Dua Minggu sudah usia pernikahan Kailash dan Trisha. Masa sekarang ialah perjalanan yang menurut Trisha paling banyak dramanya. Padahal kalau dilihat dari umur pernikahan, seharusnya yang mereka rayakan saat ini hanyalah rasa senang.
Benar kata orang, bahwa pasangan kita akan menunjukkan sifat aslinya saat sudah memiliki kita seutuhnya. Trisha baru tahu kalau suaminya akan se-buta itu dan tidak bisa membedakan siapa prioritasnya.
Kini sudah satu bulan semenjak kejadian di ruang lukis. Trisha sibuk dengan pekerjaannya karena masa cutinya sudah selesai.
Kegiatannya semakin padat, setiap pagi harus menyiapkan keperluan suami dan anaknya. Begitu selesai, Trisha pergi ke rumah sakit untuk bekerja. Siangnya ia akan menjemput Sekala dan beristirahat sebentar sebelum kliniknya buka.
"Sa, hari ini ambil cuti bisa nggak?" Tanya Kailash. Tangannya ia lingkarkan pada pinggang istrinya yang sedang sibuk meracik kopi.
"Nggak bisa dong, baru sebulan berangkat masa mau ambil cuti lagi."
Sesuai dengan impiannya sebelum menikah, ia ingin sekali setiap hari meracik kopi untuk suaminya. Rutinitas yang menyenangkan bagi Trisha dan selama menikah hampir setiap hari ia lakukan meskipun waktunya tidak selalu pagi.
"Aku kangen banget sama kamu."
"Bodo amat ya mas, siapa suruh kamu sibuk terus sama kantor ayah. Kerjaan kamu itu jadi pelukis, ngapain ngurus kantor yang jelas bukan tupoksi kamu." Omel Trisha.
"Ini kopinya diminum. Aku mau mandi terus ke rumah sakit. Oh iya sekalian minta tolong hari ini kamu yang urus sekala ya." Lanjut Trisha saat gelas yang ia pegang sudah penuh dengan kopi.
Kailash yang masih berada di dapur memperhatikan istrinya yang berjalan menaiki tangga. Ia sadar betul kalau waktunya untuk Trisha semakin berkurang. Dua Minggu ini ia sibuk dengan kantor ayahnya.
"Sorry." Gumam Kailash lalu meneguk kopi miliknya.
Tidak ia habiskan karena perut Kailash hari ini sedang tidak enak. Mungkin masuk angin karena selalu pulang larut malam.
Dengan tubuh yang sebenarnya lemas, Kailash terus memaksakan diri untuk membangunkan Sekala dan memandikannya. Anak itu harus bersiap untuk sekolah dan berangkat bersama Trisha.
"Kal, ibu kalo lagi antar Sekala sudah cerita-cerita nggak?"
"Cerita kalau ayah sudah tidak sayang sama ibu?" Kailash terkejut mendengar pertanyaan anaknya.
"Ibu sering bilang gitu?" Sekala mengangguk.
Laki-laki itu memilih diam dan tidak melanjutkan untuk bertanya. Ia segera menyelesaikan tugasnya lalu mengantar Trisha dan Sekala.
***
Hari ini Kailash memaksa untuk mengantarkan istri dan anaknya. Tidak enak badan yang ia rasakan membuatnya izin untuk tidak ke kantor dan memilih mengantarkan Trisha dan Sekala.
Satu bulan beradaptasi dengan perusahaan milik ayahnya membuat Kailash paham. Ia sering bertemu dengan beberapa orang penting untuk sekaligus belajar mengatur apa-apa saja yang memang bisa diperbaiki. Meskipun sampai saat ini kondisinya semakin buruk.
"Kamu nanti pulang jam berapa sayang?" Tanya Kailash. Keduanya menuju rumah sakit setelah mengantarkan Sekala terlebih dahulu.
"Sibuk banget sama kantor ayah sampe lupa jam pulang istrinya?" Sindir Trisha.
"Nggak gitu, Sa. Kali aja hari ini pasien banyak, kan jam pulangnya jadi mundur. Nanti kabarin aja deh pulang jam berapa, biar aku jemput."
Trisha diam tanpa berniat untuk merespon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kopi Terakhir
RomanceBercerita tentang seorang perempuan muda yang sudah melaksanakan sumpah dokter bernama Trisha Sadya Salsabila. Panggil saja Trisha, gadis yang sangat menyukai kopi. Salah satu harapannya yang belum tercapai ialah bisa meracik kopi yang nikmat untuk...