Enam Belas

2 2 0
                                    

Setelah beberapa waktu dalam perjalanan, kini Arina mulai menurunkan gas mobilnya. Matanya menatap sebuah rumah yang berdiri kokoh di depannya.

   "Mungkinkah bunda masih tinggal di sini?" Pikir nya, sambil mengawasi rumah tersebut mencar-cari orang yang tinggal di rumah tersebut tapi nihil rumah tersebut terlihat sunyi.

Sudah hampir 2 jam Arina berada di depan rumah tersebut terus mengawasi dari dalam mobilnya namun masih sama rumah tersebut terlihat sepi seakan tak ada orang yang tinggal di sana. Sampai pada akhirnya ia memutuskan untuk bertanya kepada orang yang tinggal di sebelah rumah tersebut, yang kebetulan sedang ada di taman di depan rumah tersebut.

“Permisi bu!” Sapa Arina kepada wanita yang sedang mengurus tanaman itu.

“Iya nak kenapa?” Sahut wanita tersebut mendekati Arina.

“Mau numpang nanya, keluarga bu Marisha yang tinggal di rumah itu masih tinggal di sini gak ya bu?” Tanya Arina sambil menunjuk rumah yang di maksudnya.

“Ooo Bu Marisha ya? beliau sekeluarga pindah 4 tahun yang lalu, semenjak putri mereka menghilang mereka jadi jarang di rumah dan akhirnya benar-benar pindah!” Sahut wanita tersebut.

“Kira-kira ibu tau kemana mereka pindah?” Tanya Arina lagi.

“Mereka pindah ke Slipi, tapi ibu tidak tau alamat pastinya!” Jawab wanita itu lagi.

“Makasi ya bu informasinya!” Ucap Arina berterimakasih.

“Iya sama-sama!” Balas Wanita tersebut. Arina berpikir sebentar lalu bergegas menuju mobilnya.

Arina berpikir keras bagaimana caranya ia akan menemukan bundanya, ia tak boleh gegabah ia memang merindukan bundanya tapi ia masih belum siap untuk  bertemu dengan keluarganya kembali.

   Ia harus mencari bundanya diam-diam dan jangan sampai ia malah di temukan keluarganya terlebih dahulu.

Ia langsung meluncurkan mobilnya menuju kearah Slipi, walau ia bingung ke bagian mana ia harus mencari bundanya. Satu-satunya cara ia harus mengawasi kawasan itu sedikit demi sedikit untuk menemukan bundanya.

Cukup sulit juga bagi Arina untuk mencari tau tentang keberadaan budanya apa lagi ia harus membagi waktunya untuk mengurus cafenya juga. 2 bulan sudah berlalu namun ia masih belum berhasil menemukan bundanya.

   Tentu saja itu semakin sulit karena ia melakukan itu seorang diri, ia tak memberi tahu siapapun termasuk Nathan, atau Bastian.

Tapi mulai hari ini Arina bisa memfokuskan diri untuk mencari sang bunda. Karena ia bisa menyerahkan pekerjaan di cafe kepada Rasty yang akan sampai di Jakarta siang ini. Arina sudah sampai di depan bandara bersama Nathan untuk menjemput Rasty.

“Jadi kalau Rasty di Jakarta siapa yang mengurus cafe di Bukittinggi?” Tanya Nathan kepada Arina.

“Di Bukittinggi sudah ada orang yang di siapkan Bastian,” Sahut Arina sambil berjalan di sebelah Nathan memasuki bandara.

Tak berapa lama mereka menunggu pesawat Rasty akhirnya mendarat, mereka segera menemui gadis tersebut yang tampak sedang tertatih menarik koper besarnya.

“Rasty Akhirnya kita ketemu juga mbak kangen sama kamu!” Sambut Arina seraya memeluk gadis bertubuh mungil tersebut.

“Iya mbak aku juga kangen sama mbak, udah mau 8 bulan loh kita gak ketemu, mbak juga jarang nelfon Rasty!” Balas Rasty.

“Iya maaf ya, mbak sibuk banget di sini!” Jelas Arina.

“Iya mbak gak apa-apa! eh mas Nathan apa kabar?” lanjut Rasty menyapa Nathan juga.

ArinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang