CHAPTER 28|PASUSU KITA

9.8K 546 18
                                    







Jangan lupa dipencet bintangnya🖤

Chapter kali ini agak beda, ada yang tau bedanya dimana? Haha kepo ya? Yaudah...

..Happy reading everyone!

Happy reading everyone!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🏀🏀🏀


(AKA POV)

"Kak jangan di injek itu! Bunga favorit aku!".

"Hmm? Kakak? Tumben sekali".

"Ye suka-suka aku lah!".

"HEH! DIBILANGIN JANGAN DI INJEK BUNGA YANG ITU!!".

"yang mana bunga favorit kamu? Ini?".

"KAKAKKKK MALAH MAKIN DI INJEK!!".

Gue tertawa kecil melihat interaksi adik dan kakak ini, lucu aja, Bella si cewek tipe yang gak bisa banget di ganggu apalagi diusilin, sedangkan Tian dengan mode jahilnya, padahal udah jadi bapak-bapak.

Jarang-jarang banget gue ngeliat pemandangan kayak gini, dan jarang banget kita bisa punya waktu buat ngumpul kayak sekarang ini, karena udah pasti masing-masing dari kita punya kesibukan tersendiri.

Saat ini, gue, Tian dan juga Bella posisinya lagi bersantai di taman belakang mansion yang super luas, seluas lapangan sepak bola kayaknya, disini pemandangannya cantik, ditumbuhi berbagai macam tumbuhan bunga, dan ditengah-tengah taman ada air mancurnya juga yang makin bikin betah siapapun yang singgah disini, contohnya gue.

"Jangan lari kak! Tanggung jawab!".

Bella, gadis cantik itu berlarian kesana-sini mengejar Tian yang juga berlari menghindar dengan tawa puasnya setelah sukses bikin adeknya sebel, gue gelengin kepala heran, udah punya anak masih aja kejar-kejaran kayak bocah, hadehh.

"Mas" panggil gue yang secara ajaib menghentikan langkah lebar Tian.

Tian menoleh kearah gue sambil nyahut "Ya? Kenapa sayang?".

Gue diem terpaku untuk beberapa detik, meskipun udah tinggal serumah dan udah sering denger panggilan itu dari Tian, tapi entah kenapa tiap kali Tian manggil gue dengan sebutan itu sensasinya selalu bikin kupu-kupu diperut gue berterbangan.

"Hmm?" Tian jalan kearah gue dan ikutan duduk di kursi taman ini, di samping gue tepatnya.

Gue menoleh kearah Tian di sisi kiri gue, Tian mengarahkan jari-jemarinya buat nyingkirin anak rambut gue yang menghalangi pandangan.

"Kenapa hmm? diem aja".

Gatau, gatau anjir tujuan gue manggil Tian buat apa, intinya pengen manggil aja.

Gue gelengin kepala sebagai jawaban. Tian secara tiba-tiba nampilin senyuman khasnya yang gak pernah gagal bikin jantung ini berdegup kencang.

Sial, gue langsung ambil posisi menunduk, menyembunyikan wajah gue di bahu Tian supaya Tian gak bisa ngeliat wajah gue yang sekarang pasti udah memerah.

Be My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang