Bab 2

2.1K 145 6
                                    

Pertemuan antara Nana dan keluarga Jeno sekarang sedang berlangsung. Awalnya Nana kelihatan agak gugup karena baru pertama ini dia bertemu dengan keluarga yang bisa dikatakan memiliki kelas yang lebih tinggi dari kelas sosialnya. Apalagi saat pak Arya Dimas memperkenalkan dirinya sebagai salah satu pejabat penting di salah satu kementrian dalam negeri, Nana semakin berpikir kalau Jeno memang bukan pria dari kalangan biasa-biasa saja.
Sejenak ia berpikir, semoga orang tua Mark bukan orang-orang berkelas semacam keluarga Jeno.

"Jadi nak Jasmina ini sudah berapa lama kenal dengan Jeno?" Pertanyaan itu datang dari nyonya Jessica, wanita setengah baya yang masih kelihatan cantik itu tersenyum ramah pada Nana.

"Sekitar 3 tahun lebih tante." Nana menjawab sesuai dengan kenyataan. Ia memang sudah lama mengenal Jeno sejak awal-awal masuk kuliah.

Jawaban itu membuat bu Jessica, pak Arya dan Keenan cukup terkejut. Apalagi Keenan, ia tidak menyangka kakaknya bisa menyembunyikan seorang gadis darinya selama ini, apalagi Nana ini terbilang masih sangat muda, bahkan lebih muda dari Keenan sendiri. Selama ini ia hanya tahu mengenai hubungan Jeno yang kandas dengan Rena, mantan pacar Jeno yang sudah menikah dengan pria lain.

"Wah itu waktu yang cukup lama, berarti kalian sudah saling mengenal satu sama lain dengan baik, ya?" kata bu Jessica semakin tersenyum.

"Lalu sejak kapan kalian mulai pacaran?" kali ini pertanyaan datang dari pak Arya.

Nana menggumam ragu untuk menjawab, kemudian dia melirik ke arah Jeno.

"Udah setahun, pi," sahut Jeno menjawab.

Namun jawaban itu membuat semua- kecuali Nana-mengerutkan dahi.

"Setahun? Kok kamu baru bilang sama sih Jen? Kan kalau tau kamu sudah punya pacar mami nggak perlu repot cariin calon lagi buat kamu."

Yah kalau diingat lagi memang selama ini Jeno memang tidak pernah bicara apa-apa soal Nana di hadapan orang tuanya, maka dari itu Jessica menjodohkan Jeno dengan Teyana. Pikir ibunua, apa susahnya tinggal bicara saja kalau Jeno sudah punya pacar agar tidak perlu selalu membuat ibunya khawatir di saat ia menolak dijodohkan dengan Teya.

"Kami nggak mau buru-buru, mi. Nunggu Nana berusia matang dulu. Itulah alasan aku selalu nolak dijodohkan selama ini."

Agak janggal alasannya, tapi sudahlah, bu Jessica tidak ingin mempermasalahkan soal itu. Yang penting anaknya sebentar lagi sold out.

"Memang usia kamu berapa, nak Jasmina?" pak Arya bertanya.

"Saya 23 tahun om."

"Oh itu sudah termasuk cukup kalau untuk menikah." Jawban itu seketika membuat Nana yang tadinya menunduk lekas melirik ke arah pak Arya.

"Iya, nggak baik kalau ditunda-tunda. Dulu mami dilamar sama papi juga nggak beda jauh sama kamu usianya, Na. Segera hubungi orang tua kamu ya untuk membicarakan masalah pernikahan ya."

Pernyataan dari bu Jessica itu jelas saja membuat Nana panik dan lekas menatap Jeno, seakan ia meminta tolong dari suasana mencekam ini.

"Mi, kami belum pengen menikah, karena Nana masih belum lulus kuliah juga. Kami udah komit akan menikah saat Nana lulus kuliah."

Bu Jessica berdecak. "Itu bukan masalah besar, Jeno. Nggak masalah walaupun Nana masih kuliah, emangnya kenapa? Lagian itu lebih bagus. Jadi pasangan suami istri secepatnya, apalagi Nana mahasiswi kamu, itu lebih bagus ketimbang kalian pacaran di kampus. Orang tua Nana juga pasti akan setuju kalau anaknya lebih cepat dinikahkan, iya kan Na?"

Tidak bisa, Nana harus bertindak sekarang. Dia tidak mau kalau sampai sandiwara ini membuat dirinya terjebak sendiri dan menghancurkan hubungannya dengan Mark.

✔🔞MENIKAHI MAHASISWIKU [Nomin//GS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang