Trisha Sadya, Pusat Dunia.

5K 526 111
                                    

Satu cara yang mampu membuat kita untuk tidak kehilangan pasangan, ialah dengan menjadikannya sebagai pusat dunia dan tempat pulang paling nyaman.
{Sahabi Kailash}

***

Hampir setiap hari Kailash dan Trisha bertemu. Terlebih semenjak Trisha membawa Kailash ke makam kedua orang tuanya, setelah Kailash mengucapkan janji untuk menjaga Trisha, semenjak itu pula Kailash selalu mengantar jemput perempuannya.

Seperti hari ini, hari Rabu. Dalam Primbon Jawa, Rabu sering diartikan sebagai kebaikan dan suasana ceria. Maka Kailash akan mengajak Trisha untuk berbuat kebaikan serta menciptakan suasana ceria di antara mereka. Kailash bukan lahir dari darah Jawa yang paham lebih mendalam apa makna sesungguhnya. Biarkan dirinya membuat penjabaran sendiri untuk makna dari hari Rabu ini.

Laki-laki yang kini memakai kaos hitam dan celana hitam selutut itu mengarahkan mobilnya pada tempat parkir di rumah Trisha. Ia akan mengantarkan perempuan yang sebentar lagi menjadi miliknya ke tempat kerja.

Langkah kaki Kailash sangat santai karena sekarang masih sangat pagi. Bahkan matahari masih malu-malu untuk mengeluarkan cahayanya. Jangan tanya Sekala dimana kalau pagi-pagi Kailash sudah di rumah Trisha.

Semenjak ada Trisha, Kailash sering kali mendapatkan masukan dari perempuan itu untuk tidak terlalu protektif pada anaknya. Dengan mengurung Sekala dan hanya boleh diurus oleh Kailash, membuat anak umur empat tahun itu menjadi kaku dan susah bersosialisasi. Trisha juga menyarankan untuk Sekala bisa sesekali tinggal di rumah orang tua Kailash. Semenjak itu orang tua Kailash sangat sering menjemput Sekala untuk ikut ke rumahnya.

Kailash masuk ke dalam rumah milik Trisha melalui pintu depan. Lalu langsung menaiki lift menuju kamar Trisha yang sudah pasti masih lelap dalam mimpi. Di ketuk sekali hingga tiga kali masih belum dibuka, akhirnya Kailash sendiri yang membuka pintu kamar Trisha dengan memasukkan password.

Ternyata benar, gadis itu masih tergulung dalam selimut dan hanya terlihat kepalanya saja. Kailash mendekat lalu mengusap lembut kepala Trisha.

"Sa, udah siang, bangun yuk, kerja."

Perempuan itu hanya bergumam dengan mata yang masih terpejam. Menggeliat lucu hingga membuat senyum Kailash terbit begitu saja.

"Cantik." Ucap Kailash dengan tangan yang sudah beralih dari kepala ke bagian pipi Trisha.

"Trisha mau bangun jam berapa?" Tanya Kailash.

"Jam setengah 7 pas nanti baru bangunin aku." Jawab Trisha yang membuka matanya sedikit lalu menutupnya lagi.

Kailash mengangguk dan memilih keluar dari kamar Trisha. Ia menuju dapur dan menyiapkan sarapan yang sudah dimasak oleh Darmi untuk Trisha.

"Bi, air panasnya mana?" Tanya Kailash dengan tangan memegang gelas berisi bubuk susu coklat.

"Di tremos ada mas, baru saya isi."

"Oke, makasih bi."

"Sama-sama. Itu susunya buat mas Abi sendiri atau buat mbak Trisha?" Darmi menanyakan hal itu, karena setau Darmi nyonya muda kesayangannya lebih menyukai kopi.

"Buat Trisha bi. Kenapa? Kopi ya?" Darmi mengangguk, lalu Kailash menjelaskan maksudnya membuat susu untuk Trisha.

"Lagi coba alihin kesukaan Trisha, siapa tau mau pindah haluan dari kopi ke susu coklat, kayaknya lebih baik."

Setelah semuanya siap, Kailash kembali ke kamar Trisha dengan nampan berisi sarapan dan satu gelas susu coklat. Kebetulan jam sudah menunjuk angka 6.33, terlewat tiga menit untuk membangunkan Trisha.

Kopi TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang