Tujuh Belas

2 2 0
                                    

Sembilan bulan sudah kebersamaan Arina dan Nathan hari ini Arina berniat untuk jujur kepada Nathan tentang siapa dirinya yang sebenarnya. Ia merasa ini sudah saatnya untuk Nathan mengetahui semuanya. Dan setelah itu ia akan segera menemui bundanya.

Dengan kecepatan sedang Arina melajukan mobilnya menuju ke rumah Nathan, namun setelah sampai di sana Arina tak menemukan Nathan rumahnya kosong.

“Lohh kok Nathan gak ada di rumah, katanya tadi dia di rumah makanya aku langsung kesini tanpa memberi tahunya,” Gumam Arina sambil membuka hp nya, mencoba melacak keberadaan Nathan.

Arina terlihat bingung mengetahui Nathan sedang berada di sebuah restoran yang tak jauh dari sana.

“Apa titiknya gak salah nih, Nathan ngapain di sana?” Gumam Arina lagi sambil memasuki mobilnya dan melaju ke sana.

Arina melihat mobil Nathan terparkir rapi di sana namun ada sesuatu yang menarik perhatian Arina di sana. Di sebelah mobil Nathan terlihat sebuah mobil putih yang familiar baginya terparkir. Ya itu adalah mobil Vani.

“Loh itu kan mobilnya Vani, sedang apa dia di sini?” Tanya Arina dalam hati.

Arina melangkah masuk ke dalam restoran mewah tersebut, sambil memperhatikan sekeliling mencari-cari keberadaan Nathan, sambil sesekali memperhatikan layar hpnya melihat titik keberadaan Nathan. Dan berjalan mengikuti itu.

Kini Arina terdiam menatap Nathan yang tengah duduk berdua di sana dengan orang yang taka sing baginya. Ya di sana terlihat Nathan tengah bercengkrama dengan Vani, dadanya terasa sesak melihat itu tapi ia tetap mengendalikan diri masih berpikir positif mungkin mereka ada keperluan.

Arina berjalan mendekati mereka diam-diam dan duduk di tempat yang tidak akan ketauan oleh mereka berdua, kebetulan di tempat itu tempat duduknya seperti sebuah kursi dengan sandaran yang tinggi sehingga menutupi tubuh orang yang duduk di sana. Arina duduk tepat di belakang Nathan agar bisa mendengar apa yang mereka bicarakan dengan jelas.

Ia duduk dengan wajahnya di tutupi kertas daftar menu sehingga terlihat seperti seseorang yang tengah membaca menu tersebut. Ia mualai memasang telinga mendengarkan percakapan antara Nathan dan Vani secara seksama.

“Nath aku takut Arina akan tau tentang ini, bagaimana dia nanti kalau tau semua ini,” Ucap Vani membuat Arina mengerenyitka keningnya, mengetahui apa maksudnya.

“Selama kita tetap bersikap sewajarnya dia tidak akan tau,” Jawab Nathan pula.

“Tapi sampai kapan aku akan jadi simpananmu aku tidak ingin jadi nomor dua terus dalam hubungan kita?” Kata-kata tersebut membuat Arina merasa semakin sesak di dalam dadanya.

“Aku akan segera bicara pada Arina, aku mencintaimu Van. Aku tau mungkin ini salah dan mungkin ini akan melukai Arina tapi...” belum selesai kata-kata Nathan Arina sudah berdiri di dekat mereka dengan air mata yang sudah membasahi pipinya.

“Ya itu sangat melukai ku Nath! aku gak nyangka kamu akan melakukan ini. Dan kamu Van tega sekali kamu berbuat begini kepadaku!” Ujar Arina di antara isak tangisnya ini pertama kalinya ia menangis di depan orang lain. Vani hanya bisa tertunduk mendengar perkataan Arina.

“Aku bisa jelasin ini semua Rin!” Ujar Nathan menenangkan Arina yang terisak.

“Ya tentu saja kamu harus jelaskan ini semua! kenapa kamu bisa-bisanya melakukan ini kepadaku, aku sudah percaya sama kamu tapi kamu malah begini, di mana Nathan yang ku kenal dulu kemana Nathan yang aku cinta kemana Nathan yang penuh kasih sayang?” Uajr Arina di antara tangisnya.

“Rin aku minta maaf, aku sayang sama kamu aku cinta sama kamu. Awalnya aku berfikir kamu adalah cinta sejatiku. Tapi aku juga mencintai Vani, mungkin aku bukan cinta sejatimu Rin. Kalau kamu memang cinta sejatiku mungkin aku tak akan jatuh cinta lagi dengan Vani setelah bersamamu. Kamu pasti akan menemukan orang yang lebih baik dariku.” Ujar Nathan panjang lebar menjelaskan kepada Arina yang semakin terisak.

ArinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang