mendengar kata-katanya.

"Apa menurutmu aku seorang gadis?"

Keempat pemuda itu langsung terdiam, Leonardo berpikir sejenak, lalu membalas, "Jadi, kau bukan seorang gadis? Kau laki-laki? Tetapi penampilan-mu terlihat seperti seorang gadis tomboi."

"Big brother, mungkinkah dia ... " Pemuda lain menimpali sambil menggerakkan dua jarinya.

Leonardo dan teman-temannya langsung tertawa keras, tawa tersebut merupakan ejekan.

Tara mengepalkan tangannya, dengan wajah memerah karena marah, dia langsung menghampiri pemuda yang mengatakan dia adalah seorang waria. Dia mengangkat kakinya, dan menendang dada pemuda itu dengan keras sehingga membuatnya terlempar lalu terjatuh.

Leonardo dan yang lainnya tercengang, mereka tidak menyangka akan mendapatkan serangan secara mendadak, kemudian dia mengalihkan pandangannya pada temannya yang tengah kesakitan sambil memegang dadanya.

"Kau!" Pemuda lain menatap geram, tanpa berpikir panjang dia langsung menyerang pihak lain, tetapi Tara dengan mudah menghindari dan meninju wajah pemuda itu.

Melihat kedua temannya kalah dari pemuda itu, Leonardo meraung marah, dia langsung memerintahkan teman lainnya untuk menyerang keduanya, Eidan dan Tara.

Hingga terjadilah aksi perkelahian.

Sepuluh menit kemudian, Tara meregangkan otot-ototnya, dia menarik sudut bibirnya begitu melihat Leonardo dan pemuda lainnya terkapar tidak berdaya.

"Mulai sekarang, jika kalian mengganggu dia lagi, kalian akan berhadapan denganku." Tara melirik keponakannya.

"Mari kita pergi." Tara langsung menarik lengan pemuda itu, karena pihak lain mendapatkan luka akibat perkelahian yang baru saja terjadi, jadi tidak ada penolakan.

......

"Terima kasih, lain kali kau tidak perlu membantuku." Eidan berkata acuh sambil mengompres lukanya dengan handuk kecil basah.

Tara menghela nafas panjang, dia hanya mengangguk sebagai jawaban. Tetapi dalam benaknya, dia akan terus membantunya, tidak lebih tepatnya melindunginya.

"Kenapa kau tidak pulang?" Eidan melirik sedikit pemuda itu.

Tara menjawab dengan biasa, "Aku ingin pulang bersama-mu."

Eidan menghentikan tindakannya, dia terdiam sejenak, kemudian kembali melanjutkan tindakan mengompres sambil berkata acuh, "Aku ada urusan. Kau pulanglah lebih dulu."

Tara memutar bola matanya malas, kenapa pemuda itu sikapnya sangat dingin dan sedikit keras kepala, dengan terpaksa dia beranjak dari duduknya.

"Baiklah. Aku pulang, besok dan seterusnya kita berteman." Tara langsung melenggang pergi tanpa mendengar pihak lain menanggapi.

Eidan mengangkat wajahnya, menatap pihak lain yang sudah pergi jauh, dia bergumam, "Kita tidak berteman."

Lima belas menit menit kemudian.

Tara tidak sepenuhnya benar-benar pulang, dia bersembunyi dan mengikuti keponakannya secara diam-diam. Dia mengerutkan alisnya, begitu melihat pemuda itu memasuki sebuah ruangan, tertulis pada pintu ruangan tersebut adalah kesenian.

Tara tidak akan langsung masuk begitu saja, dia ingin menunggu pemuda itu keluar. Tetapi sudah sepuluh menit, dan waktu sudah menunjukkan hampir jam setengah tujuh. Tetapi pemuda itu tidak kunjung keluar.

Dengan rasa penasaran dia langsung membuka pintu ruangan tersebut secara perlahan, ketika dia masuk, telinganya langsung menangkap sebuah suara melodi yang sangat indah.

Suara melodi tersebut merupakan suara alat musik piano. Jadi, apakah keponakannya selalu bermain piano pada jam seperti ini?

Tara terdiam saat melihat keponakannya bermain piano dengan membelakanginya, pemuda itu terlihat sangat tampan, yang mengejutkan adalah pihak lain membuka kacamatanya.

Bersambung. 

Aku Membuat Pembully Jatuh Cinta (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang