Lega

5.7K 467 38
                                    

Setiap rumah tangga akan selalu didatangkan ujian untuk penghuninya. Siapa yang mampu menghadapinya dengan hati lapang, pasti akan menemukan titik terang. Begitu kenyataan yang ada di kebanyakan lingkungan.

Beruntung sekali Kailash memiliki istri yang begitu pandai mengendalikan emosi saat di hadapkan dengan suatu permasalahan. Seperti hari ini, hari kedua Trisha dan Kailash hidup menjadi sepasang manusia yang seharusnya menikmati cinta mereka. Tetapi keduanya harus dihadapkan dengan suatu masalah yang belum jelas substansinya.

"Bahwa untuk kepentingan penyidikan tindak pidana pelanggaran hak cipta perlu dilakukan tindakan hukum berupa memanggil seseorang untuk dimintai keterangannya." Ucap Kailash yang sedang membaca isi surat dalam amplop coklat dengan nada yang sedikit menyeret.

Diambilnya dengan pelan kertas yang sedang Kailash pegang, lalu Trisha ikut membaca dan mencermatinya.

"2023 dapet project lukisan dari siapa aja?" Tanya Trisha saat selesai membaca.

"Banyak sayang."

"Yang dari orang-orang penting ada nggak?" Kailash berusaha mengingat semua kliennya.

"Salah satu bupati di Jawa Tengah."

"Komisi yang mas dapet berapa?"

"600."

"Juta?"

"Ya nggak mungkin miliar dong sayang. Tapi beneran aku nggak jiplak pake lukisan siapapun. Ini pure buatan aku yang konsepnya dari bupatinya sendiri."

Trisha menatap bolak balik mata Kailash dan tulisan yang ada pada kertas itu. Mengusap punggung Kailash dengan satu tangannya untuk menenangkan,

"Mas tenang aja ya, kita konsultasi masalah ini ke mas Ian. Ini kan undangannya besok, nanti malam kita ke rumah dia."

"Nggak sekarang aja?"

"Emang nggak cape?"

"Cape sih, mau tidur sambil di puk puk kamu." Kailash bergelayut manja tanpa sadar bahwa istrinya pasti merasa berat karena tubuhnya lebih besar.

"Awas mas, berat banget." Trisha berusaha menyingkirkan tangan Kailash di bahunya.

"Baru gini aja udah bilang berat, nanti kalo kita ma-"

"Tutup mulutnya." Bicara Kailash terpotong saat Trisha menampar pelan mulutnya menggunakan kertas.

"Emang kamu nggak mau?" Kailash mengejar langkah Trisha yang sudah memasuki rumah.

"Mau nggak mau harus mau soalnya itu kewajiban tapi nggak perlu di omongin Kailash."

"Ya harus diomongin biar aku tau kamu maunya gimana. Obrolan soal itu penting lho Sa, harusnya malah sebelum kita nikah udah dibahas, biar sama-sama tau puasnya dimana."

Trisha tidak peduli dengan Kailash yang masih bicara. Perempuan itu memilih masuk kamar dan merebahkan tubuhnya. Ia ingat sekali bahwa Kailash sendiri yang tidak mau membahasnya sebelum mereka menikah.

"Aaaa enak banget kasurnya." Ucap Trisha dengan tubuh terlentang, menggerakkan kaki dan tangannya bersamaan.

"Sengaja aku beli baru biar kamu betah di kasur." Kailash menjawab dengan ketus karena sedari tadi istrinya tidak menanggapi apa yang ia ucapkan.

"Oh iya? Makasih banyak lho mas kamu perhatian banget. Sini katanya mau tidur?"

Kailash bergabung dengan Trisha ke atas kasur. Sekarang akan menjadi kebiasaan Kailash untuk menyembunyikan wajah pada dada Trisha saat tidur. Menurut Kailash itu sangat nyaman.

"Kamu kapan selesai haid?" Ucap Kailash sembari mengeratkan pelukannya.

"Besok juga udah selesai."

"Bagus deh. Tapi kalo besok dipanggil penyidik terus bulan madu kita gimana?"

Kopi TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang