Bab.5 Toko Buku

221 11 0
                                    

"apa yang bisa bikin kamu kecewa?" Tanya Rony sambil menatap Salma sebentar.

Karna Rony sedang menyetir mobil, jadi dia hanya bisa sesekali menatap Salma.

Menurut Salma ini pertanyaan yang tidak bermutu, karna apa? Harusnya Rony sudah tau dari awal mereka dekat.

"Kamu pasti tau" jawab Salma sambil menatap Rony dengan tatapan sedikit menyipit.

"Iya apa? Coba bilang" paksa Rony dengan nada yang masih santai.

"Apapun tentang penghianatan" jawab Salma tegas lalu beralih menatap keluar jendela.

Rony sudah tau dengan jawaban itu, namun dia terdiam. Jadilah mereka sama-sama diam.

Karena canggung dengan suasana ini Rony pun menyalakan lagu, yang membuat mereka sedikit rilex.

Salma duduk disamping Rony tapi pikirannya entah kemana, Salma curiga dengan kekasihnya itu.

Tapi Salma selalu menepis semua pikiran buruknya.

Karna lebih banyak melamun sampai tidak sadar jika mereka sudah sampai di mall.

" Ayo ketempat buku dulu" ajak Rony yang diangguki Salma.

Mereka berjalan sambil bergandengan tangan. Mereka memasuki toko buku itu dan memilih buku-buku dengan genre anti percintaan.

"Maaf buat pertanyaan yang tadi, kamu pasti ga nyaman sama pertanyaan aku" bisik Rony ditelinga salma. Lalu membalikan tubuh Salma yang tadi membelakangi menjadi menghadap Rony.

"Maaf buat kamu marah, aku cuma mau kamu ngomong apa yang gak kamu suka. Jangan terlalu dipendam sayang" jelas Roni sambil menggenggam kedua tangan Salma untuk meyakinkan Salma bahwa ia tidak sendiri.

"Aku bukan cowok yang selalu peka" sahut Rony kembali.

Mendengar itu salma menangis kecil, Salma tidak pernah ditanyakan apa yang tidak disuka, ia lebih sering ditanyakan kesukaannya.

"Jangan nangis yah! Nanti mukanya jelek" ucap Rony sambil meledek, tentu saja sekarang Salma berada di dekapan Rony Parulian.

Mendengar ejekan itu Salma mencubit kecil pinggang Rony.

"Aw maaf sayang bercanda itu" rintih Rony tentu saja itu sakit, cubitan perempuan itu ganas lohh!!

"Salma Salsabil jangan pernah tinggalkan Rony Parulian. Janji!" Ujar Rony sambil menatap lekat mata Salma.

"Tergantung." Jawab Salma.

"Kalau kamu yang nyuruh pergi ya aku bisa apa?"

"Tolong yah kakak kakak, ini toko buku bukan tempat syuting film cinta-cintaan yang ada adegan romantisnya" kesal pria tinggi yang menghampiri mereka.

Pria ini tidak suka dengan segala ke uwuan, karna menurutnya itu adalah hal yang sangat alay. Padahal alasannya karna ia jomblo haha.

"Iya sorry mas" jawab Salma.

Salma dan Rony menatap orang yang menegur mereka.

"Loh bule " sahut Rony sambil menatap herman, eh heran.

"wah pasangan ikan" ucap pria itu sambil menatap kedua sejoli dengan tangan dilipat.

"Ngapain disini? Diusir kah" tanya Rony heran.

Karna setaunya pria didepannya ini sudah kembali ke asalnya, maksudnya kampung halamannya, Bali.

"Bisa jadi, soalnya Paul kan ngeselin" sahut Salma.

"Mulutmu loh Ron" ucap paul dengan kesal.

Nyoman Paul, yaitu bule blasteran yang umurnya kurang lebih sama seperti mereka.

"Atau jangan-jangan Lo ngisengin ayam lagi pawl jadinya diusir" ucap Salma penasaran.

"Bukanlah gila. Ron pacar kau nih sesat, mana ada aku diusir gara-gara ayam" ucap Paul kesal.

"Loh orang Rony yang bilang waktu itu" sahut Salma santai.

"Wah ternyata Salma nih kacau" sambil menggelengkan kepala Paul menatap mereka tidak percaya.

"Lo yang kacau" sahut Rony tidak terima, secara Salma ayangnya lohh!

"Udah ah mending makan yuk " ajak Salma pada Rony yang dianggukinya.

"Tapi bayar dulu" ujar salma sambil menunjukan buku yang sudah ia pilih.

"Iyalah, jangan jadi maling" ucap Rony.

"Tapi kamu udah jadi maling loh sal" lanjut Rony membuat sama menatap bingung.

"Maling apa loh? Aku ga pernah yah" dengan suara naik satu oktaf Salma bertanya.

Jujur Paul yang mendengar itu pun penasaran, tapi setelah mendengar jawaban Rony dia jadi sangat menyesal.

"Maling hatiku " jawab Rony sambil mengedipkan sebelah matanya, membuat Salma sedikit salting. Haha

"Maling tuh bukannya yang ada didoraemon ya? " Tanya Paul, menggangu moment mereka berdua.

"Baling" ucap Rony.

"itu baling-baling bambu" ucap Salma emosi.

Paul pun tertawa, senang sekali bisa membuat kedua sejoli ini kesal.

"Ayo ah. Paul, Lo mau ikut makan bareng kita?" Tanya Salma, ga enak juga kalau ga ngajak mana tadi dengerkan kalau mereka berdua mau makan

"Boleh, nanti bayarin ya soalnya uang gue pas-pasan." Jawab Paul dengan wajah dimelas-melasin.

"Tenang duit Lo ada di gue pawl" jawab Salma dengan menepuk tangan Paul pelan.

"Okelah bro" ucap Paul.

"Duit apaan?" Tanya Rony bingung.

" Waktu itu jajan dialfa, ga bawa uang hehe" jawab Salma santai sambil cengengesan maluu. Gimana gak malu itu hutang lohh!

"Ga usah diganti salma tenang aja. Ini gue minta traktir Rony aja. Iya ga Ony?" Ucap Paul diakhiri dengan kedipan mata ke arah Rony.

"Najis sumpah Paul" ucap Rony sambil menampilkan ekspresi jijik dan tertekan.

Salma melihat cowoknya tertekan malah tertawa ngakak dan Paul pun ikut tertawa.

"Hahaha lucu. Kalian ternyata cocok juga" ucapan Salma membuat Rony dan Paul pertapaan.

Rony mengetuk kepalanya lalu mengetuk rak buku sambil merapalkan kata amit-amit. Dan Paul pun melakukan hal yang sama.

Tuhkan barengan apa jodoh Rony Paul ya???

"Mamih" panggil seseorang yang masih dengan seragam SMP lengkap dengan atributnya.

"Loh nab, katanya tadi ga ikut?" Kaget Salma saat melihat anak gadisnya ada didepannya, padahal Salma sendiri masih gadis ya.. ga tau nanti.

Rony sama seperti Salma menatap Nabila heran dan Paul hanya menatap bingung.

"Iya sih, tapi tadi giez ada urusan. Jadi aku nyusul aja kesini" jelas Nabila sambil memeluk Salma, Nabila ini tipe yang clingy kalau sudah bertemu Salma.

"Lapar ga nab?" Tanya Rony sambil mengusap kepala Nabila dengan lembut, dan diangguki Nabila yang masih berada dipelukan Salma.

"Laper beh" jawabnya tidak semangat.

"ayo cari makan!" Ajak Rony.

Mereka pun berjalan dan meninggalkan Paul sendiri yang menatap tidak percaya kepada keluarga kecil itu.

Yah kelihatan seperti keluarga kecil yang harmonis.

Paul hanya bisa menggelengkan kepala dan berjalan menyusul mereka.

Kisah KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang