Sepuluh

10 2 0
                                    

"Kamu gak salah Nath, bahkan kita baru saja kenal beberapa hari yang lalu, bagaimana kamu bisa menyukai aku yang belum kamu kenal bagaimana sebenarnya, dan bisa saja aku tidak sepeti yang kamu lihat sekarang, tidak seperti yang kamu harapkan." Sahut Arina walau dalam hati ia juga menyukai Nathan.

"Iya aku tau kita memang baru kenal tapi yang namanya rasa tak perlu waktu lama untuk tumbuh kan Rin." Ujar Nathan kepada Arina.

"Iya tapi...." Ucap Arina terputus.

"Taka pa jika kamu belum bisa menjawabnya saat ini, kamu boleh memikirkannya dulu. Nanti kalau kamu sudah punya jawaban baru kamu kasih tau aku ya." Ujar Nathan lagi paham apa yang sedang di rasakan Arina ia pasti butuh waktu untuk meikirkan hal itu.

"Tapi jangan lama-lama ya, kamu taukan menunggu itu tidak enak." Tambah Nathan dengan candaan berusaha membuat suasana kembali cair dari ketegangan barusan.

"Ah iya baiklah." Ucap Arina jujur saja pikirannya masih berkecamuk logika dan hatinya tengah berseteru hatinya berkata iya tapi logikanya mengatakan yang lain lagi.

"Jadi besok kamu akan kembali ke Jakarta?" Tanya Arina kepada Nathan.

"Iya besok aku balik." Sahut Nathan.

"Ada apa?" Tanya Nathan melihat ada sesuatu yang lain dari raut wajah Arina.

"Maaf sebelumnya Nath, bukannya aku mau ikut campur urusan kamu tapi aku cuma mau nyaranin kamu buat gak ikut free fight itu. Itu bahaya Nath." Tutur Arina. Yang membuat Nathan kaget bagaimana Arina bisa tau kalau ia akan ikut free fight. Bahkan Rian saja tidak mengetahuinya.

"Ba bagaimana kamu bisa tau?" Tanya Nathan terbata-bata.

"Aku tidak sengaja membaca chat kamu waktu kita jalan-jalan kemarin. Waktu itu kamu memakai kacamata hitam sehingga pantulan layar Hpmu bisa ku baca. Sekali lagi aku minta maaf." Jelas Arina kepada Nathan, ia ingat waktu dia menerima pesan dari temannya yang di Jakarta dia memang sedang memakai kaca mata hitam. Tapi ia tak menyangka Arina bisa membaca isi pesannya melalui itu dalam waktu cepat.

"Oo begitu rupanya, iya gak apa-apa kok, kamu tidak perlu meminta maaf." Ucap Nathan kepada Arina.

"Aku harap atau kalau boleh aku minta kamu untuk membatalkan rencana itu. Seberapa besarpun imbalan yang akan kamu dapat dari sana keselamatan itu lebih penting Nath." Ujar Arina lagi.

"Iya baiklah Rin, aku akan batalkan itu tapi dengan pertandingan ku yang tiga hari lagi..." belum selesai ucapan Nathan Arina sudah menyahutnya karena sudah bisa menebak apa yang akan di katakana Nathan.

"Itu kan pertandingan legal, ada peraturan dan ada penanggung jawabnya jadi kamu boleh mengikutinya. Itu tidak masalah." Sahut Arina sambil tersenyum.

Entah kenapa Nathan jadi gampang sekali untuk mengikuti permintaan Arina sedang selama ini sudh begitu banyak orang yang memintanya berhenti mengikuti kompetisi pertarungan bebas itu tak pernah di pedulikannya sama sekali.

Pagi-pagi Nathan dan Rian sudah meluncur menuju Bandara Internasional Minang, setelah berpamitan dengan kedua orang tua Rian. Dan Arina ia mengantarkan Nathan dengan chat nya yang menemani perjalanan Nathan.

Ada rasa sepi juga di hatinya pagi ini tak ada Nathan yang menemaninya mengawali harinya, bahkan pagi ini ia lebih memilih berada di cafee di banding keluar seperti biasanya.

"Mas Nathan udah balik ke Jakarta ya mba?" Tanya Rasty mendekati Arina yang tengah berdiri dekat jendela ruang kerjanya dengan segelas orange foat di tangannya.

"Iya, dia sudah berangkat tadi pagi ke Padang dan penerbangannya nanti jam 11:50." Jawab Arina.

"Gimana dengan rencana pembukaan cabang kita mba?" Tanya Rasty mengenai bisnis mereka yang memang sedang naik daun dan dalam tahap pembukaan cabang baru di beberapa kota.

ArinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang