NI...

280 18 1
                                    

Eliu memilih hidup seorang diri ketika sang ibu meninggal. Serta sang ayah memiliki keluarga baru. Meski dia tak mengalami penurunan keuangan sedikit pun. Eliu masih bekerja keras menghasilkan uang dari hasil mengajar anak-anak SD dan junior high school. Eliu adalah salah satu murid yang sangat pintar di sekolahnya. Meski dia seorang murid pindahan, nyatanya El panggilan akrabnya tak pernah meminta bantuan apapun kepada teman sekelasnya untuk mengajari pelajaran yang tertinggal.

"Hari ini pelajaran kita tutup. Kerjakan halaman 12-20, dan saya tunggu laporan jawaban kalian hari kamis nanti".

"Baik, pak"

"El, ke ruang bapak sekarang ya?"

Eliu memang langganan keluar masuk ruang guru. Selain karena kepintarannya, eliu memiliki sedikit tempramen yang diatas rata-rata. Apalagi sang ayah sengaja mengirim saudara tirinya ke sekolah yang sama dengan dirinya.

Meski pintar, dia pun tak luput dari beberapa hukuman karena perbuatannya.

Sang guru menarik nafas dalamnya. Pagi tadi El sempat beradu mulut dengan salah satu teman sang adik tiri. Hingga tak sengaja memukulnya, anak tersebut mengadu ke ruang konseling. Meski El juga sudah memberikan uang untuk berobat, anak itu tetap mengadukan dirinya.

"El, kenapa lagi?"

Eliu hanya terdiam, dia tak mungkin memberikan jawaban sesungguhnya kepada sang wali kelas.

"Minggu depan kamu ada olimpiade lho, kalau bisa jangan membuat masalah-masalah yang gak penting kayak gitu. Bisa ganggu konsentrasi mu dan berimbas ke olimpiade gimana?"

"Maaf, pak. Saya janji tidak akan mengulangi lagi".

Wali kelas nya sampai hafal dengan jawaban Eliu ketika mendapat masalah seperti ini. Dan beberapa hari kemudian El pasti akan membuat masalah lagi. Seperti itulah kehidupan Eliu di sekolahnya.

"El, bapak sudah sering menutupi masalahmu. Jadi bapak harap kamu juga ngerti ya?".

"Iya pak. Sekali lagi saya minta maaf dan berjanji tidak akan mengulangi hal yang sama lagi kalau si nenek lampir itu gak cari masalah". Lanjut El di dalam hati.

Selesai menghadap ke guru, El pun langsung pergi menenangkan diri ke atas sekolah. Mengambil sebatang rokok yang selalu dia simpan disana. Atap adalah tempat favorite Eliu untuk menikmati sebatang nikotin yang menenangkan jiwa dan pikirannya.

Hamparan luasnya lapangan sepakbola yang terpampang nyata di hadapan Eliu membuatnya sedang memikirkan sesuatu. Lusa adalah akhir pekan, dan setiap akhir pekan sang ayah meminta dirinya untuk makan malam bersama dengan keluarganya. Otomatis dia pasti akan bertemu dengan adik serta ibu tirinya. Selama ayah nya menikah lagi, El memutuskan untuk keluar dari rumah.

Meski awalnya semua card yang dimilikinya harus di blokir sang ayah karena menentangnya. Eliu tetap teguh dalam pendiriannya.

Hingga akhirnya setahun berlalu, sang ayah membiarkan Eliu hidup sendirian meski selalu di awasi oleh orang kepercayaan ayahnya. Tak lupa dengan perjanjian dengan sang ayah, El harus datang setiap akhir pekan untuk ikut makan malam bersama.

Ting!

Satu pesan dia dapatkan dari seseorang yang sangat amat dia benci. Yaitu adik tirinya, yang usinya sama dengan dirinya. Mungkin hanya beda bulan mereka lahir. Adik yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya.

Helaan nafas berat pun terhembus. Tak terasa batang nikotin itu pun juga habis. Eliu membuang batang nikotin tersebut ke sebuah asbak yang memang sudah dia miliki untuk menyimpan semua nikotinnya. Ketika ingin membuangnya, tak sengaja seorang anak pria memergoki dirinya. Mereka sama-sama terkejut, keduanya memang saling tahu nama masing-masing. Tapi mereka tidak saling mengenal dengan baik.

Strong Women || RENJUN, HAECHAN, YANGYANG ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang