Ruang latihan yang sering dipakai oleh anak band itu nampak penuh dengan jadwal. Band disini itu hanya ada 8 yang aktif dan terkenal salah satunya adalah Boys Team yang kini resmi dikenal menjadi anak band. Walau begitu, Hero One menjadi peringkat pertama dalam per-band'an di sekolah.
"Udahan yuk, capek, nih." keluh Andy. Ia mulai duduk sembari merentangkan kakinya.
Mereka latihan sepulang sekolah sudah 2 jam lebih. Bahkan kini jam mulai menunjukkan pukul setengah enam. Orang yang berpamitan pulang duluan adalah Arjuna.
"Eh gue duluan ya, udah ditelepon Mama." Mereka mengangguk seolah membiarkan Arjuna pulang.
Tak lama Dewa berdiri seraya mengambil ranselnya. "Gue juga deh," pamitnya.
"Ayo kita pulang," ajak Andy. Mereka pun mengangguk dan berjalan keluar ruangan.
Sepanjang jalan mereka hanya diam, mungkin akibat kelelahan juga sehabis latihan. Bahkan Dewa berkali-kali mengelus perutnya sebab laper ingin makan.
"Lomba berapa minggu lagi?" tanya Jody, memecahkan keheningan.
"Seminggu lagi," jawab Yaksa.
"Berarti kita harus benar-benar latihan ya mulai besok." ujar Jody diangguki mereka dengan lemas.
Di depan gerbang mereka berpisah. Dewa dan Andy menaiki motor bersama sedangkan Yaksa jalan kaki. Rumah lelaki itu lumayan dekat jadi tak perlu memakai kendaraan. Sedangkan Jody menunggu supirnya menjemput. Tak lama sebab ia sudah mengabarinya saat di ruangan tadi.
Beruntung kedua orang tuanya pergi keluar kota sehingga pada hari ini Jody aman. Setidaknya seminggu ini.
—
Remaja SMU pada jaman 1997 sangat bermacam-macam. Toilet perempuan selalu penuh karena sebagian perempuan ke sana untuk memoles lipstik atau bedak. Bahkan terang-terangan merokok. Itu tergantung dengan geng mereka, apakah anggotanya baik-baik atau ada sedikit kelakuan nakalnya.
Bagi Yunia, nakal di jaman SMU itu wajar. Mereka masih anak-anak. Nakal yang Yunia maksud di sini adalah, ia memakai lipstik berwarna merah. Mencolok memang, tetapi ia hanya mencoba saja.
"Gimana?" tanya Yunia membalikkan badan untuk melihat respon kedua temannya.
"Buset itu bibir apa jenggot ayam. Merah bener!” ledek Mira sambil terkekeh.
Yunia tertawa kecil tak berniat menghapus bibirnya. "Biar Pak Ridwan kesemsem sama gue."
"Mana ada! Yang ada lo dihukum sama dia." ujar Mira.
Yunia justru tersenyum seraya menjentikkan jari. "Nah itu! Gue mau dihukum sama Pak Ridwan." ujarnya sambil tersenyum lebar.
Mira dan Mike kompak menggelengkan kepalanya jengah sendiri. "Gue kalau jadi Pak Ridwan udah gantung lo di tiang bendera!" sarkas Mira.
Tanggapan Yunia hanya tersenyum lebar tanpa memperdulikan ucapan Mira. Perempuan itu memang sangat tergila-gila dengan Pak Ridwan. Seorang guru olahraga baru yang masih muda. Tak gencar Yunia juga menunjukkan rasa sukanya pada dia terang-terangan.
"Mik, lo masih suka bikin lagu?" tanya Mira pada Mike.
"Hm," jawab Mike berdeham saja.
"Lo buat apa deh bikin lagu terus, kita juga gak bakal tampil kan? Atau lo mau kita ada kemajuan gitu?" tanya Yunia menyeletuk.
Mira langsung beralih ke Mike penasaran. Mike menatap mereka tanpa ekspresi lalu tubuh yang semula menyender itu kini menegak. Dia menghela nafas sebelum menjawab.
"Gue cuma bikin buat diri gue sendiri, kalau kalian memang mau tampil silahkan. Gue ikut aja, dan kalaupun kalian mau lagunya gue bisa bikinin." kata Mike.

KAMU SEDANG MEMBACA
Masa Remaja Papa
Ficção AdolescenteNyatanya masa remaja Papanya lebih menyenangkan dibanding masa remaja dirinya Rayen anak satu-satunya dari Jody Mahardika dan sang Ibunda yang telah meninggalkannya saat ia usia 5 tahun. Saat itu Rayen tak sengaja menemukan buku novel milik Mamanya...