08

12 4 0
                                    

   Reyhan kembali menyalakan mobilnya, ia memutar balik sebelum sempat mereka turun dari mobil. Moodnya untuk mengajak sasya makan malam bersama sudah hancur. Mereka meninggalkan restoran itu dan reyhan memutuskan untuk mengantar sasya pulang.

"Maaf rey." Ujar sasya

"Kamu gak percaya ansel anakku bahkan setelah melihat kita begitu mirip?"

"Bukan gitu rey, aku cuma mau memastikan aja. Aku tau ansel pasti anak kamu, aku cuma gak mau denial terus dengan mencari bukti sendiri."

"Dan itu artinya kamu gak bisa terima ansel kan?"

"Enggak rey bukan gitu." Suara sasya sudah sedikit parau, ia menahan tangisannya mati-matian.

"Taukah kamu kalau ini seperti penghinaan sama aku dan anya? Aku atau orangtuaku bahkan gak berpikir untuk melakukan tes DNA pada ansel, anya bukan perempuan semurahan itu dan aku gak akan menyangkal kalau aku memang yang menghamili anya dulu. Aku gak pernah macam-macam sama kamu bukan berarti aku pria yang tidak normal sya. Aku akan tunda pernikahan kita sampai kamu benar-benar bisa terima ansel, pikirkan perasaan kamu sendiri mau seperti apa, kalau kamu masih mau sama aku kamu harus terima akan kehadiran anakku." Ujar reyhan panjang lebar, sasya sudah menangis dalam diam sekarang.

.

  Mobil reyhan berhenti di depan gerbang rumah sasya, sepanjang jalan tadi mereka hanya saling diam. Bahkan reyhan tidak memperdulikan isakan pelan sasya, pria itu tidak berusaha menghiburnya karena reyhan masih merasa marah tanpa alasan pada sasya.

Sasya turun dari mobil reyhan, ia masih berdiri di dekat mobil itu sembari menatap reyhan yang menatap lurus ke depan tak bergeming.

"Maaf rey, aku benar-benar minta maaf." Ucap sasya, reyhan menoleh dan mengangguk.

"Maaf kalau aku jarang hubungi kamu nanti." Jawab reyhan sebelum ia kembali melajukan mobilnya.

......

    Reyhan kembali ke rumah orangtuanya dengan wajah kurang menyenangkan, candra yang tengah duduk di sofa ruang tengah menikmati kopi nya menatap kedatangan anak semata wayangnya itu.

"Bukannya mau makan malam sama sasya kok udah pulang lagi?"

"Ayah, sekarang aku ragu untuk menikahi sasya." Ujar reyhan ikut duduk di sofa di depan sang ayah.

"Ah menejelang menikah memang selalu banyak ujian yang tak terduga, kalian pasti bisa melewatinya kok."

"Sasya udah keterlaluan, dia diam-diam melakukan tes DNA antara aku dan ansel. Kita bahkan gak meragukan kalau ansel adalah anakku, dia seperti itu karena gak bisa terima ansel kan?" Ucap reyhan, menyimpan kertas yang tadi ia sita dari sasya di atas meja.

"Urusan anak memang selalu sensitif nak, ayah bisa memaklumi apa yang dilakukan sasya. Tapi itu gak boleh kamu jadikan alasan untuk membatalkan pernikahan kalian. Kalian sudah sejauh ini, dan membatalkan pernikahan tiba-tiba secara sepihak setelah semua ini seperti penghinaan pada perempuan. Jangan batalkan pernikahan kalian kalau bukan sasya yang meminta." Nasihat candra, ia meraih kertas putih itu dan membaca isinya.

"Dan lagipula kalau kamu gak menikah memangnya kamu mau apa lagi?" Winda yang mungkin menguping tadi ikut bergabung di sofa duduk di samping candra.

"Dan tujuan aku menikah juga untuk apa? Aku sudah punya anak, aku hanya harus membesarkan ansel dengan baik. Gak ada yang lebih aku prioritaskan selain anakku."

"Banyak tujuan dan hal luar biasa yang hanya bisa dicapai dengan menikah nak, anak juga butuh orangtua yang bahagia untuk bahagia."

Between Us | Renjun JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang