II. Mencari tahu

120 26 0
                                    

Perlu di ingatkan ⚠️
ini hanya cerita fiksi belaka, tidak ada hubungannya dengan dunia asli. ini murni dari karangan author sendiri.

***

"Halo Ghina, ada apa?"

"Mbak tolong aku."

Butuh waktu 1 jam untuk Ghina sadar dari ketakutan nya. Menjelaskan apa yang baru saja ia alami pada kedua adeknya pun nggak bisa.

Susah untuk mengeluarkan satu kata dari mulutnya, wajah Ghina menjadi pucat pasi, bahkan seluruh tubuhnya masih bergetar hebat.

Sekarang pukul 4 pagi, Ghina meminta Lyla untuk menelpon Irina.

"Ada apa Ghina? Bisa di jelaskan? Kamu kenapa?" Beruntun pertanyaan yang di lontarkan oleh Irina, nada suaranya pun menjadi khawatir.

"Hantu itu ternyata ngikutin aku Mbak, di - dia muncul di hadapan aku."

Bunga dan Lyla saling tatap. Mereka nggak tau kenapa Ghina tiba-tiba berteriak dan terus menatap kosong ke depan. Sekarang mereka tau alasan kenapa Kakaknya seperti itu.

"Dia-"

Ghina mau melanjutkan ucapannya, namun langsung di potong oleh Irina.

"Dia muncul di mana Ghin?"

"Di kamar Mbak."

"Sekarang kamu keluar dari kamar dulu. Jangan cerita di tempat dia nampakin diri."

Ghina langsung mengajak kedua adeknya untuk keluar kamar. Ketiganya memilih untuk duduk di sofa ruang tamu.

"Udah keluar?"

"Udah Mbak."

"Sekarang kamu boleh cerita."

Ghina menarik napas pelan, kemudian mengambil ponsel yang ada di tangan Lyla. Dengan tangan bergetar, Ghina menempelkan ponselnya di telinga.

"Malam tadi aku ke bangun Mbak, badan aku rasanya di tindih sesuatu yang berat gitu. Aku tau itu ketindihan makanya aku nggak berani buka mata. Tapi mata aku malah kebuka tiba-tiba, terus aku ngelihat sosok yang di gambar A Sastra ada di hadapan aku."

"Raja hantu itu ada disini Mbak, ngikutin aku. Di - dia juga nyuruh aku bunuh diri, dia bilang 'Ku tunggu kematian mu Ghina'. Tolong Mbak, aku takut."

Ghina menunggu jawaban dari Irina yang tiba-tiba menjadi diam.

"Bisa sharelock dimana Rumah kamu? Biar Kinan sama Sastra yang kesana. Maaf Ghin saya sama Mas Aji lagi di luar kota, ada undangan Tv buat wawancara. Kalau udah pulang saya janji bakalan langsung kerumah kamu."

"Iya Mbak nggak papa, bentar ya aku kirim di chat."
"Udah masuk kan chat aku?"

"Udah Ghin, tunggu ya Kinan sama Sastra otw kesana."

"Iya Mbak."
"Aku tutup dulu ya telponnya Mbak."

"Jangan, tunggu Sastra sama Kinan sampai kerumah kamu dulu, saya khawatir soalnya."

"Ouh oke."
Ghina menaruh ponselnya di atas paha, membiarkan telponnya dengan Irina yang masih tersambung.

Bunga dan Lyla memegang tangan Ghina di kanan dan di kiri. Sedangkan Ghina terus mengerjapkan matanya berusaha menghilangkan wajah sosok itu dari ingatannya, apalagi ketika sosok itu menunjukkan senyuman yang mengerikan dan tawanya yang begitu keras.

Sudah 15 menit mereka perang dengan pikiran masing-masing. Bel rumah berbunyi, Lyla langsung bergegas membuka pintu.

"Hallo." Sapa Kinan ramah.

Uji NyaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang