Bab 1

3.7K 180 13
                                    

"Yakin ini bisa disebut proposal pengajuan judul skripsi?" Seorang pria berkaca mata tebal namun tetap kelihatan gagah dengan postur tubuhnya, dan menakutkan dengan nada bicara tegasnya-mengomentari isi beberapa kertas yang ada di tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Yakin ini bisa disebut proposal pengajuan judul skripsi?" Seorang pria berkaca mata tebal namun tetap kelihatan gagah dengan postur tubuhnya, dan menakutkan dengan nada bicara tegasnya-mengomentari isi beberapa kertas yang ada di tangannya.

Lalu matanya beralih memandang pada gadis muda, kurus, namun punya wajah yang cukup cantik–di hadapannya dengan pandangan kecewa.

Gadis yang tertunduk sejak tadi di hadapannya itu kemudian mengangkat wajahnya takut-takut.

"Saya nggak yakin sih sebenarnya, tapi mau gimana lagi, cuma ini yang bisa saya kerjain," jawab si gadis dengan kedua bahu menciut. Jelas ia bisa melihat ketidakpuasan di wajah sang dosen.

Sang dosen menghela napas berat lalu mengalihkan pandangannya pada jendela ruangannya yang kelihatan sudah cukup gelap. Ini sudah pukul 6, namun ia masih harus berada di ruangan tersebut hingga sesore ini.

"Jadi, sebenernya kamu paham nggak sama judul skripsi yang kamu ambil ini?" Calya Jasmina, gadis yang sejak tadi duduk di hadapan sang dosen semakin menciut karena mau tak mau ia harus mengatakan hal yang sebenarnya.

"Jujur saya nggak terlalu paham sama judul yang saya ambil ini mister, rumit banget, maaf," katanya kembali menundukan wajah.

Sang dosen, yang sudah sejak pagi dipusingkan dengan banyak mahasiswanya yang bolak balik minta bimbingan pun lekas mendengus kesal, pasalnya hanya Nana saja lah yang masih jalan di tempat dalam pengerjaan skripsinya.

Baru pengajuan judul saja sudah tidak mampu, bagaimana dengan bab-bab selanjutnya.

Sebenarnya tidak akan jadi masalah untuk Jevano kalau pun Jasmina tidak lulus kuliah, hanya saja Jeno sangat benci pada murid bodoh yang menjadi penghuni kampus dalam waktu lama.

Sekarang ia memijat pelipisnya yang berdenyut.
"Okay, kalau kamu nggak ngerti, kenapa mutusin pilih judul ini?" Tanyanya selagi kembali duduk di kursi kerja.

"Ya karena awalnya saya kira ini yang paling gampang, tapi ternyata susah juga kaya yang lain."

Jeno menghempaskan punggungnya di sandaran kursi. Sungguh kesal Jeno mendengar alasan mahasiswi bodoh di hadapannya ini. Kini ia menatap lekat-lekat wajah Jasmina, berharap gadis itu bisa mengerti keinginannya dan mungkin segera sadar bahwa gadis itu harus bisa lebih fokus pada kuliahnya.

Namun untuk sejenak pikiran itu teralih dengan apa yang dilihat oleh matanya.
Gadis bersurai hitam legam sepunggung, kulit putih mulus, wajah imut-imut yang cantik, dan postur tubuh yang sangat proporsional bagi seorang wanita menginjak usia dewasa.

Calya Jasmina adalah gadis muda yang sempurna dari persoalan fisik, namun sayang, otaknya tak secantik parasnya. Jika saja gadis itu pintar, mungkin dia akan lebih menarik bagi Jeno.

Tapi segera Jeno menyadarkan dirinya dari lamunan konyol itu. Bagaimana mungkin dia berpikiran untuk tertarik pada seorang gadis di saat seperti ini, apalagi pada mahasiswinya sendiri.

✔🔞MENIKAHI MAHASISWIKU [Nomin//GS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang