19 November 1997
Pada tahun 1997, anak remaja tidak mempunyai alat canggih seperti handphone. Mereka lebih sering berlama-lama dengan radio atau tidak televisi. Handphone seperti Nokia yang sering dibeli oleh anak-anak orang kaya saja.
"Coba pindahin lagi," ujar Andy. Dewa menekan tombol untuk mengganti chanel radio.
"Biasanya lagu-lagu diputar itu jam segini di channel 2.0 FM!" celetuk Andy.
"Tapi kok gak ada? Ini udah muter-muter," balas Yaksa dengan sedikit sewot.
"Emang ini hari apa?" tanya Jody.
"Kamis," jawab mereka serempak.
"Lah, pantes aja gak ada, orang setiap hari Jum'at dan Sabtu." sanggah Arjuna.
"Ini yang ngide dengerin radio hari ini siapa sih?!" sewot Yaksa.
"Tuh Jody," tunjuk Andy.
"Ya emang gue, tapi gue juga kurang tau tentang channel itu di radio." elak Jody.
Mereka semua menghela nafas dengan kasar. Tak lama seorang pria yang punya warung itu menghampiri. "Udah puas dengerin radio?" tanyanya.
"Belum pak," jawab Dewa.
"Yaudah kalau belum puas mending makan,"
Secara ajaib mata mereka berbinar menatap Pak Joko selaku punya warung makan yang kini mereka singgahi. "Gratis, pak?" tanya Andy dengan semangat.
"Enak aja, ya bayar!" cetus Pak Joko mematahi ekspe kepada merekaktasi mereka.
"Eh lo ada duit berapa?" tanya Yaksa kepada mereka.
"Gue sisa dua ratus rupiah lagi," ucap Andy dengan masam. Padahal ia ingin makan soto yang seharga Rp.550 rupiah itu.
"Gue ada lima ribu nih," ujar Jody.
"Gue sisa dua ribu." ucap Arjuna. Cukuplah buat beli nasi goreng.
"Pas gue ada lima ratus rupiah, mau beli bakso!" seru Dewa dengan senyuman lebar.
"Gue seribu lagi," Yaksa mengeluarkan uangnya dan ditaruh dimeja seperti uang teman-temannya.
"Yah! Kalian enak banget bisa makan, gue keknya air putih doang!" sungut Andy dengan wajah pasrah.
"Gue tambahin deh yang kurang, gue cuma mau bakso." kata Jody yang membuat senyum Andy terbit.
"Lo emang sahabat paling baik deh, Jo!" ujar Andy dengan sangat senang.
Pak Joko tersenyum lebar melihat uang-uang mereka yang ada dimeja. "Jadi beli nih? Mau pesen apa?"
Sekitar 3 jam mereka habiskan di warung Pak Joko yang jaraknya dekat dengan rumah Dewa. Tak hanya makan, mereka membicarakan tentang band mereka yang kemarin-kemarin sudah ingin dibicarakan.
Band Boys Team tidak sepopuler band kakak kelas mereka. Hero One. Walaupun anggota Boys Team tak kalah tampan dari mereka. Visual Jody contohnya yang sangat diagungkan oleh kaum hawa. Mereka hanya mengenal Jody saja bukan anggota Boys Team atau nama bandnya.
"Kayaknya kita harus mulai berani ambil langkah." sahut Yaksa.
"Jadi, untuk perkenalan kita mau tampil dimana?" tanya Dewa.
"Mending kita tunggu aja sampai ada lomba band gitu, biasanya Hero One juga gitu." timpal Arjuna.
"Tapi kapan?"
—
Langkah kakinya lebar berlarian sepanjang kooridor yang menimbulkan atensi dari orang-orang yang ada disana. Dewa memasuki kelas dengan nafas terengah-engah membuat keempat temannya menatap Dewa tanda tanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masa Remaja Papa
Novela JuvenilNyatanya masa remaja Papanya lebih menyenangkan dibanding masa remaja dirinya Rayen anak satu-satunya dari Jody Mahardika dan sang Ibunda yang telah meninggalkannya saat ia usia 5 tahun. Saat itu Rayen tak sengaja menemukan buku novel milik Mamanya...