Bab.1 kesayangan

576 12 0
                                    

Harta yang paling berharga adalah keluargaaaa...

Keluarga adalah satu-satunya rumah tempat kita pulang. Tapi terkadang tidak semua keluarga bisa disebut rumah dan rumah tidak selalu bentuk bangunan.

Rumah adalah tempat pulang ternyaman disaat kita sudah melewati banyak perjalanan. Dan rumah ini tak akan pernah bisa dibeli oleh materi.

Dan rumah yang saat ini gadis itu miliki hanyalah mamihnya. Yah, gadis dengan jilbab hitam duduk diatas kasur milik salah satu orang yang bisa menjadi tempatnya pulang, tempat bersandar dan tempat berkeluh kesah.

"Mamih.. " panggil gadis itu sambil menghadap seseorang yang sedang bercermin.

"Kenapa anakku?" Sahut lembut orang yang dipanggil Mamih.

Salma Salsabil, atau biasa dipanggil salma. Dan hanya Bocil didepannya inilah yang memanggilnya Mamih.

Pengen marah tapi kasian, gak marah tapi ngeselin. Udahlah gapapa tinggal nyari bapaknya.

Suka lupa nih si salma. Kan udah ada bapaknya, waktu itu mungut dijalan haha.

"Kenapa aku capek yahh, pengen nyerah" rengek gadis kecil itu dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Loh kenapa nangis Nabila? " Tanya Salma dengan gesit menaruh brush make-upnya dan langsung memeluk gadi didepannya dengan erat.

Nabila Taqiyah, gadis kelas 3 SMP itu sangat amat pendiam tapi kalau kalian sudah kenal pasti kalian kaget dengan tingkahnya yang sangat amat polos dan diluar BMKG.

Salma mengusap punggung Nabila sambil menenangkan. Mungkin memang berat untuk ukuran anak kecil seperti Nabila yang harus siap jauh dari orang tuannya.

Nabila sudah tinggal dengan Salma sejak masuk SMP dan sekarang Nabila sudah akan lulus, mungkin berat menjadi gadis yang harus kuat dan bahkan jauh dari jangkauan keluarga tapi menurut Salma Nabila hebat bisa ada difase ini.

"Udah jangan nangis, mending ikut Mamih pergi yukk"  ajak salma. Biasanya Salma enggan memanggil dirinya sendiri dengan sebutan Mamih, demi menghibur anak kecil didepannya Salma selalu bisa menurunkan egonya.

"Kemana" tanya Nabila dengan suara yang terdengar serak.

"Keluar aja, jalan sambil cari makan"  jawab Salma sambil menatap wajah Nabila dengan tatapan sayang.

"Sama babeh? " Tanya nabila. Karna tidak mungkin Salma pergi sendiri jika tidak ada lelaki yang gadis itu sebut babeh.

"Iyaaa." Jawab Salma pelan.

"Nab panggilan gak ada yang bagusan apa? Papah atau Papih gitu." Sahutnya aga kesal dikit, karna panggilannya kurang pas jika disandingkan dengan Mamih. Kenapa engga emak aja sekalian nab.

"Ga dulu mih. Panggilan babeh lebih asoyyy." Ucap Nabila sambil tertawa dan menggerakkan tangannya. Hal itu membuat Salma ikut tertawa.

"Spontan" ucap Nabila.

"uhuyy" sahut Salma cepat.

Dan mereka pun tertawa bersama, hal sekecil ini bisa mengurangi rasa kesepian Nabila.

Kalau kalian tanya apakah mereka ada hubungan darah? Tentu jawabannya tidak. Mereka hanya adik kakak yang bahkan tidak sedarah, namun Salma bisa sangat amat menyayangi Nabila. Menurut Salma Nabila butuh sosok kakak, karna jujur menjadi anak pertama itu tidak mudah.

Salma selalu sayang Nabila dan Nabila selalu sayang Salma. Mereka seperti sendal yang sangat sulit dipisahkan. Dan kadang seperti remot dan baterai. Tanpa baterai remot tak akan bisa dipakai. Mereka sangat melengkapi, si galak dan si lemot.



Kisah KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang