Episode 10

9 1 0
                                    

Pada baca jam berapa ini? Maaf, updatenya dini hari. 🙏🏻😭
.
.
Sebelum baca jangan lupa follow akun ini untuk dapat update an ceritanya. 😉
.
.
SELAMAT MEMBACA !

•••

“Gilak! Imut banget calon istrinya Ali. Woy! Ali biang kerok. Udah kelar nih!” Teriak Hanan dari tempatnya berdiri. Aku dan Karina yang sedang berakting bergegas menghampirinya. Karina sebenarnya sudah baikan dengan Hanan malam setelah kejadian itu. Mereka memang tidak bisa marahan terlalu lama.

“Gimana? Berhasil gak?” Aku menanyakan hal itu dengan rasa takut. Karena ku perhatikan dari kejauhan, Darin seperti tak menyambut baik kedatangan Hanan. Bisa saja ia tak percaya apa yang di katakan Hanan.

“Lo dapet cewek se polos dan se imut itu dari mana sih? Sumpah.” Karina memukul kepala Hanan bagian belakang membuat laki-laki itu mengaduh. Baru juga baikan, mulai lagi bertengkar.

“Dari planet pluto. Udah gak mau tahu, gimana reaksi Darin? Dia percaya gak?”

“Lo di suruh nemuin dia habis ini, sebelum ngadu ke nyokapnya.” Ha? Bertemu? Kena marah nih pasti. Gawat juga jika orang tua Darin ikut salah paham, masalah akan semakin rumit.

“Yang bener lo? Jangan main-main lo sama gue.”

“Ya elah. Lo tu sebenarnya gak ada keren-kerennya sama sekali ya. Giliran tunangannya ngambek tantrumnya berhari-hari. Wah, gawat nih kalo para fans girl lo tahu bahwa seorang Ali itu sebenarnya letoy di depen cewek. Bukan cowok yang cool, yang di idam-idamkan.”

“Bacot lo! Gue disuruh ketemu di mana sama dia?”

“Gak tahu gue. Tanya aja sendiri.” Jawab Hanan. Aku menggaruk tengkuk kepala yang tidak gatal. Kebingungan bagaimana cara menghubungi perempuan itu? Nomer ponselnya saja ia berbohong padaku.

“Kenapa lo? Jangan bilang lo gak punya nomernya. Parah banget lo, Li.” Tidak lagi menggubris perkataan Hanan, aku bergegas menuju motorku dan mengendarinya pulang. Aku tidak yakin bahwa Darin menyuruhku untuk bertemu di apartemen.

*****

Aku bergegas menaiki lift begitu memarkirkan motor di basement. Darin sudah menungguku dengan tenang di depan rumahnya. Siap tak siap aku harus mempersiapkan diri berhadapan dengan perempuan itu. Ia menoleh ketika mendengar langkahku mendekat.

“Kak Ali, bisa bicara sebentar?” Tanyanya padaku. Jantungku sebenarnya sudah berdentum kencang sekali. Takut. Namun aku berusaha untuk terlihat datar seperti biasanya.

“Bisa, ada apa?” ‘Shit! Kenapa gue jadi dingin gini.’

“Ekhm, tolong penjelasannya.” Ucapnya lugas sambil bersedekap dengan percaya diri. Ku tatap dua manik hitamnya menyiratkan keberanian. Telinganya sepertinya sudah ia persiapkan. Apakah wanita ini mau mendengarkan penjelasanku?

“Penjelasan? Kan tadi Hanan udah....” Tidak bisa begini, bukannya itu artinya ia ingin penjelasan dari mulutku sendiri? “Oke, gue jelasin. Jadi, apa yang diomongin Hanan tadi bener. Karina itu pacarnya Hanan, mereka tiba-tiba tengkar di rumah gue, dan.... yah seperti yang lo lihat. Hanan ke rumah gue cuma buat diskusi grup, itu aja. Jelaskan?” Wanita itu mengangguk entah menerima penjelasanku atau tidak.

“Oke, gue terima penjelasannya. Tunggu disini!” Darin masuk kerumahnya membuatku kebingungan. Apa yang ingin ia lakukan? Atau jangan-jangan ia mengambil alat pemukul lalu memukulku untuk melampiaskan kemarahannya. ‘Habis lah gue, kabur aja.’

Baru hendak berbalik, Darin keluar dengan tangan membawa sebuah tempat makan. Ia menyodorkannya padaku. Untukku? Tatapku bingung.

“Ambil.” Perintahnya. Tanganku mengambil tempat makan itu dengan ragu. Tidak ada racun didalamnya kan?

Husband Nextdoor (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang