Delapan Belas

1 1 0
                                    

Walau Arina masih merasakan sakit yang teramat sangat mendera hatinya, ia terus berusaha terlihat tegar. Sekarang ia ingin fokus saja dengan urusan bundanya ia bermaksud akan segera menemui bundanya.

Masalah pekerjaannya sepenuhnya di serahkannya kepada Rasty dan Bastian, saat ini Rasty menangani cafe sendiri karena Vani mengundurkan diri padahal Arina tidak bermaksud mempermasalahkan apa yang terjadi, ia tak berniat untuk menyangkut pautkan masalah pribadinya dengan masalah pekerjaan. Tapi gadis itu memutuskan untuk mengundurkan diri. Sedang Bastian menangani CCR cabang Jakarta Selatan.

"Mbak Arina!!" Panggil Rasty ketika Arina akan keluar dari cafenya.

"Ada apa Ras?" Tanya Arina kepada Rasty ketika Rasty sudah berada di hadapannya.

"Mbak Arin mau kemana?" Tanya Rasty.

"Aku mau menemui bunda Ras, aku rasa aku akan menemuinya sekarang," Sahut Arina.

"Apa mbak yakin? sudah aman kah mbak bagaimana jika mas Ardian masih dendam kepada mbak?" Tanya Rasty merasa khawatir kepada Arina.

"Insya allah tidak akan apa-apa Ras, do'ain aja ya yang terbaik," Ucap Arina.

"Baiklah mbak kalau itu sudah keputusan mbak," Sahut gadis itu pula.

Rasty masih berdiri memaku memandangi Arina yang sudah pergi meninggalkan cafe itu dengan mobilnya. Rasty merasa kasihan dengan Arina, ia tau Arina menyimpan luka yang teramat dalam hanya saja ia terus menutupi semua luka itu dengan senyum dustanya.

Arina sudah berdiri di depan rumah bundanya, namun pagar rumah itu terkunci rapi. Sepertinya tidak ada orang di dalam sana, Arina masih memperhatikan rumah tersebut dari luar pagar berharap bundanya akan terlihat di sana. Namun hasilnya nihil ia tak melihat satu orangpun di rumah itu bahkan tak ada tanda bahwa ada seseorang di dalam sana.

"Arina!!!" Suara seseorang menyebut namanya membuat ia terlonjak kaget dan segera memutar tubuhnya menghadap kearah datangnya suara tersebut.

"Ternyata itu benar kamu, bagaimana bisa kamu menemukan alamat rumah ini?" Ujar orang itu lagi dengan suara yang tidak ramah sama sekali.

"Ardian..!" Ucap Arina terbata-bata karena masih kaget dengan kehadiran Ardian yang tak diketahuinya dari mana munculnya orang itu.

"Mau apa kamu datang kesini. Kenapa muncul lagi?" Tanya Ardian dengan suara marah, tatapan matanya menatap Arina tajam dan penuh dendam.

"Kenapa kamu menatapku seperti itu?" Ucap Arina merasa ngeri dengan tatapan Ardian tersebut.

"Jawab saja pertanyaanku! untuk apa lagi muncul di sini, kenapa tidak menghilang saja untuk selamanya. Apa kamu muncul untuk menyerah padaku?!" Bentak Ardian pada Arina.

"Jangan coba-coba untuk kembali lagi ke keluarga ini! aku tak akan biarkan kamu untuk kembali. Kau akan berakhir di tanganku!" Ancam Ardian seraya mencoba mencekal Arina namun dengan cepat Arina mengelak.

"Apa maksud mu? apa yang kamu lakukan aku ini adikmu Ardian?!" Ujar Arina yang terus mengelak dari serangan-serangan Ardian.

"Kamu bukan adikku! kamu adalah orang yang sudah membuatku cedera dan tak bisa bertarung untuk selamanya, sekarang kamu juga akan merasakan apa yang aku rasakan. Kamu akan tamat Ninja!" Hardik Ardian sambil terus menyerang Arina sedang Arina terus mengelak tanpa melakukan perlawanan.

Sampai Akhirnya Arina memberikan perlawanan pertama saat itu untuk sekedar menjatuhkan Ardian agar ia bisa segera pergi dari tempat itu. Sebuah tendangan yang cukup keras mendarat di perut Ardian hingga orang itu terduduk sambil memegangi perutnya. Namun di luar dugaan Ardian dengan cepat meraih pergelangan kaki Arina hingga membuat Arina terjerembab.

ArinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang