Bab 21

1.7K 198 3
                                    



Happy reading, semoga suka.

Full version sudah tersedia di Playstore dan Karyakarsa. Bab perbab hanya bisa diakses di Karyakarsa.

Dan ada cerita baru di Karyakarsa dan Playstore, yang ini langsung tamat, ya, enjoy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dan ada cerita baru di Karyakarsa dan Playstore, yang ini langsung tamat, ya, enjoy.

Dan ada cerita baru di Karyakarsa dan Playstore, yang ini langsung tamat, ya, enjoy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luv,

Carmen

_____________________________________________________________________________

Begitu tiba di bangunan apartemenku, pria itu menarikku kembali saat aku hampir keluar dari mobilnya. Lalu dengan penuh gairah, dia menciumiku dan aku membalasnya dengan intesitas yang sama. Lidah dan bibir kami saling beradu dan mengisap sebelum kami memisahka diri dengan enggan.

"Kita harus melakukannya lagi," ucapnya sambil membelai wajahku.

Walaupun aku sangat menikmati siang yang kuhabiskan bersamanya, tapi entah kenapa aku merasa aku terlalu mudah untuk didapatkannya. Aku ingin merasakan bagaimana dikejar oleh pria itu... aku ingin dia menginginkanku lebih besar dari aku menginginkannya... aku ingin dia bersamaku karena dia menginginkan untuk bersamaku, bukan sekadar seks, bukan sekadar wanita penghangat ranjangnya... aku juga tidak ingin menjadi teman tidurnya yang mudah, yang bisa didapatkannya kapan saja ia menginginkannya.

"Ya, it was a great afternoon, tapi aku harus menyelesaikan beberapa tugasku dan kembali ke kampus."

"Aku mengerti. Bagaimana kalau malam ini?" tanyanya lagi, mencoba.

"Let's see, Professor Eckert," jawabku, now playing hard to get. Pria itu tersenyum penuh arti dan menciumku sekali lagi.

"Sampai ketemu di kelas, Miss Hope," seringainya.

Aku lalu bergegas keluar dari mobil pria itu dan berjalan menuju pintu lobi. Saat aku menaiki elevator untuk menuju ke lantai kondominiumku, kepalaku dipenuhi dengan pria itu. Bahkan sampai aku memasuki unitku, Dale masih menguasai benakku.

Aku berdecak sebal pada diriku sendiri yang tidak bisa berhenti memikirkannya. Aku lalu bergegas, mengumpulkan buku untuk kelas hari ini, membaca materi untuk hari ini sebelum bersiap-siap. Lalu aku kembali turun dan masuk ke mobilku lalu berkendara kembali ke kampus.

Saat masuk ke dalam kelas Filsafat, ternyata Shawn sudah datang terlebih dulu. Pria itu melambai dan memintaku untuk duduk di dekatnya. Tidak punya pilihan, aku berjalan mendekat dan menyapanya.

"Kau tampak sangat cantik hari ini," ujarnya saat aku mengeluarkan buku-bukuku.

Aku mengusahakan gelak santai. "Apa kau sedang merayuku, Shawn?"

"Dan apakah aku berhasil?" Dia bertanya sambil mengedip.

Aku memilih untuk tertawa pelan alih-alih menjawab.

Sebelum Shawn sempat meneruskan rayuannya, kelas sudah terburu dimulai karena profesor yang mengajar berjalan masuk. Setelah pembahasan dua bab yang diikuti sesi pertanyaan, kelas akhirnya dibubarkan. Aku sedang membereskan buku-bukuku ketika Shawn mendekatiku. "Aku harus buru-buru mengejar kelas berikutnya, I will text you later, okay?"

Ketika aku meninggalkan kelas, aku memikirkan Shawn sejenak. Jujur saja, dia pria yang sangat manis dan baik. Aku menghela napas, tidak tahu bagaimana harus menghadapinya. Aku lalu berjalan menuju kafetaria untuk membeli minuman dan camilan sambil menunggu jadwal kelas terakhirku.

Saat aku tiba di kelas Dale, pria itu sedang duduk di atas mejanya dan berbicara dengan seorang mahasiswi, Aku melihatnya menatapku dari sudut matanya saat aku duduk di barisan depan sementara para mahasiswa mulai memasuki kelas. Tak lama, mahasiswi itu kembali ke tempatnya dan kelas segera dimulai.

Sementara pria itu memberikan materi, aku terus menatapnya dan tak bisa mencegah pikiranku kembali kepada kenangan siang tadi. Mata pria itu tertuju padaku di suatu waktu ketika kelas berlangsung dan tak pelak, mengantarkan getar nikmat ke tubuhku. Aku bisa mengingat dengan jelas apa yang tadi kulakukan di kamar mandinya, di lantai, di tempat tidurnya. Pikiranku dengan cepat teralihkan saat sosok pria itu mendekat dan berdiri di dekatku. Berpura-pura menyerahkan selembar kertas padaku, dia berbisik pelan.

"Apakah kita akan bertemu malam ini?" tanyanya cepat.

"Kita lihat saja nanti, Profesor Eckert," godaku.

"Aku akan mengganggapnya sebagai ya."

Lalu pria itu merunduk lebih dekat dan memamerkan seringaian penuh artinya.

Saat kelas akhirnya berakhir, aku sengaja berlama-lama merapikan buku-bukuku dan menunggu hingga kelas kosong.

"Profesor Ecker, bisakah kau menjelaskan ini?"

Aku pura-pura bertanya. Begitu kelas benar-benar kosong, pria itu langsung memberi isyarat agar aku mendekat padanya sementara dia duduk di sudut mejanya.

"Hei, Baby," bisiknya sambil menarikku ke dalam dekapannya. Aku mendesah dan menyandarkan tubuhku padanya. Saat aku mendongak untuk menatapnya, pria itu langsung menciumku kuat. Aku mengerang lembut dan melingkarkan kedua tanganku ke sekeliling lehernya.

"Kita pulang?" tanyanya.

Dia menggunakan kata kita dan pulang dan itu mengirimkan sensasi menyenangkan ke dalam hatiku. Aku mengangguk, tak mampu berkata-kata untuk saat ini.

Pria itu lalu mengumpulkan barang-barangnya dan aku meraih tasku. Kami lalu keluar bersama dari ruang kelas dan pria itu mengantarku hingga ke mobilku sebelum dia berjalan menuju parkiran mobilnya sendiri.

Scandalous Love with Professor - Skandal Cinta dengan Sang ProfesorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang