9

1.4K 151 10
                                    

Dengan langkah tergesa dokter atasa, mencari keberadaan freen di depan ruang ICU.

"khun freen." panggilnya tanpa ekspresi. freen yang mendengar itu langsung mendongakkan kepala dan beranjak dari tempat duduknya.


"dok- dokter, bagaimana keadaan becca saat ini?" tanyanya dengan panik.


"kondisinya saat ini jauh lebih tenang karena saya baru saja memberikannya obat penenang. berapa kali saya peringatkan?" dokter atasa menahan geramnya. tangannya sedikit terangkat karena merasa gemas karena freen tidak mengindahkan peringatannya.


dokter atasa menahan gerakannya, memalingkan wajahnya sejenak dan mengambil nafas dalam-dalam. ia sadar, bahwa tidak seharusnya dia emosi kepada salah satu wali pasien. karena bagaimana pun juga ia yang meminta pertolongan freen untuk membantu proses terapinya.


setelah sedikit lebih tenang dokter atasa kembali melihat ke arah freen yang kini berdiri tepat di hadapannya. "baiklah saya rasa cukup untuk hari ini, khun freen bisa pulang dan beristirahat. trima kasih untuk ketersediaannya khun freen." ucap dokter atasa, ia menekan rahangnya karena masih merasa gemas.


freen tertunduk, ia merasa menyia-nyiakan kesempatan yang sangat langka. di saat seperti ini sebenarnya ia sangat ingin berada di samping becca, namun apalah daya nasi sudah menjadi bubur. 


freen berjalan tertunduk melewati lorong panjang yang sangat sepi, kejadian yang baru saja terjadi berputar di fikirannya seperti kaset rusak. membentuk potongan-potongan kejadian yang membuat hati nya semakin sakit.


kaki nya tak mampu melangkah, lututnya terasa lemas. tangannya meraih tembok yang berada tepat di sampingnya. isakannya mulai terdengar, yang awalnya lirih menjadi lebih keras.


freen membiarkan dirinya terperosok dan duduk di lantai, seolah tak ingin orang lain tau ia membekap mulutnya sendiri. ini semua begitu sakit bagi ku, bagaimana dengan kamu yang mengalaminya? pikirnya


isakannya intens, terdengar pilu. bahkan freen sampai memukul dadanya sendiri karena sangking sesaknya. "maafkan phi becc, maafkan phi." hanya itu kata yang keluar dari mulutnya.

***


keesokan harinya saat jack dan mae baru saja sampai di depan ruangan ICU mereka di buat terkejut dengan penampilan freen yang acak kadul. ia duduk di sudut ruang tunggu barisan paling belakang sambil menatap kosong ke arah depan. rambutnya tergerai acak-acakan, wajahnya sangat lesu bahkan di area pipinya masih ada air mata yang belum kering.


beruntung kemarin jack berhasil membujuk mae untuk pulang dan beristirahat, walaupun janji yang harus ia tepati yaitu mengantarkannya pagi-pagi sekali ke rumah sakit.


melihat freen seperti itu mae buru-buru mendekatinya.

"nak? apa yang terjadi? bagaimana dengan becca?" menyadari keberadaan seseorang disampingnya, freen pun sadar dan segera menghapus sesuatu yang membuat pipinya basah.


"sawatdii kha mae, khun jack."

"sawatdii kha freen." khun jack membalas salam freen, namun tidak dengan mae karena terlanjur panik ia meremas lengan freen dan mengguncangnya. "apa yang terjadi? bagaimana kondisi becca?" freen pun menghela nafas ia sangat tau bahwa mae saat ini sedang khawatir, tapi dia juga tidak mungkin menjelaskan kebodohan yang dia lakukan.

ACCIDENT [FREENBECKY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang