Bab 18

1.3K 124 43
                                    

Jeno menelan salivanya dan mungkin inilah saatnya untuk menyatakan perasaannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeno menelan salivanya dan mungkin inilah saatnya untuk menyatakan perasaannya.
Namun belum sempat Jeno membuka mulutnya, Nana kembali melanjutkan ucapannya.

"Yah, a-aku udah nyaman aja hidup berdampingan sama kakak sebagai seorang partner. Ma-maaf kalo aku agak weird gitu tadi jelasinnya, hehe, aku cuma ngerasa yah... kak Jeno baik, yah gi-gitu lah pokoknya."

Baru saja Jeno terdorong untuk jujur tentang perasaannya, namun melihat tingkah Nana yang begitu gugup dan seakan berusaha menutupi apa yang sebenarnya ada di dalam pikiran gadis itu, Jeno jadi mengurungkan niatnya lagi.

Ini bukan tentang dia tidak mau menyatakan perasaannya karena Nana seakan hanya menganggapnya partner, namun Jeno lebih memikirkan tentang kesiapan Nana apabila dirinya menyatakan perasaannya.

Saat ini saja Jeno sudah melihat Nana sangat gugup dan berusaha untuk menutupi perasaannya, entah gadis itu peka atau tidak pada perasaannya sendiri, yang jelas Jeno cukup tahu kalau sebenarnya Nana sudah menaruh hati padanya. Dengan mengatakan gadis itu nyaman saat ada di dekatnya saja, bagi Jeno itu sudah suatu kemajuan bagi hubungan mereka.

Akan tetapi Jeno tidak akan memaksa Nana untuk menyatakan perasaannya jika gadis itu belum siap, karena walau bagaimana pun Nana sedang dilanda banyak pikiran, jika Jeno menambah beban pikiran gadis itu lagi dengan pernyataan cintanya, bukan tidak mungkin kalau Nana akan semakin stres dan itu akan mempengaruhi apa yang sedang Nana fokuskan sekarang, yaitu soal kuliahnya.

Kendati, pemikiran Jeno yang terlalu dalam itu sebenarnya tidak selalu benar, karena Nana adalah seorang perempuan yang mostly tidak mungkin untuk menyatakan perasaannya duluan pada laki-laki. Justru Nana menunggu saat Jeno membuka obrolan seperti itu dan berakhir dengan ajakan pria itu untuk menjalin hubungan. Akan tetapi inilah yang dinamakan miss kepekaan terhadap satu sama lain, yang berarti mereka butuh waktu lagi untuk saling memahami, atau mungkin sesuatu untuk mentrigger perasaan mereka satu sama lain.




Jeno dan Nana masih berada di perjalanan pulang. Setelah menangis dan mencurahkan isi hatinya pada Jeno, kini pria itu mengajak Nana untuk jalan-jalan di pusat jajanan kota mencari cemilan kesukaan orang tua mereka yang sedang menginap di apartemen.

Sampai akhirnya mereka berhenti di sebuah parkiran tempat kendaraan para pengunjung dititipkan.

"Ibu kamu suka cemilan apa, Na?" tanya Jeno sambil menutup pintu mobil dan berjalan ke arah Nana yang sudah keluar mobil lebih dulu.

"Martabak manis kacang cokelat, ibu suka makanan yang manis," jelas Nana.

Jeno mengangguk-angguk.
"Hmm begitu, berarti sama kaya mami, mami juga suka martabak manis."

"Oh ya? wah, kok bisa kebetulan gitu ya?"

Jeno tersenyum setuju.
"Iya juga ya. Jadi nggak usah susah payah cari cemilan yang lagi buat mereka, kan?"

✔🔞MENIKAHI MAHASISWIKU [Nomin//GS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang