Bab 8

2.8K 233 5
                                    

Happy reading, semoga suka.

Yang mau baca cepat, silakan ke Karyakarsa ya. Bab 30-32 sudah update ya, mengandung adegan 21+

 Bab 30-32 sudah update ya, mengandung adegan 21+

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Luv,

Carmen

___________________________________________________________________________

Aku mengeluarkan gerung frustasi saat berjalan menuju kelas berikutnya. Aku tidak benar-benar berbohong ketika berkata bahwa aku nyaris telat. Saat aku masuk ke dalam kelas, sebagian besar para mahasiswa sudah ada di sana.

"Boleh aku pinjam pensil?" tanya suara seorang pria ketika aku sedang mengeluarkan alat tulisku.

Aku meraih pensilku dan menjulurkannya pada mahasiswa asing itu. Tapi mataku kemudian melihat seorang pria yang tidak begitu asing, dengan rambut pirang dan mata cokelat yang indah. Senyum melekuk di bibirku saat aku mengenalinya.

"Kau masih mengingatku?" tanyanya.

"Tentu saja. Shawn, bukan?" responku.

Pria itu menganggukkan kepalanya. "Jadi, Alanis, apa kemarin kau mendapat masalah?" tanyanya.

"Masalah?" tanyaku bingung.

"Kau tahu... ketika kau terlambat hari itu," jelasnya.

"Oh... tidak, tidak, keterlambatanku dikecualikan karena itu hari pertama."

"Syukurlah, jadi..."

Pria itu kembali akan mengatakan sesuatu tapi percakapan kami terpotong saat Profesor Harvey memasuki ruang kelas.

Kelas Filsafat ternyata cukup menyenangkan. Ditambah lagi, Shawn terus menerus tersenyum padaku dan membuat komentar-komentar yang lucu.

Setelah kelas selesai, aku bergegas merapikan tasku dan bersiap keluar. Saat itulah, aku mendengar namaku dipanggil. Aku menoleh dan melihat Shawn yang sedang menantiku.

"Alanis... pensilmu."

"Kau bisa saja menyimpannya," ucapku sambil menyeringai lalu mengambil pensil itu dari tangannya.

"Well, aku sebenarnya berharap untuk mendapatkan nomor ponselmu," ucapnya terus terang.

"Oh ya?" ujarku sambil tersenyum.

"Ya, dan kalau misalnya kau menolak, aku berencana mengajakmu untuk minum kopi bersamaku sore ini, di kafe seberang kampus," tambahnya lagi.

"Well, aku tidak keberatan memberimu nomor ponselku. Tapi kalau keluar bersama, itu masih harus menunggu. Aku masih ada kelas jam 4 sore ini dan tidak akan selesai sampai jam 6 nanti," jelasku padanya.

"Bagaimana kalau akhir minggu ini?" Pria itu kembali mencoba. "Sabtu ini? It will be fun, just hang out."

"Tentu saja, kenapa tidak?" jawabku setelah memikirkannya sesaat.

Scandalous Love with Professor - Skandal Cinta dengan Sang ProfesorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang