JUU NANA

74 10 2
                                    

Rena merasa senang karena jevano akhir-akhir ini mau membalas pesannya. Mereka juga sering bertemu satu sama lain. Meski secara diam-diam rena tetap menyukai karena bisa bersama dengan pujaan hatinya. Pelakor? Rena tak merasa mendapatkan julukan itu, sebab hubungan jevano dengan eliu tak didasari oleh cinta. Memang benar jevano menyukai eliu, tapi bukan berarti mencintai eliu. Jevano seperti menyukai sifat dan perilaku eliu. Dan eliu pun tak pernah merasa manaruh hati kepada jevano. Jadi rena tak merasa merebut siapapun.

Suasa hatinya sedang baik-baik saja. Tapi tak berselang lama, rena sedikit panik ketika membuka pintu rumahnya.

Seisi rumahnya berubah, orang-orang yang kemarin rena kenal sekarang berbeda. Rena berlari menuju ruang tengahnya. Kedua orang tuanya sedang ada di rumah. Apa kesalahannya? Rena kembali mengingat apa saja yang dia lakukan.

"Baba, Mama"

Kedua orang tua rena menoleh, dia memperlihatkan putrinya dari ujung kaki sampai ke ujung kepala. Kemudian menyuruh rena untuk naik ke kamarnya dan turun untuk makan malam bersama.

Suasana rumah ini kembali seperti saat itu. Ketika rena melakukan kesalahan yang cukup fatal menurut kedua orang tuanya. Seluruh maid atau pekerja di rumah ini akan digantikan oleh orang baru tanpa terkecuali. Rena sedikit takut melihat tatapan ayahnya yang sedikit berbeda. Rena pasti sedang membuat kesalahan tanpa di sadari. Dan kedua orang tuanya sengaja menghukumnya seperti ini.

"Se...sejak kapan baba sama mama pulang?"

"Kenapa? Biasanya kamu gak peduli kapan baba sama mama akan pulang." Sahut ibunya.

Sang ayah masih menikmati makan malamnya. Dia menunggu putri semata wayangnya untuk mengakui apa saja kesalahannya. Meski tatapan matanya tak sesabar itu.

"Kalau tahu mama akan pulang, rena pasti akan kembali ke rumah lebih awal".

Sang ayah langsung meletakkan alat makannya ketika mendengar jawaban sang anak. Suasana semakin mencekam, rena seperti sedang diintrograsi oleh kedua orang tuanya. Di dalam otaknya, dia berfikir sangat keras. Hal apa yang dia lewatkan selama kepergian kedua orang tuanya.

"Apa kau masih tak tahu kesalahan mu?"

"Sayang, kita dengarkan...."

Brak!

"Jawab baba!"

Rena sangat gemetar dan ketakutan, ayahnya benar-benar marah. Sedangkan sang ibu hanya diam saja tak mau membantu rena sedikitpun. Rena kembali berfikir keras, apa saja yang dia lewatkan. Apa kemungkinan kesalahan rena yang tidak bisa dimaafkan oleh kedua orang tuanya? Rena terus menerus berfikir dengan badan yang cukup gemetar. Dia sangat takut kepada kedua orang tuanya, terutama sang ayah.

"Rena! Jawab baba!"

"Aku....Aku.....Hiks aku,"

Rena langsung berlutut dihadapan sang ayah. Otaknya sangat buntu, dia tak tahu apa kesalahan yang kedua orang tuanya ketahui. Rena berlutut meminta maaf sambil memohon atas kesalahannya.

"Baba hiks maafkan rena. Maafkan rena baba"

"Apa kau tak tahu kesalahan mu?"

"Sayang, biarkan saja. Kita sudah sepakat bukan?"

"Kau masih saja membelanya, kau itu terlalu memanjakannya winie!"

"Aku tahu, tapi dia tetap anak kita!"

"Kau masih mau melindunginya, huh?"

"Ya! Kita juga masih membutuhkan nya agar warisan dari ayahmu jatuh ke tangan kita".

Yuda mengalah, rena memang menjadi syarat dari warisan yang akan diterima yuda. Sang kakek meminta bahwa rena harus menjadi gadis yang bervalue tinggi dengan tata krama atau pendidikan. Cucunya harus menjadi orang yang berpangkat tinggi. Dengan begitu, warisan akan jatuh ke tangan yuda.

Strong Women || RENJUN, HAECHAN, YANGYANG ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang