Episode 4

21 1 0
                                    

      Part kali ini beneran panjang. Tapi sebelum baca jangan lupa vote dan coment dulu.
.
.
.
Aku Up lagi karena kebetulan aku ada waktu luang. Bonus buat kalian semua yang setia baca ceritaku. 😍
.
.
.
Target Part ini semoga dapet 500 vote. Yuk, ramein biar aku juga semangat up nya.
.
.
SELAMAT MEMBACA!

...

    
      Aku masih belum paham arti jodoh itu sendiri. Apakah itu sebuah takdir? Atau bersebab kita terlalu sering melakukan hal yang sama tanpa disengaja? Atau kita selalu berpapasan dengan orang yang sama sering kalinya? Aku tak paham. Aku juga tak mengerti kenapa aku selalu bertemu dengannya setelah bertemuan keluarga lusa lalu. Dan yang lebih lucunya lagi dia adalah tetangga depan rumahku. Bagaimana aku harus menyikapinya? Tentu saja bersikap seolah tak kenal. Toh, aku memang tak kenal siapa dia. Hanya tak sengaja bertemu saja dan sama-sama tinggal di satu apartemen.

      Pagi ini kami tak sengaja berpapasan di depan rumah ketika ingin berangkat kuliah. Aku yang melihatnya keluar dari rumah diseberang terbengong. Kaget. Tak bisa berkata-kata. Ali yang melihatku bersikap aneh memilih tak memedulikanku dan langsung melangkah menuju lift ke basement.

      “Apa itu tadi? Dia beneran tinggal di sana? Demi apa?” Aku menoleh sebentar pada pintu rumahnya. Nomor 104. Sedang rumahku nomor 105. Takdir macam apa ini? Ah, terserah. Jangan pedulikan dia dalam keadaan apapun. Titik. Aku segera berlari menuju lift sebelum pintu itu tertutup.

      “Tunggu! Jangan di tutup dulu!” Orang yang ada di dalam tak memedulikan teriakanku. Hanya melihatku berlari sambil menekan tombol agar pintu segera tertutup. Pintu lift sudah tertutup.

      “Dasar kejam.” Tentu saja Ali yang melakukan hal itu. Mau tak mau aku harus melewati tangga untuk turun ke basement. Belum habis drama di lift, di parkiran pun dirinya tanpa rasa bersalah menyenggol sepeda motorku hingga terjatuh. Dan apa yang ia lakukan? Meninggalkannya begitu saja tanpa bertanggung jawab. Bagaimana aku bisa hidup dengan orang yang seperti itu? Kesalahan yang ia perbuat pun tak bertanggung jawab.

      “Ali, Sialaan!” Teriakanku menggema di dinding basement ketika laki-laki itu sudah pergi keluar dari gedung. Orang yang diteriaki dengan santai mengendarai motornya.

      “Lihat aja habis ini kena karma. Dosa banget jadi orang pagi-pagi udah bikin emosi. Ogah banget gue dijodohin sama orang kaya gitu.” Omelku sambil berusaha mendirikan motorku yang tumbang. Mood pagiku benar-benar hancur dengan kelakuannya. Aku segera menyalakan motor dan keluar dari gedung. Tiba-tiba sebuah motor melintas begitu saja di depanku membuatku me ngerem mendadak.

      “Jadi cewek gak usah alay. Di jaga juga auratnya.” Suara bariton itu berasal dari Ali. Aku sudah siap-siap turun dari motor untuk menimpuknya dengan sepatu atau apapun itu. Namun dirinya sudah lebih dulu melesatkan motornya ke jalan raya.

      “Aurat apanya? Gue udah pake jilbab. Matanya gak bisa lihat apa? Heh, capek sendiri gue nanggepin orang modelan titisan setan. Sukanya ganggu ketenangan orang mulu.” Aku menghela nafas panjang-panjang untuk mengatur emosiku yang sudah mendidih di dada. Bagaimana aku bisa menghadapai perkuliahanku hari ini dengan mood yang sangat buruk? Ali akan ku buat membayar semuanya. Aku segera kembali menyalakan motor dan melesat ke jalan raya menuju kampus.

*****

      Setelah mata kuliah pagi tadi, aku langsung menuju perpustakaan untuk mencari referensi tugas di mata kuliah selanjutnya. Aku sebenarnya datang dengan Shiren, tapi anak satu itu tentu saja menuju rak-rak novel. Ia tak mungkin mengerjakan tugasnya di kampus, tugas adalah pekerjaan yang hanya di kerjakan dirumah, itulah motonya dalam mengerjakan tugas.

Husband Nextdoor (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang