Kini mobil Paul sudah terparkir dihalaman rumah Salma, setelah menonton Paul dan Nabila memang menyempatkan mampir ke tempat makan jadi mereka pulang sedikit lebih malam.
Paul dan Nabila turun dari mobil dan berjalan menuju depan pintu rumah itu.
"Kak Paul makasih ya" ucap Nabila dengan malu-malu.
"Sama-sama Nab. Salma belum adakah?" Tanya Paul pasalnya ia melihat tidak ada motor, mobil Rony yang terparkir atau kendaraan lain.
"Kayaknya masih diluar kak" ucap Nabila diangguki mengerti oleh Paul.
"Oh gitu, yaudah deh nab kalau gitu aku pamit ya" ucap Paul.
"Eh ga mau mampir dulu kak?" Tawar Nabila membuat Paul sedikit berpikir.
" Ga us-" ucapan Paul terpotong oleh ucapan orang yang baru saja keluar dari rumah itu.
"Masuk dulu aja kali ul, kita ngobrol-ngobrol yah" sahut Salma mengagetkan walaupun dengan suara lembut namun penuh penekanan disetiap katanya.
Salma yang baru saja keluar dari dalam rumah, bahkan sepertinya salma memang sudah standby dibelakang pintu sejak tadi untuk mengejutkan mereka berdua.
"Eh Salma"
"Loh Mamih"
Ucap Paul dan Nabila berbarengan.
"Bukannya Mamih berangkat?" Tanya Nabila menatap heran.
"Udah pulang" jawab Salma ketus.
Tentu mendengar ucapan ketus Salma membuat kedua orang itu ketar ketir.
"Ekhem Bagusss yah kalian, baguss banget. bagus karna Udah bisa bohong, Ga izin juga lagi" ucap Salma dengan tangan kiri berada di pinggang dan tangan kanan memegang gagang sapu, Salma sudah seperti ibu yang marah kepada anaknya saja.
"E-engga bohong kok Mamih" sarkas Nabila dan langsung mendapatkan tatapan maut Salma.
"Lo juga ul, bawa anak gadis gue ga izin dulu!" Ucap Salma dengan setengah emosi.
Melihat yang berbicara merupakan tahta tertinggi membuat Paul dan Nabila saling tatap, lewat tatapan itu Nabila mengkode mengisyaratkan Paul untuk pergi secepatnya
"Udah izin juga maa. Eh iya, makk gue pamit ya ada janji sama ibu gue" alibi Paul sambil memasang senyum paksa ke arah Salma, jujur Paul bingung Nabila mengkodenya untuk pergi sedangkan Salma menatapnya dengan tajam dengan mengisyaratkan harus tetap disini.
Dengan tekad yang lumayan besar, Paul memilih untuk pergi. Tapi baru saja Paul membalikan badannya kerah bajunya sudah ditarik kasar oleh Salma.
"Alasan. Siapa yang nyuruh Lo pulang ikut gue! Dan kamu Nabila, masukk" ucap Salma dalam mode macan.
Dan jadilah Salma menarik belakang kerah kemeja Paul dengan sedikit kasar, dan menarik Nabila pelan untuk masuk ke dalam rumah.
Diruang tamu sudah ada Rony yang sedari tadi memperhatikan kegiatan untuk mengeksekusi 2 orang yang didepannya ini, ia hanya bisa menatap tanpa kasian tanpa bisa membantu, karna kalau Rony membantu bisa saja ia ikut kena masalah.
"Mak sakit Mak lepas" keluh Paul yang sudah merasa tercekik akibat tarikan kerah yang terlalu kencang.
"Sakit ya? Ini nih yang sakitt" sahut Salma sambil menjewer telinga Paul, membuat Nabila dan Rony yang melihatnya sedikit meringis.
"Sayang udah itu kasihan Paulnya" sahut Rony yang lumayan kasihan melihat Paul kesakitan.
"Iya nih Mamih, kasihan kak Paul" sahut Nabila yang ikut prihatin dengan nasib Paul, tapi Nabila juga harus waspada karna bisa saja habis ini adalah gilirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Kita
Teen Fiction"setiap masa ada orangnya dan setiap orang ada masanya" Hidup tidak selalu berdiam pada zona yang sama, perlu adanya dorongan agar roda berputar dan setelah itu zona kita berubah. Ini mungkin hanya sebagian kisah kecil dari perjalanan yang tak akan...