09

11 3 0
                                    

    Jean menjadi sedikit sensitif bekalangan ini karena beberapa hal, ia menatap reyhan tak suka karena tadi pria itu sudah membantu istrinya saat hampir saja jatuh. Lebih tepatnya jean tak menyukai tatapan reyhan pada anya yang tampak sangat khawatir dan menurutnya tak seharusnya reyhan menatap anya sampai seperti itu hanya karena dia terpeleset di dapur.

"Sebaiknya kalian mengobrolkan soal pekerjaan kalian di ruang kerja kamu jean, nanti aku antarkan beberapa makanan buat kalian." Ucap anya menghampiri jean dan kayla yang tengah mengobrol, sesekali mereka tampak saling tersenyum.

"Baiklah, mari kayla." Ajak jean, dengan patuh dan sopan kayla mengikuti langkah jean menuju ruangan kerjanya. Sementara anya mulai menyiapkan beberapa cemilan untuk mereka.

Ruang kerja jean bersebrangan dengan ruang tengah, pria itu sengaja membuka pintu ruang kerjanya lebar-lebar ketika ia dan kayla berada disana. Anya tampak memperhatikan mereka dari sofa sedari tadi, apa jean memang selalu sangat ramah begitu pada sekretarisnya yang lain? Mereka tampaknya membicarakan pekerjaan dengan sangat menyenangkan di selingi oleh tawa pelan antara keduanya.
Atau memang kayla cukup ramah dan menyenangkan anya akui, ia menyukai kayla juga jadi tak heran kalau suaminya tampaknya nyaman dan bisa santai ketika bekerja bersama kayla.

"Papah, ayo bermain bersama ansel." Si kecil ansel membawa beberapa mainan barunya kedalam ruang kerja jeevan.

"Sebentar sayang, papah masih punya pekerjaan." Jawab jean masih fokus pada laptop dan berkas di depannya.

"Papah bisa bekerja besok lagi kan."

"Iya tentu, ini penting sayang tunggu sebentar ya." Jawab jean, ansel memilih duduk di lantai dan mulai menyalakan pesawat remote control nya. Menerbangkan benda kecil itu berkeliling mengitari ruangan kerja jean yang cukup sempit sampai mainan itu hilang kendali dan jatuh tepat di atas cangkir teh di meja jean membuat cangkir itu tumpah dan jatuh pecah ke lantai.

"Ansel! Sudah papah bilang tunggu sebentar!" Jean berbicara dengan nada tinggi, membuat anak itu langsung terdiam. Ini pertama kalinya jean membentak ansel.

"Jangan bentak anakku jean!" Ujar anya tak terima, ia segera menghampiri ansel yang masih tampak kaget akan bentakkan jean barusan.

"Kalau begitu urus ansel sebentar agar gak ganggu pekerjaan aku!"

"Dia cuma anak kecil, dan ansel gak sengaja. Kamu gak perlu bentak dia."

"Dan kamu seharusnya jangan biarin dia ganggu aku!"

"Jean!" Seru reyhan menegur, suasana menjadi sedikit tak menyenangkan sekarang.

"Jangan ikut campur." Jawab jean

"Jangan bentak mereka." Ujar reyhan

"Dia istri gue."

"Dia ibu anak gue!" Reyhan berseru marah.
Jean tampak menghela nafas dan menatap reyhan marah, tangannya sudah mengepal di bawah meja.

"Jangan pernah bentak ansel lagi." Ucap reyhan sembari menunjuk jean.

"Ayo ikut ayah sayang, ansel main sama ayah aja di kamar." Reyhan berucap dengan lembut dan mulai menggendong ansel yang mulai menangis.

"Maaf ya, ayah minta maaf sudah berteriak di depan ansel tadi."

"Ansel minta maaf.." tangis bocah itu sembari membenamkan wajahnya pada pundak reyhan.

"Gapapa sayang, ansel gak sengaja itu bukan salah ansel." Reyhan mengelus rambut ansel dengan sayang membawa anak itu ke kemarnya kemudian.

"Maaf ya kayla, ini pertama kalinya kamu main ke rumah kami dan malah ada hal yang kurang menyenangkan seperti ini." Ucap anya, kayla tersenyum tak enak.

Between Us | Renjun JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang