PART 25 | RUSH

345 30 2
                                    

•CRAZY RICH•

•RUSH•

Fast Forward

"I'm scared... This is my first time."

"It's okay. Doctors would take care of you really well. He's known for this," balas Ricky pelan. Sebelum akhirnya dokter tiba bersama tim menjemput Sarah untuk dibawa ke ruang bersalin.

"Kalian bisa ikut atau menunggu di sini. Pasien tidak akan lama di ruangan bersalin. Atau mungkin mau menunggu di tempat lain, terserah."

"Kami ikut saja," balas Jiwoong dan perawat yang bertugas mengangguk.

Mereka bertiga, Jiwoong, Ricky dan Sarah beserta tim medis pergi ke ruang bersalin. Jiwoong melihat Ricky yang entah kenapa nampak begitu santai seakan tak terjadi apapun. Berbeda dengan Jiwoong yang mengkhawatirkan Sarah dan anaknya. Ia bahkan sejak tadi pagi merasa tidak enak badan ketika harus mengantar sarah ke rumah sakit karena memang sudah harinya Sarah untuk melahirkan.

"Kalian tunggu di sini saja. Kalian boleh melihat bayinya kalau salah satu staf menjemput kalian," kata dokter yang menangani dan Jiwoong mengangguk lalu menyeret Ricky untuk duduk.

"Kenapa kamu tampak santai sekali?" tanya Jiwoong dan Ricky mengendikkan bahunya.

"Aku tahu dia tidak akan kenapa-kenapa. Kita bayar mahal untuk ini, sudah sepantasnya tidak ada kendala untuk hal sederhana seperti ini. Bukan begitu?" balas Ricky dan Jiwoong mengangguk setuju. Jiwoong berpikir apa yang dikatakan Ricky benar adanya. Mereka membayar kurang lebih 70 ribu dolar untuk inseminasi hingga melahirkan. Memang seharusnya hal ini membuat semuanya menjadi lancar.

(70 ribu dolar kurang lebih sekitar 735 juta-an)

"Aku harap aku bisa sesantai kamu," keluh Jiwoong dan Ricky mengulurkan tangannya untuk mengelus-elus rambut Jiwoong.

"Gapapa kak, cuma sebentar kok. Pasti sebentar lagi akan selesai. Dia akan baik-baik saja," kata Ricky menenangkan. Jiwoong memilih merangkul Ricky dan menyandarkan kepalanya pada bahu Ricky.

"Apakah kita bisa jadi orangtua untuk dia? Aku merasa siap tapi aku takut salah melangkah," tanya Jiwoong mengeluh. Ricky sendiri hanya diam. Kali ini Ricky tak mengatakan apa-apa karena ia sendiri bahkan menurutnya masih terlalu muda untuk memiliki anak. Berbeda dengan Jiwoong yang memang sudah usianya untuk memiliki buah hati.

"Lalu nanti siapa yang akan menjaganya?" tanya Jiwoong bimbang. Sebenarnya Jiwoong sendiri berencana untuk berhenti bekerja dan ganti mengurusi rumah. Sebenarnya tak benar-benar berhenti karena ia mungkin akan menjadi tutor di Khan Academy atau sejenisnya. Tapi ia belum membicarakannya dengan Ricky.

"Kita bisa sewa babysitter. Selama kehidupan bulan pertamanya biar kita gantian yang mengurusnya," ucap Ricky memberikan solusi namun Jiwoong malah menggeleng.

"Sebenarnya aku ada rencana untuk berhenti saja bekerja. Kurasa juga keputusan ini tepat karena kita punya bayi sekarang. Lagipula apa yang aku dapatkan tak cukup menutupi biaya hidup kita. Gajimu sebulan saja 3 kali gajiku setahun."

"Ya kalau itu yang kak Jiwoong mau aku gapapa kok."

"Sebenarnya gak benar-benar berhenti, aku berencana buat jadi tutor di Khan Academy."

"Ide bagus kak. Sayang sekali jujur rasanya karena pendidikan kakak sudah tinggi sekali dan memilih mengurusi pekerjaan rumah," jawab Ricky menutup perbincangan mereka. Jiwoong pun merasa Ricky ada benarnya.

Jiwoong kuliah hingga doktor untuk membuktikan pada orangtuanya bahwa ia mampu dalam segala hal meskipun mereka membencinya. Namun semakin lama dirinya menjalani kehidupannya bersama Ricky, ia merasa sedikit menyesal menempuh pendidikan setinggi saat ini. Karena ya dirinya akan selalu tertutupi dengan Ricky. Tapi ia tak pernah protes karena ia sudah tahu apa yang ia lakukan.

CRAZY RICH | WOONGRI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang