↑
↑
↑
↑
↑
↑
Jangan lupa dipencet bintangnya 🖤
Eyooo author kembali hehee
CHAPTER INI MENGANDUNG BANYAK GULA, SO JANGAN LUPA VOTE YAWWW💋💋💋
(AUTHOR POV)
Saat ini, Tian duduk di kursi tepat di samping ranjang rumah sakit, dimana Aka terbaring lemah dan masih setia memejamkan mata disana.
Tian menunggu, menunggu Aka-nya bangun, menunggu Aka menepati janjinya jika ia tidak akan tidur terlalu lama.
Operasi pengangkatan peluru berhasil berjalan dengan lancar.
Dan sekarang hanya menunggu istri kecil Tian ini bangun, Tian sudah tidak sabar mendengar suara aka lagi, dan juga melihat senyuman Aka.
"Sayang, bangun lah. Baby kecil kita sudah lahir, apakah kamu tidak ingin membuka mata dan melihatnya?" gumam Tian sembari mengelus lembut punggung tangan Aka.
Tian menatap wajah tenang itu dengan penuh harapan kedua mata indah itu terbuka detik itu juga.
"Harusnya saya yang merasakan rasa sakit ini, bukan kamu, ataupun juga anak kita".
"Kenapa kamu melindungi saya?".
"Kenapa kamu membahayakan keselamatan diri sendiri, hanya demi saya?".
"Kamu gak inget ya, kalau kamu lagi hamil?" lanjut Tian dengan melontarkan banyak pertanyaan, tidak ada jawaban, dan setelah itu hanya terdengar helaan nafas lelah dari belah bibir Tian.
Aka masih enggan membuka mata, tapi Tian tidak akan pernah lelah menunggu, Tian terus menatap wajah manis itu, sembari tangannya tiada henti mengelus-elus punggung tangan Aka, sesekali Tian juga mengecupnya pelan.
"Jangan pergi, kamu bisa melewati ini".
"Baby boy kita menunggu kamu, menunggu untuk mendapat pelukan hangat kamu, saya juga... menunggu kamu" suara lirih terdengar mengakhiri ucapan Tian.
Buliran air mata turun kembali dari kedua mata tajam itu, Tian kembali menangis dalam diam, dan dimalam yang semakin larut ini, semuanya menunggu.
Tidak ada sepatah kata pun lagi yang sanggup Tian ucapakan, tenggorokan Tian rasanya tercekat, dan yang tersisa dirungan itu hanyalah bunyi alat elektrokardiogram yang sedari tadi sibuk merekam aktivitas detak jantung Aka, dan disetiap detiksuara alat itu sukses membuat Tian selalu was-was.
Pintu ruangan perlahan-lahan terbuka, Tian yang menyadari kehadiran orang lain, ia pun segera menghapus air matanya itu dengan cepat.
Tian tidak ingin orang lain melihatnya sedang menangis, cukup Aka saja yang tau.
Dokter key berjalan menghampiri Tian, kemudian berdiri disamping Tian sembari menepuk-nepuk punggung kokoh Tian.
"Bersabarlah, istrimu baik-baik saja, dia pasti akan segera bangun. Percaya padaku" ujar dokter key yang mengerti betul perasaan sahabatnya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be My Husband
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA OKE] Sepertinya hari itu adalah hari tersial untuk aka. Malam hari, saat Aka berjalan sendirian di pinggir jalan, tiba-tiba ada seseorang yang mencegatnya. Aka kira itu adalah malaikat penolong yang mau memberinya tumpangan, nam...