15. Jarak semakin dekat

11 1 0
                                    

Patah hati terbesar adalah cinta pertama kita. Semenjak kejadian kemarin, Jody terlihat murung. Dan kemenangan Boys Team kemarin yang memperoleh juara 3 membuat mereka semakin dikenal. Walaupun juara 3 tetapi mereka bersyukur karena ini merupakan langkah awal mereka menuju kemenangan dan masa depan yang baik.

"Kayaknya kita harus banyakin ikut lomba sama bikin video klip!" ujar Yaksa saat ini.

"Bikin video klip 'kan harus punya kamera, emang lo punya?" tanya Arjuna.

"Gue punya! Punya kakek gue sih, tapi ada. Nanti gue pinjem ke dia." sahut Dewa membuat wajah mereka semakin sumringah. Kecuali Jody yang hanya diam menunduk seperti tak berselera.

Mereka memandang Jody prihatin, kabar tentang Fina yang pindah ke luar negeri sudah menyebar seantero sekolah. Tetapi, kabar Jody dan Fina yang putus belum diketahui. Hanya teman-temannya saja yang tahu.

"Biarin aja, galau butuh sendiri." kata Yaksa mengerti perasaan Jody saat ini.

Berkali-kali Jody menghela nafas kasar. "Emang kalau ldr gak bakal bisa bertahan ya?" tanya Jody pada akhirnya membuka suara.

"Kakak gue ldr sama pacarnya. Pacarnya itu orang Bekasi, masih bisa tuh." jawab Andy.

"Lah beda dong! Mereka masih satu negara. Jody sama Fina kan beda negera ldr-nya." sahut Arjuna.

"Kemungkinan sih enggak bisa, karena komunikasinya dikit cuma bisa teleponan gak bisa ketemuan." timpal Dewa.

Jody kembali murung. Memang benar, masa mereka belum canggih. Hanya ada telepon yang bisa ia gunakan sebagai alat komunikasi. Untuk melihat wajahnya atau sekedar ketemuan tidak bisa.

"Udah Jo, jangan murung terus. Belum tentu Fina kayak lo galau gini. Lo juga jangan nunggu dia, lo juga udah cerita kalau Fina bilang dia belum tau bakal balik ke Indonesia kapan. Siapa tau selamanya dia disana." nasihat Yaksa seraya merangkul pundak Jody.

Jody menghela nafas. Pada akhirnya memang pertemuan ia dan Fina berakhir seperti ini. Ia juga tidak boleh terus menerus memikirkan Fina. Sudah takdirnya begini, apalagi Boys Team yang perlahan populer karena kemenangan mereka memperoleh juara 3. Walaupun berada di peringkat akhir, mereka masih bersyukur karena itu adalah akar untuk nama mereka naik.

-

Ruangan dengan segala macam alat musik. Pintu tertutup dan sinar matahari masuk melalui celah kaca sehingga memantul pada tembok di dalamnya. Seorang gadis memangku gitar dengan sangat amat tenang dan nyaman. Sesekali bibirnya bergumam menyanyikan sebuah lagu.

Tak lama kesunyian dan ketenangan itu lenyap akibat seseorang membuka pintu dengan kasar namun, tak tergesa. Dia menghampiri gadis tersebut dan duduk di bangku yang kosong.

"Benar 'kan ternyata anaknya disini." ujar Mira sambil menatap Yunia dan Mike dengan senyuman.

Mike menaruh gitarnya ke bawah dan menatap teman-temannya tak ekspresi apapun. "Mik, lo ngerasa gak sih musik yang dibawain sama Boys Team kemarin itu kayak gak asing gitu."

"Lo masih curiga, Yun?" tanya Mira.

"Ya, gue kan ngomong sama yang biasa bikin lagu." ujar Yunia seraya menatap Mike.

Mike tak bereaksi apapun membuat Yunia begitu penasaran. Kenapa temannya yang satu ini sangat minim ekspresi, seakan dia mempunyai penyakit alexithymia.

*Kondisi yang menyebabkan seseorang kesulitan mengidentifikasi, memproses, dan mengekspresikan emosi dengan tepat. Penderita alexithymia biasanya memiliki ekspresi wajah dan suara datar.

"Gimana menurut lo, Mik?" tanya Yunia sekali lagi.

Mike menghela nafas, dia menggendong ranselnya sebelum pergi dia menatap kedua temannya. "Gue gak pernah dengar lagunya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 8 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Masa Remaja PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang