Rena tak tahu bahwa semua orang rumah panik mencarinya. Bahkan sang ayah pun terpaksa menelfon polisi untuk mencari tahu keberadaan sang anak semata wayang. Rena juga gak berekspetasi bahwa menonaktifkan ponselnya akan berakibat sefatal ini. Ketika dia sampai di rumah, semua orang sangat cemas. Bahkan maid yang paling dekat dengan rena pun kena hukuman karena lalai menjaga rena. Dan tak lupa sang sopir yang langsung kena omel dan langsung dipecat karena tak bisa menjemput rena dengan baik.
"Aku pulang"
Biasanya rena akan di sambut oleh para maid yang dia miliki. Namun tak ada seorang pun yang menyambut kedatangannya. Rena pun melenggang ke atas menuju kamarnya.
Sebelum naik, rena seperti mendengar sayup sayup suara ibu dan ayahnya. Tapi ini belum akhir bulan. Mana mungkin kedua orang tuanya ada di rumah ini? Biasanya mereka juga akan memberi kabar terlebih dahulu jika akan pulang ke rumah. Rena pun mendekati suara tersebut yang semakin dia melangkah semakin jelas suaranya.
Kedua mata rena terbelalak, kenapa semua maid bersimpuh sambil menangis? Dan terlebih bagaimana bisa kedua orang tuanya sudah pulang? Apa yang terjadi setelah rena mematikan ponselnya? Tunggu! Bukankah itu bibi?
Hik~
Suara rena yang cekugan membuat semua orang menoleh ke arahnya.
Salah satu kebiasaan rena jika takut, cemas atau berbohong adalah cegukan. Sang ibu pun melotot ke arahnya. Dengan sadar diri, rena pun mendekat ke arah mereka.
Hik~
Hik~
Hik~
"Mama, Papa"
Sang ayah langsung berdiri dan menyimpan kedua tangannya untuk berjibaku di dada. Rena tahu apa maksud sang ayah, dia harus menjelaskan semuanya secara rinci tanpa ada yang ada di turupi.
"Maaf. Hik~"
"Ini semua salah rena, tolong maaf kan rena, mama, papa".
"Apa salahmu?"
Rena hanya terdiam, dia sangat takut, ayahnya menatap dengan tatapan yang tajam. Meski sang ibu tak melakukan hal yang sama. Tapi rena tahu bahwa ibunya juga sangat matah.
"Kalian semua saya pecat!"
"Papa jangan hiks maafin rena pa. Hiks ini semua salah rena hiks maafin rena papa".
"Ini bukan salah kamu sayang, salah mereka yang gak bisa ngejaga kamu".
"Bukan mama, hiks ini salah rena hiks".
Rena menjelaskan bahwa dirinya berbohong kepada guru lesnya. Dia juga mengatakan bahwa alasan dia berbohong karena ingin berkumpul bersama teman-teman sekolahnya. Rena juga mengatakan bahwa dia sengaja mematikan ponselnya agar tak diganggu. Tanpa mengabari terlebih dahulu orang rumah atau sopir pribadinya.
Plak!
Satu tamparan keras rena dapatkan dari sang ayah.
"Apa kamu bilang? Tidak mau diganggu?"
Sang ayah sangat marah besar ketika mendengar alasan sang anak. Bukan bersikap kasar, rena memang di didik menjadi anak yang bijaksana. Semua yang dilakukan olehnya harus benar-benar di pikirkan. Rena tidak boleh sembarangan memutuskan apa yang dia mau.
"Kamu tidak tahu, hal menurutmu mengganggu itu bisa membut orang lain kerepotan! Kamu tau gak, pak ahmad nungguin kamu di depan gerbang sekolah sampai jam 20.00 malam. Orang rumah sampai bingung nyari kamu kemana-mana gak ketemu. Papa sama mama harus pulang langsung ke rumah dari jepang ke indo cuma dengar dari tutor kamu bahwa kamu gak masuk les karena gak enak badan. Kita bahkan harus ninggalin semuanya demi mencari kamu entah kemana. Papa bahkan baru saja memecat pak ahmad karena kesalahan kamu.
Kamu tahu gak berapa kerugian yang harus papa bayar untuk menunda kerjaan papa di jepang? Kamu mikir sampai segitu gak sih, ren?".
Hiks
Hiks
Hiks
Rena hanya bisa menangis, dia tak tahu akan menjadi masalah sebesar ini. Harusnya dia menolak ajakan teman sekelasnya untuk tak ikut serta. Rena menyesal, dia sangat menyesal.
"Dan ini apa ren? Mama gak pernah ya mempermasalahkan berapa uang jajan kamu salam setiap hari. Berapa pengeluaran yang kamu butuhkan. Tapi bagaimana bisa anak senior high school dalam seminggu habis 200 juta?"
"Apa aja yang kamu beli?" Lanjut sang ibu.
Apa yang dibilang ibunya memang benar. Selama ini kedua orang tuanya tak mempermasalahkan nominal keuangan rena. Hanya saja, sang ibu sedikit terkejut dengan pengeluaran fantastis sang anak. Biasane rena hanya akan menghabiskan uang 10 juta dalam seminggu. Itu pun jika dia membeli beberapa barang brand terkenal. Jika tidak dia pasti hanya akan menghabiskan tak kurang dalam 5 juta seminggu.
"Rena hiks rena beliin tas teman-teman sekelas rena ma hiks".
Rena mengatakan bahwa dalam seminggu ini ada beberapa temannya yang ulang tahun. Karena rena tak bisa hadir dengan jadwal atau rutinitasnya yang sangat padat. Rena pun berinisiatif menyewa beberapa tempat party terkenal untuk merayakan acara ulang tahun teman sekelasnya. Semua biaya tentu saja ditanggung oleh rena. Belum juga rena harus membeli kado yang cukup sesuai dengan keuangan rena. Tentu saja semua itu bernilai lebih dari ratusan juga.
"Kamu gila ya?"
Ibunya tak habis pikir, bagaimana bisa anaknya sebodoh ini. Sang ayah semakin marah setelah mendengar semua alasan sesungguhnya rena.
"Besok papa pindahin kamu ke asrama".
"Pa jangan pa, rena mohon hiks jangan pa. Rena janji ini yang terakhir kalinya rena melakukan hal seperti ini. Maafin rena pa, ma hiks maaf".
Rena bahkan bersimpuh di bawah kaki sang ayah. Dia memang anak kesayangan, namun jika dia melakukan kesalahan kedua orang tuanya tak akan segan-segan menghukumnya.
Rena terus menerus memohon agar sang ayah membatalkan niatnya untuk mengirim rena ke asrama. Di rumah saja kehidupan rena seperti di penjara, apalagi jika dia harus di masukkan ke asrama. Rena tahu betul asrama seperti apa yang sedang ayahnya pikirkan.
"Baiklah, papa tidak akan mindahin kamu. Tapi semua card milikmu papa sita. Kamu hanya akan dapat jatah bulanan dari mama."
Rena bernafas sedikit lega, sang ayah mendengar semua permintaannya.
"Mama juga akan mindahin tutor mu ke rumah. Jadi mulai besok, tutormu yang akan datang. Pulang sekolah kamu harus tepat waktu."
"Tapi ma, aku......"
"Kalian semua saya pecat! Silahkan ambil pesangon kalian."
"Papa!"
Keputusan sang ayah sangat bulat, besok seluruh pegawai di rumah rena akan berganti semuanya. Tapi rena hanya meminta seseorang yang tak boleh di ganti. Yaitu bibi nur, seorang maid yang sudah merawatnya sejak kecil. Rena tak sampai hati bila bibi nur di pecat karena kesalahan rena yang sangat sepele.
Mengingat jasanya yang sudah sangat lama, akhirnya bibi nur tetap menjadi pengasuh rena. Dengan catatan kalau rena kembali berulah, maka bibi nur yang akan disalahkan oleh semua kesalah rena. Dan rena pun menyanggupi semua itu. Termasuk meminta bibi nur untuk bertahan bersamanya.
"Ingat! Semua yang akan kamu putuskan akan berdampak bagi semua orang. Jadi pikirkan dulu sebelum bertinda. Mengerti!"
Rena mengagguk, dia pun memeluk sang bibi yang bersimpuh karena sudah berumur dan ada beberapa bekas luka di tangan bibi nur.
"Rena, naik ke kamar mu sekarang!"
"Maaf" lirihnya kepada para maid di rumahnya.
Rena pun langsung naik ke kamar miliknya. Dia menangis sedih di dalam kamarnya seorang diri. Dia sangat menyesal, harusnya dia tak perlu pergi. Atau dia tak perlu mematikan ponselnya agar pak ahmad atau binur bisa mengabari dirinya bahwa kedua orang tuanya pulang ke rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strong Women || RENJUN, HAECHAN, YANGYANG ||
FanfictionCast Story : Liu Yangyang as Eliu Na Jaemin as Jeremy Huang Renjun as Rena Lee Haechan as Hecha Lee Jeno as Jevano Mark Lee as Marvin (Brother Jevano) Jung Jaehyun as Jeffry (Dad's Marvin & Jevano) Lee Taeyong as Tiara (Mom's Marvin & Jevano Johnny...