Bab 5

1.7K 116 33
                                    

Tak terasa sudah 2 hari mereka menikmati liburan pernikahan, seharusnya kalau mengikuti rencana pak Dimas, mereka sudah terbang ke Bali untuk bulan madu. Tapi karena Jeno terus mengatakan alasan soal Nana harus mengejar waktu untuk menyusun skripsi, akhirnya orang tua Jeno setuju menunda bulan madu Nana dan Jeno ke Bali. Mereka akan menunggu sampai Nana wisuda baru mempersiapkan bulan madu yang menyenangkan untuk anak-anak mereka.

Nana tak bisa berkata apa-apa tentang kebaikan orang tua Jeno padanya, dia benar-benar diperlakukan seperti ratu di keluarga Jeno, membuatnya jadi merasa miris, kenapa Jeno bukan Mark? jika saja pria itu adalah orang yang Nana suka, pasti posisinya sekarang ia anggap sebagai anugerah terbesar dalam hidupnya.

Sekarang mereka sudah sampai di apartemen Jeno. Pria itu membawa dua koper besar berisi pakaian dirinya dan Nana, lalu berjalan ke arah ruang cuci yang ada di sebelah dapur untuk memasukan pakaian kotornya sendiri ke dalam mesin cuci.

Sedangkan Nana sedang memasak mie instan sambil menyeduh kopi di mesin penyeduh. Hanya kopi instan dan syukurnya Jeno juga punya selera yang sama dengan Nana.

Sambil melakukan semua kegiatannya, Nana tampak kewalahan dengan gawai yang sejak tadi dipegangnya. Mami Jessie sudah menelefonnya sejak pertama mereka sampai di apartemen, dan parahnya sang mami masih belum mau mengakhiri panggilan itu akibat perdebatan soal usulan pembantu rumah tangga.

"Kamu yakin bisa? nggak capek kalau ngurus rumah sendirian? soalnya Jeno pasti akan manggil ART kalau udah terlalu sibuk di kampus."

Peringatan itu membuat Nana tersenyum kecil.

"Iya mi, bisa dikerjain sama-sama bareng mas Jeno. Dia pasti mau kalo bantuin kok." betapa entengnya jawaban Nana, padahal dia juga belum mendiskusikan soal hal ini dengan Jeno. Tapi daripada ada orang lain di rumah mereka, akan lebih baik kalau mereka kerjakan pekerjaan rumah bersama.

"Ya ampun, so sweet banget sih kalian... Iya deh kalau gitu lebih baik emang kalian kerjain barengan aja ya. Biar kaya di drama drama korea gitu kan, romantis." Mami Jessie malah kedengaran sangat senang, membuat Nana jadi tersenyum kaku mendengarnya.

Dalam batinnya, romantis apaan? orang cuma kawin kontrak. 

Nana tak pernah berharap kalau di antara dirinya dan Jeno akan terjadi hal semacam itu, karena dia sangat yakin kalau dirinya bukanlah tipe wanita yang Jeno sukai kalau mengingat dari bagaimana sikap Jeno selama ini memperlakukan Nana di kampus.
Tidak kasar, hanya saja pria itu terlalu jenius bagi Nana sampai tak mungkin jatuh cinta pada perempuan seperti Nana.

Selain perihal itu, ada beberapa topik obrolan lain yang terjadi antara mereka. Nana dan mami Jessie kelihatan sudah akrab meski baru beberapa hari kenal, karena memang mereka punya banyak kesamaan. Mulai dari selera makanan, warna pakaian, sifat yang sama-sama terbuka dan sampai hobi mereka pun sama, yaitu memasak.

Jeno tak menyangka kalau Nana bisa secepat itu akrab dengan ibunya, karena saat pacaran dengan Rena dulu, ibunya terkesan biasa saja meski Rena sebenarnya adalah wanita yang menurut Jeno sudah mendekati tipe istri idaman setiap pria.

Rena wanita karir yang sukses dan nyaris bisa melakukan segala hal yang mengagumkan. Sepertinya ibunya memang lebih menyukai tipe gadis seperti Nana, entah dari sudut pandang apa, yang jelas Jeno cukup bisa bernapas lega sekarang, sebab tidak perlu menghadapi drama rumah tangga semacam menantu yang tidak disukai oleh ibu mertuanya.

"Iya mi, kalau gitu nanti Nana telefon lagi ya, Nana mau beresin baju kotor dulu, kasian mas Jeno beresin sendirian."

Dan setelah itu hubungan telefon mereka selesai.

Nana berjalan ke arah Jeno yang kini sedang menggiling cuciannya.

"Mami ngomong apa?" Tanyanya.

"Mm...Lumayan banyak, mulai dari pengen ngirim pembantu rumah tangga ke sini sampai ngomongin masalah opor ayam enaknya pake santan pati atau ditambah santan encer," jawab Nana polos yang membuat Jeno tersenyum samar.

✔🔞MENIKAHI MAHASISWIKU [Nomin//GS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang