Bab 7

1.3K 111 11
                                    

Suasana di dalam mobil mendadak jadi awkward setelah kejadian di parkiran beberapa menit lalu, dan yang paling kelihatan adalah sikap Nana. Gadis itu mendadak jadi sibuk membaca buku catatannya, padahal selama ini dia sangat jarang menyentuh catatan seputar mata kuliahnya.

Sementara Jeno berusaha kelihatan normal, meski sesekali matanya mendelik ke arah istrinya.
"Nanti siang ada acara nggak? Mami ngajak lunch bareng, tapi kalau kamu bisa." Akhirnya Jeno memecah keheningan.

Nana yang sejak tadi menyembunyikan kecanggungannya pun mau tak mau harus menjawab.

"Na-nanti siang aku ada acara. Kalau dinner mungkin bisa."

Jeno mengangguk.
"Ya udah dinner aja kalau gitu. Sebentar lagi sampai, kamu mau diturunin di dekat halte apa di sebelah gedung kampus 2?"

"Di halte aja."

Jeno tidak menjawab lagi, ia hanya kembali fokus menyetir dengan detak jantung yang belum bisa stabil. Beberapa kali dia mengela napas sambil berusaha mengalihkan pikirannya agar tidak terlalu memikirkan kejadian tadi lagi.









Sampai di tempat yang Nana maksud, gadis itu keluar dari mobil tanpa mengatakan apapun dan kelihatan tergesa-gesa. Jeno hanya memerhatikan tingkah Nana yang sangat jelas begitu tak karuan.
Entah apa yang mau dilakukannya hingga tergesa-gesa begitu, mungkin bertemu Mark, pikir Jeno sampai gadis itu harus buru-buru.

Sepeninggalnya Nana dari mobil, Jeno tidak langsung pergi, pria itu menatap kemana Nana kini berjalan. Sorot matanya jauh terhanyut dalam pandangannya sendiri.

Sejatinya dalam benak Jeno masih sulit menghilangkan bayangan ekspresi Nana sejak kejadian di parkiran tadi.
Pipi gadis itu merah dan sikapnya jadi sangat pendiam, tak seperti biasanya yang akan memulai beberapa obrolan kala mereka satu mobil.

Sepertinya Jeno tahu dan bisa membaca apa yang terjadi pada gadis itu, namun tak ada ekspektasi apapun dalam pikirannya, karena hal itu normal saja jika terjadi pada gadis seusia Nana, pikirnya.

Terkadang wanita bisa gampang baper dengan hanya didekati atau bersentuhan dengan pria yang tak sengaja menyentuhnya.

Jeno tak ingin menganggap sikap Nana itu akan berlanjut ke sesuatu yang tak seharusnya. Ia sadar masih ada Mark yang akan menyadarkan gadis itu soal perasaannya.

Dan Jeno berjanji tidak akan melakukan hal seperti tadi lagi pada Nana, karena apa yang mereka lakukan di parkiran tadi mestinya sudah cukup meyakinkan papinya. Jadi dia tidak perlu melakukan skinship lagi dengan Nana sampai hari perceraian tiba.

Jeno tidak men-judge kalau Nana adalah wanita yang baperan. Namun dia hanya berusaha menghormati hubungan asmara orang lain. Meski ia pikir cinta pasangan muda itu layaknya cinta monyet anak remaja pada umumnya, akan tetapi Jeno tetap punya etika, apalagi dia pernah diselingkuhi sebelumnya.









✔🔞MENIKAHI MAHASISWIKU [Nomin//GS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang