II. Takut

313 41 17
                                    

Perlu di ingatkan ⚠️
ini hanya cerita fiksi belaka, tidak ada hubungannya dengan dunia asli. ini murni dari karangan author sendiri.

***

"Ini Kak minum dulu."
Kinan menyodorkan air putih hangat yang sudah di campur dengan gula, agar perasaan Ghina menjadi tenang.

"Ini yang harus di hilangkan itu, gimana biar dia nggak suka lo lagi. Kalau soal nampakin diri, tinggal di acuhkan aja."

"Jadi gimana A, biar dia nggak suka lagi?" Tanya Ghina menggebu-gebu.

"Kita harus komunikasi dah sama dia Kin." Ungkap Sastra.

Kinan mengangguk, "Kamar Kakak dimana? Bisa anterin kami?" Pintanya sopan.

"Bisa." Ucap Ghina sambil berdiri, "Ayo." Ajaknya.

Kinan dan Sastra mengikuti Ghina dari belakang.

"Aku disini aja ya Kak sama Bunga." Ujar Lyla. Takut dia kalau ke kamar Kakaknya.

"Hm." Jawab Ghina.

"Sepi banget ya disini." Kinan mengedarkan pandangannya ke seluruh Rumah Ghina.

"Iya emang sepi, tim aku yang lain pada keluar Kota." Jawab Ghina.

"Bukan gitu Kak, maksud aku sepi banget nggak ada makhluk halus yang lain."

Ghina berhenti berjalan, membuat Kinan dan Sastra yang ada di belakangnya keheranan.

Ghina membalikkan badannya, "Aku ingat. Malam tadi Rajanya bilang gini ke aku, katanya dia melawan semua makhluk disini dan memakannya biar bisa nunjukin wujudnya di hadapan aku." Titah Ghina.

"Pantas aja malam tadi Bintang bilang Rajanya lagi berantem." Gumam Kinan pada Sastra, namun Ghina masih bisa mendengar.

"Iya, menyisakan penunggu Rumahnya aja." Ucap Sastra.

"Kenapa, kok di sisakan?" Tanya Ghina tak mengerti.

"Penunggu Rumah tuh anggapannya penguasa tempat ini, mau di usir kaya gimanapun nggak bisa, soalnya dia yang jaga. Se hebat apapun si Raja hantu nggak bakalan bisa nguasain tempat ini Kak." Jelas Kinan.

Ghina mengangguk paham, "Penunggu dirumah sini bisa jaga aku nggak?"

Ucapan polos Ghina membuat Sastra tertawa pelan, "Dia penjaga Rumah Ghin, bukan penjaga lo." Kekehnya.

Ghina tersenyum kecut, "Kirain."

"Ayo masuk." Ghina membuka pintu kamarnya, mempersilahkan Sastra dan Kinan buat masuk.

"Ni lo bisa liat nggak dimana keberadaan hantunya?" Tanya Sastra pada Ghina.

Ghina menggeleng.

"Huh lega, untung aja mata batin Kakak nggak di buka sama dia." Tutur Kinan mengusap dadanya.

Entah kenapa Ghina juga merasa ikut lega.

"Ghin." Panggil Sastra.

"Eh kenapa A?"

"Gue nggak bisa nunjuk dia, tapi lo ikutin arah mata gue ya." Titahnya.

Meskipun bingung, Ghina menuruti apa kata Sastra. Mata Sastra berhenti pada kursi yang ada di pojok kamarnya.

"Nah dia disana."
"Dia duduk sambil liatin kita, di belakangnya juga ada sayap hitam. Nggak terlalu keliatan jelas sebenarnya." Terang Sastra.

Uji NyaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang