18 November 1997
Siapapun akan terpesona dengan wajah rupawan Jody. Orang-orang yang berpas-an dengannya pasti akan menengok kebelakang untuk memastikan lelaki itu siapa atau bahkan ingin meliriknya lebih lama. Rambut lurus dengan poni yang menutupi jidatnya sampai ke alis menambah kesan tersendiri bagi Jody. Walaupun model rambutnya jauh keren dibanding laki-laki yang sangat suka model mullet di jaman sekarang. Jody suka rambut model anak polos agar wajahnya senantiasa tampan dan imut.
Pesona Jody juga berhasil memikat hati Fina, gadis yang diincar banyak laki-laki disekolah atau bahkan diluar sekolah. Fina juga termasuk anak orang kaya, dia selalu memakai mobil ke sekolah. Kini Fina sudah menunggu Jody di lapangan hanya untuk mengajak pulang bersama. Senyum Fina terbit kala Jody keluar dari kelas seorang diri. Nampak lelaki itu menunduk malu.
"Sudah selesai nge-band?" tanya Fina, begitu Jody tiba dihadapannya.
Jody menggeleng, "gue izin sih ke mereka mau pulang cepat."
"Karena alasan mau jalan sama gue?" tanya Fina yang dibalas gelengan olehnya. Fina mengernyit bingung, "terus lo alasan apa?"
"Dicariin mama," jawab Jody dengan wajah lugu membuat Fina tertawa. "Jo, sumpah lo lucu banget."
Jody menggaruk tekuknya yang tak gatal. Tetapi ia teringat sesuatu, "Tadi gimana pas di ruang Pak Azmi? Kena hukum apa?"
"Hukumannya cuma bersihin halaman belakang kok, besok harus dilakuinnya. Tadi cuma maaf-maafan aja." balas Fina. Mereka kini bersebelahan untuk jalan beriringan menuju parkiran.
"Oh gitu, bagus lah."
"Kok bagus? Jadi kamu senang kalau aku dihukum?"
"Eh? Gak gitu kok, ya maksudnya bagus kalau udah maaf-maafan."
Fina tertawa geli, "Kamu benar-benar lucu ya."
Jody merasakan pipinya memerah padam. Ia menatap Fina yang nampak biasa saja bahkan ia tengah celingak-celinguk mencari mobilnya. "Kamu gak bawa kendaraan kan?" tanya Fina dibalas gelengan Jody. "Oke, bagus."
Keduanya kini memasuki mobil, Fina yang berkendara. Jody berkata kalau ia masih sedang masa training belajar mobil. Fina pun tak mempermasalahkannya, selagi itu Jody ia tak keberatan. Keduanya banyak mengobrol, bahkan tampak asik dan tertawa bersama. Tak terasa mobilnya sudah berhenti di basemen mall.
Sesampai disana Fina terus menarik Jody ke toko yang ingin ia kunjungi. Jody hanya mengekori Fina kemanapun gadis itu pergi. "Kamu beli apa?"
"Ini, aku beli aksesoris buat rambut. Cocok gak?" tanya Fina begitu memasangkan jepit rambutnya.
Jody mengangguk dengan mata yang terus menatap wajah Fina yang tampak cantik sekaligus menggemaskan. "Cantik," begitupun Fina yang langsung tersipu malu mendengar pujian Jody yang sangat tulus. Gadis itu mengambil jepitan tadi dan membawanya ke kasir untuk dibayar.
"Aku aja yang bayar," sela Jody seraya mengambil belanjaan milik Fina.
"Tapi kan ini barang punyaku."
"Gak apa, aku pengen bayarin aja." kata Jody. Fina tersenyum dan akhirnya mengangguk saja. Belanjaan punya Fina tidak banyak hanya empat jepitan dan benda itu relatif murah.
"Mau kemana lagi?" tanya Jody. Begitu keduanya keluar dari toko aksesoris.
"Kemana ya? Makan kali ya, laper banget soalnya."
"Boleh,"
"Eh, tapi giliran aku yang bayar, ya. Tadi kamu udah bayarin belanjaan aku."
Jody terkekeh, "Gak apa-apa padahal. Aku baru aja dikasih uang sama kakek aku jadi aku punya uang deh sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Masa Remaja Papa
أدب المراهقينNyatanya masa remaja Papanya lebih menyenangkan dibanding masa remaja dirinya Rayen anak satu-satunya dari Jody Mahardika dan sang Ibunda yang telah meninggalkannya saat ia usia 5 tahun. Saat itu Rayen tak sengaja menemukan buku novel milik Mamanya...