Episode 18

10 1 0
                                    

WARNING!!! PART INI MENGANDUNG KE UWUAN YANG TIDAK RAMAH UNTUK KAUM JOMBLO.
.
.
Dimohon pembaca untuk mengkondisikan mimik wajah dan gestur tubuh untuk stay calm. (Biar gak dikira orgil) 🤣
.
.
(Pliss! Author nulisnya juga sambil salting sendiri. 😭)
.
.
SELAMAT MEMBACA!

•••


Pov Darin

“Saya nikahkan dan kawinkan putri saya, Darin Natasha Fairuza binti Fairuz Adnan dengan mas kawin emas 24 karat dan uang sebesar 30 juta dibayar tunai.” Ucap Ayah yakin.

“Saya terima nikah dan kawinnya Darin Natasha Fairuza binti Fairuz Adnan dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.” Suaranya sangat tegas dan menggelegar jelas di telingaku.

“Bagaimana para saksi? Sah?” Penghulu bertanya pada para saksi yang hadir disana.

“SAH!” Ucapan hamdalah terdengar disetiap mulut insan. Aku menitikkan air mata begitu mendengar kata ‘SAH’. Shiren semakin memelukku erat ikut menangis bahagia. Semua orang yang berada disini menatapku dengan haru dan bahagia.

“Rin, lo yang nikah tapi gue yang deg-degan. Ya Allah, gue merinding denger Kak Ali ngucapin kalimat sakral itu.” Aku juga merinding mendengarnya.

“Barakallah ya sayang. Semoga pernikahanmu ini selalu diberkahi oleh Allah. Mama sangat bahagia. Kalau butuh bantuan apa-apa jangan lupa bilang ke Mama, ya? Mama tetap ada untuk Darin.” Mama memelukku dalam tangisku yang sesenggukan. Aku sudah tidak bisa membendung air mataku kali ini.

Aku tak ingin berpisah dengan Mama. Aku masih ingin hidup bersama Mama, merasakan masakannya yang selalu lezat, nasihatnya yang lembut dan segala kasih sayangnya. Aku masih mau semua itu.

Selanjutnya beberapa kerabatku bergantian mengucapkan selamat dan mendoakan pernikahanku.

Tante Maya datang juga langsung memelukku erat. Seakan mengisyaratkan menyambutku dengan tangan terbuka untuk hadir kedalam keluarganya. Akan menerimaku apa adanya. Mengasuhku dengan sepenuh hati seperti ibu kandungku sendiri.

“Barakallah ya, Nak. Bunda senang kamu akhirnya hadir dalam keluarga kami. Bunda bahagia banget ada kamu. Setidaknya sekarang Bunda punya teman ngobrol bareng.” Senyumannya begitu manis. Aku mengangguk meng iyakan.

“Yuk sekarang keluar buat ketemu sama Kak Ali.” Shiren menggandengku untuk menuju pintu keluar namun kedua orang tua itu mencegahku.

“Eh, gak usah. Tadi Bunda udah suruh Ali buat jemput kamu disini. Biar romantis gitu. Jadi kamu tunggu disini aja.” Aku pun menurut dan kembali duduk diikuti oleh Shiren yang menempatkan diri disampingku. Daritadi anak ini menempel terus denganku.

*****
Pov Ali

Tenggorokanku terasa sangat kering begitu mengucapkan kalimat sakral itu dihadapan Ayah Darin. Keringat dingin membasahi pelipisku. Namun kata ‘SAH’ itu dapat menghilangkan semua rasa gugup dalam dada. Setelah membaca hamdalah dan Al Fatihah, Bunda berbisik padaku untuk datang ke ruangan dimana Darin sudah menunggu.

Sebelum itu satu persatu menyalamiku dan memberiku selamat disertai doa. Ayah Darin memelukku erat, mengalihkan seluruh tanggung jawabnya kepadaku. Mau tak mau aku harus siap menerima semua kelebihan dan kekurangan Darin yang belum ku ketahui.

“Ali, Ayah percayakan Darin padamu. Semua tanggung jawab Ayah padanya berganti di pubdakmu. Bimbing putri Ayah dengan benar, perlakukan dia dengan lembut. Boleh sekali-kali marah, tapi jangan membentak dihadapannya, mengerti? Bagaimanapun Darin tetap putri Ayah.” Aku mengangguk mantap mendengar wejangannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Husband Nextdoor (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang