14

4 1 0
                                    

Anya jatuh dalam depresi yang membelenggu nya, perceraiannya bersama jean benar-benar mempengaruhi mentalnya.
Juga ansel yang selalu menanyakan jean membuat anya berang dan selalu kehilangan kesabarannya, tanpa ia sadari anya akan selalu membentak ansel begitu anaknya itu menanyakan tentang jean.

Lalu jean lebih buruk dari anya, ia yang merasa tak baik-baik saja mulai jarang bekerja. Jean selalu menghabiskan waktu sendirian di rumahnya, kadang ia mabuk dan mulai menelepon anya atau mengirim chat padanya meminta anya untuk bertemu. Awalnya anya merespon jean dengan menolaknya secara baik-baik mengingat anya rasa mereka sudah tak memiliki urusan, tapi semakin lama anya muak dan mulai mengabaikan jean meskipun hati kecilnya sangat ingin bertemu kembali dengan jean tapi akalnya cukup waras untuk menyadarkan anya pada kenyataan menyakitkan yang harus ia hadapi.

Tak mudah bagi anya maupun jean untuk menghadapi perpisahan yang tiba-tiba ini setelah 5 tahun bersama, tapi anya maupun jean setuju tak ada gunanya mempertahankan pernikahan mereka setelah mereka tak lagi satu arah.

"Mama, kapan ansel bisa bertemu papah jean lagi?"

"Sudah mama katakan berapa kali ansel, jean bukan papah kamu berhenti menanyakan jean mama sudah muak! Mulai sekarang terbiasalah hidup tanpa jean, dia tidak akan bersama kita lagi."

"Tapi mama.."

"Jean itu bukan ayah kamu berhenti membicarakan dia!"

"Maafkan ansel.." ujar anak itu dengan air mata berlinang.
Anya terdiam sebentar begitu ia menyadari ia sudah membentak ansel lagi.

"Ansel sayang, maafkan mama.. mama hanya belum bisa menjelaskan semuanya pada ansel, maaf mama sudah membentak ansel lagi. Maafkan mama." Ucap anya segera memeluk ansel yang langsung menangis di pelukannya.

"Maafkan ansel juga mama."

"Tidak sayang ansel tidak salah, mama yang sudah bentak ansel maaf ya." Ucap anya pelan, air matanya sudah ikut mengalir.

"Ijinkan ansel tinggal bersama aku untuk sementara waktu, kamu fokuslah pada diri kamu sendiri anya. Aku tau ini pasti tidak mudah, jadi daripada kamu menahannya lebih lama lagi dan malah menyakiti ansel lebih dari bentakan nantinya sebaiknya kamu segera temui ahli yang bisa membantu kamu." Ucap reyhan, ingin rasanya ia menarik anya kedalam pelukannya juga tapi reyhan urungkan niatnya.

Anya butuh waktu untuk sendiri sudah jelas, emosinya belakangan ini tak stabil dan ia sering melihat anya membentak ansel. Reyhan tak pernah menyalahkan anya atau menghakiminya karena reyhan mengerti perasaan dan keadaan anya, hal itu juga yang membuatnya sering datang berkunjung untuk menemani mereka atau langsung membawa ansel pergi. Reyhan tak bisa membiarkan anya yang sedang kacau hanya berdua saja dengan anaknya.

"Enggak aku masih gapapa kok."

"Kamu kacau anya, kamu mulai kasar sama ansel. Badan kamu terlihat mengkhawatirkan, ambil waktu sebanyak mungkin untuk kamu menenangkan diri, pergi kemanapun kamu mau dan lakukan apapun yang kamu mau. Setelah kamu bisa berdamai dengan semuanya kamu bisa bawa ansel lagi."

"Tapi rey."

"Ini demi ansel."

"Baiklah, sebelumnya terimakasih banyak."

"Gak masalah, ansel tanggung jawabku juga." Jawab reyhan.

...

Esoknya jean yang mulai memaksakan diri mulai bekerja sedikit kacau, ia tidak fokus pada pekerjaannya dan mengabaikan kayla.
Desas desus soal perselingkuhan mereka sudah ramai di kantor, hampir di setiap sudut kantor mereka membicarakan tentang jean dan kayla dengan pelan. Lalu obrolan itu akan terhenti ketika kayla atau jean menampakan diri di depan mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 6 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Between Us | Renjun JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang