Prolog

111 5 0
                                    

Gadis berambut coklat itu hanya terdiam,menatap alat tes kehamilan di tangannya yang menunjukan hasil positif. Ia sudah tahu suatu saat ini akan terjadi,konsekuensi dari segala kebodohannya. Meskipun tidak terlalu kaget karena ia sudah menduganya,kalau hal ini mungkin saja terjadi tetap saja hatinya gelisah.

Ia meraih handphone nya,mengirim beberapa chat pada seseorang untuk memintanya bertemu. Tak butuh waktu lama untuk si penerima membalas dan dengan senang hati menerima ajakan bertemunya.

.

Sedari tadi gadis itu tampak gelisah,sesekali meremas ujung rok pendeknya. Ia ragu untuk mengatakannya sekarang atau tidak.
Tapi lelaki di hadapannya ini tampaknya moodnya sedang bagus,sedari tadi ia terus berceloteh bercerita tentang apapun. Senyum manisnya selalu menghiasi wajah tampannya. Membuat gadis itu urung untuk mengatakan sesuatu yang akan merusak moodnya,biarkan saja dulu. Ia bisa menundanya sampai waktu yang tepat untuk mengatakannya,bahwa ia tengah hamil.

........

"Apa lo bilang? Reyhan berangkat ke jilin hari ini? Dia gak bilang apapun sama gue,dia sempet bilang mau berangkat tapi gak ngasih tau gue kalau dia mau berangkat hari ini." Gadis itu berbicara dengan seseorang di sebrang teleponnya.

Tanpa pikir panjang ia meraih asal outernya,memasukan dompet serta handphonenya dan berlari keluar.
Ia bahkan belum mengatakannya,bahwa ia hamil dan sekarang si brengsek itu tiba-tiba pergi tanpa mengatakan apapun.

.

Dengan sekuat tenaga ia berlari menyusuri bandar udara yang luas itu,menerobos di antara ratusan orang. Berusaha menemukan sosok yang ia cari-cari,persetan soal tanggung jawab ia hanya merasa bahwa dia harus tau kehamilannya itu saja.

Tapi sayangnya pesawat tujuan ke negara china itu baru saja lepas landas beberapa menit yang lalu,ia terlambat. Gadis itu hanya bisa menunduk dengan nafas yang tak teratur,pilihan terakhirnya hanya memberitahunya lewat chat.

.

Sudah 3 hari semenjak ia memberi tahu kabar kehamilannya,tidak ada jawaban sedikitpun darinya. Beberapa kali ia berusaha mengirim pesan,sayangnya berujung dengan ia di blokir. Semua aksesnya,nomor telepon sampai semua media sosialnya. Tidak ada harapan lagi,tentu saja ia tahu ia harus menanggung semua ini sendirian.

Terlanjur kesal ia pun melakukan hal yang sama,untuk seumur hidupnya ia tidak akan pernah berhubungan lagi dengannya. Bahkan sekalipun anak ini lahir ia bersumpah tidak akan pernah mempertemukan anaknya pada bajingan itu. Ia sudah terlanjur membencinya.

=====

"Anya,gue serius." Ujar jean,gadis bernama lengkap Kanala Zivanya itu menggeleng dengan cepat.
Ia sudah berusaha mati-matian menyembunyikan kehamilannya,tapi tubuhnya yang lemah semenjak hamil tidak bisa berbohong. Ia hampir saja pingsan tadi,dan entah harus merasa beruntung atau sial jean temannya serta teman reyhan si bajingan yang meninggalkannya setelah hamil itu bertemu dengannya di jalan. Membawa anya ke rumah sakit,dan betapa terkejutnya pemuda itu ketika tahu bahwa anya tengah hamil.

Dan sekarang ia sedang mengatakan hal yang tidak masuk akal bagi anya,jean mengajaknya menikah untuk bertanggung jawab atas kehamilannya.

"Jangan gila,kita gak pernah tidur bareng dan ini bukan anak lo. Buat apa gue nikah sama lo?! Gue lebih dari mampu buat tanggung jawab sendiri." Tolak anya

"Gue tau anya,tapi gue tetap mau nikah sama lo."

"Lo gila jean,pergi sana."

"Anak lo butuh sosok ayah,anya."

"Gue bisa jadi ibu sekaligus ayah buat dia."

"Anya."

"Lo bisa pergi aja gak sih! Gue bilang pergi sana jangan ganggu gue!" Anya mulai marah,jean hanya bisa menghela nafas. Mengangguk dan pergi dari sana,ia akan berbicara lagi dengan gadis itu lain kali.

Between Us | Renjun JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang