Episode 3

14 1 0
                                    

      Keluargaku sudah sampai di sebuah restoran mewah nan klasik. Aku terpaksa ikut pertemuan ini karena ayah mengancam akan mencabut izin tinggal sendiri selama kuliah, bagaimana bisa dengan jarak rumahku yang cukup jauh dari kampus. Restoran ini tentu saja sudah dipesan oleh pihak laki-laki. Alunan violin dan piano terdengar lembut. Aku tidak mengerti mereka memainkan nada instrumen apa, yang penting cukup nyaman masuk di telingaku.

      Mataku terfokus pada layar ponsel sejak duduk tadi tak memedulikan sekitar. Tidak sibuk oleh apapun hanya men scroll media sosial saja melihat berita artis yang sedang populer. Tiba-tiba Ayah menyenggol lembut lenganku. Ternyata teman Ayah sudah datang, tapi tidak terlihat sedang membawa anak laki-lakinya, hanya mereka berdua. Mungkin anak laki-lakinya sama tak setuju dengan perjodohan ini, makanya tidak mau datang. Aku tersenyum ketika menyalami wanita seumuran dengan Mama. Senyuman yang memliki arti lain.

      “Maaf kami agak terlambat sedikit. Anak kami sedikit rewel tadi. Tidak mau datang ke sini, mungkin ia akan datang terlambat.” Ucap laki-laki dihadapanku. Tampangnya penuh dengan karisma, garis di rahangnya terlihat tegas sepertinya ia termasuk orang tua yang ketat. Dalam hati aku sedikit bersorak mendengar penuturan laki-laki itu. Benar kan, pasti ia tak mau menerima perjodohan ini.

      “Tidak apa-apa. Kami juga barusan sampai. Oh ya, Darin kenalkan, ini Om Kamal teman Ayah. Kamal, ini Darin, putriku satu-satunya.” Aku tersenyum kecil menyapa Om Kamal.

      “Kalau begitu, kita pesan dulu saja sambil menunggu Ali datang.” Om Kamal berseru lalu mengangkat tangan untuk memanggil pelayan. Ali? Otakku langsung terpintas pada seseorang yang sering Shiren sebut-sebut, Si kapten basket kampus. Tidak mungkin kan Ali yang itu. Iya, mana mungkin Ali yang itu, ada banyak Ali di dunia ini. Selanjutnya kami mulai mengobrol santai.

      “Darin kuliah sudah semester berapa?” Tanya wanita paruh baya itu, duduk disamping Om Kamal yang artinya dia adalah istrinya.

      “Baru masuk tante, semester satu.”

      “Oh, baguslah. Cocok kalau gitu, nanti bisa bantu Ali juga. Anak tante itu sudah semester akhir, jadi sibuk ngurus skripsian. Dia itu kalau sudah sibuk, lupa sama segalanya. Suka lupa makan, lupa beres-beres rumah, lupa jaga kesehatan juga. Jadi, semoga Darin bisa bantu tante buat jaga Ali. Tante juga gak bisa setiap hari dateng ke kos nya.” Jelas tante Maya panjang lebar. Wanita yang duduk anggun di seblah Om Kamal. Aku hanya merespon ucapannya denga senyuman kecut.

      Apanya yang cocok? Itu mencari pembantu namanya, bukan istri. Biasanya para ibu mertua yang baik pasti menyuruh menantunya untuk diam dirumah tanpa melakukan apapun, semua di serahkan pada anak laki-lakinya. Ini kenapa jadi aku semua yang kerja. Mungkin dalam pikirannya, anak semester satu itu sama dengan anak sd kelas satu yang tidak banyak tugasnya. Enak saja, tugas anak baru itu lebih banyak dan numpuk. Setiap hari selalu ada saja deadline tugas yang harus di kerjakan. Seperti pepatah berkata satu tumbang tumbuhlah seribu.

      “Jeng, kayaknya kebalik deh. Ali yang bimbing Darin di masa-masa kuliah. Anak baru mah tahu apa, ya kan?” Mama menimpali keika monologku belum selesai. 

      “Iya juga ya. Yah, semoga kalian bisa saling membantu ya. Masa-masa kuliah itu memang berat. Kalau tidak saling mendukung dan menguatkan akan susah. Kan jadi inget masa-masa kuliah kita dulu....” belum juga Tante Maya menyelesaikan omongannya. Seorang laki-laki dengan jaket Lakers hitam datang mengahampiri meja kami, kemudian duduk dengan tenang disamping Tante Maya membuatnya sedikit terkaget.

      “Loh, akhirnya kamu sudah datang. Nih, bintang utamanya sudah datang.” Tante Maya memecah obrolan santai kami langsung terfokus pada laki-laki disampingnya. Aku pun tak kalah kaget melihat siapa yang datang. Firasatku benar-benar sialan. Laki-laki itu benar-benar ku ingat. Ia adalah seseorang yang aku tabrak di lorong apartemen kemarin. Dan tentu saja dirinyalah Si Kapten basket itu. Mimpi apa aku tadi malam sehingga dijodohkan dengannya. Keburutungan kah? Kesialan kah? Aku tak tahu.

*****

Panik gak tuh?😂
Maaf, Part ini ternyata juga masih pendek.😋
Semoga part selanjutnya lebih panjang ya.
.
.
.
Happy reading. Salam sayang dari Author 😍.
Jangan lupa vote dan coment.

Husband Nextdoor (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang