Bab 23B

1.2K 162 0
                                    

Happy reading, semoga suka.

Full version sudah tersedia di Playstore dan Karyakarsa.

Dan ada seri baru, sudah tersedia juga di Playstore dan Karyakarsa, langsung tamat ya.

Dan ada seri baru, sudah tersedia juga di Playstore dan Karyakarsa, langsung tamat ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luv,

Carmen

_____________________________________________________________________________

Aku baru saja akan berbalik untuk kembali ke kamar dan mengenakan pakaianku kembali sebelum pria itu maju untuk meraih pergelanganku. Mataku bergerak untuk melihat wanita itu yang berjalan untuk meraih gaunnya dan mengenakannya kembali.

"Kau salah, dia bukan mainan kecilku, Rosie... dia adalah kekasihku."

Mendengar ucapan itu, mataku kembali ke wajah pria itu dan aku menatapnya terkejut. Apa yang dikatakan oleh Dale? Benarkah itu? Menilik dari reaksi Rosie, wanita itu juga sepertinya tampak kaget dan terkejut sehingga untuk sesaat dia kehilangan kata-kata.

"Kekasih, katamu?" gumam wanita itu.

"Benar, kekasih. Kami sudah berkencan selama beberapa waktu," jawab pria itu.

Dale lalu berpur-pura menguap dan menarikku padanya. "Aku lelah, Sayang. Kita kembali tidur saja."

"Tapi..." protesku.

"Tidak ada tapi. Kau ada kelas besok dan aku juga harus ke kantor," ujar pria itu. "Rosie, kurasa kau benar-benar harus pulang, tolong jangan mempermalukan dirimu sendiri."

Wanita itu terlihat enggan dan juga kesal tapi akhirnya dia mengangguk. Tanpa kata, dia memakai sepatunya lagi dan merapikan gaunnya sebelum keluar dari penthouse Dale.

Ketika pintu tertutup, aku dengan cepat menyentakkan pelukan pria itu dan mejauh. "Oh, jadi sekarang aku adalah kekasihmu... sejak kapan... aku bahkan tidak tahu itu?!" ucapku bercampur kesal dan marah.

"Kita akan membicarakannya besok pagi, oke?"

Dale berusaha menangkap lenganku dan menarikku kembali ke kamar tapi aku menolaknya.

"Tidak, aku tidak mau. Aku tahu apa yang akan terjadi. Kau pasti akan mencoba membuatku melupakan apapun yang ingin kutanyakan dengan memanfaatkan seks kita. Jika aku ikut ke dalam kamar bersamamu, kau pasti akan menarikku ke ranjang dan membungkam segala yang ingin kukatakan. Jadi, tidak!" tegasku.

"Lana, aku pasti akan menjawab pertanyaanmu, tapi tidak sekarang, please?" Dia maju dan aku melangkah mundur. "Aku lelah."

"Aku tidak percaya padamu, aku tidak mempercayaimu... aku tidak bisa melakukan ini lagi," ujarku akhirnya.

"Tapi bisakah kita menunggu sampai besok. Sekarang waktunya tidur, Lana."

Aku menggeleng.

"Aku butuh jawaban sekarang atau aku akan pergi," ancamku. "Kalau kau pergi tidur begitu saja, maka aku akan menganggap hubungan apapun yang kita miliki telah berakhir."

"Kau benar-benar penuntut yang keras kepala, bukan, Miss Hope?"

"Kau juga sama, Profesor Eckert," tandasku.

Pria itu mendesah pelan lalu memutuskan untuk duduk di sofa.

"Duduklah," ucapnya kemudian.

Aku lalu duduk di sampingnya tapi memastikan ada jarak di antara kami.

"Dari mana aku harus memulainya?" tanya pria itu.

"Bagaimana kalau kau memulai dari wanita yang berdiri setengah telanjang di penthouse-mu di tengah malam buta?" sindirku.

"Jadi kau ingin tahu tentang Rosie?"

"Ya, mungkin tidak perlu semuanya, tapi setidaknya jelaskan hubungan kalian agar aku tahu di mana posisiku. Aku selalu mengira kalau wanita itu adalah mantan kekasihmu tapi ternyata kalian masih..."

Aku tidak sempat melanjutkan karena pria itu telah terlebih dulu menghentikanku.

"Dia bukan kekasihku, baik dulu maupun sekarang. Aku tidak akan memungkiri bahwa kami memang pernah tidur bersama, beberapa kali tapi kemudian aku juga tahu bahwa dia adalah jalang yang bersedia tidur dengan siapapun. Bukan aku saja, dia juga tidur dengan karyawan-karyawan yang lain, bahkan teman-temanku."

"Jadi kau sakit hati dan memutuskannya?"

Dale tertawa pelan. "Tidak, aku tidak sakit hati dan aku juga tidak memutuskannya karena kami memang tidak punya hubungan. Aku hanya merasa jijik. Aku tahu aku tidak lebih baik darinya tapi setidaknya aku masih memiliki beberapa prinsip. Aku tidak suka menyentuh wanita yang praktis menjajakan dirinya ke mana-mana."

"Jadi kau selibat karena dia?"

Pria itu mendengus lagi. "Oh, itu. Bukan karena dia dan bukan karena siapa-siapa. Aku memang memiliki reputasi sebagai pria yang suka bergonta ganti pasangan, kurasa kau juga tahu, bukan? Tapi sudah lama sejak aku melakukannya. Entahlah, beberapa bulan, setengah tahun, aku tidak pernah lagi tidur dengan siapapun sampai aku bertemu denganmu. Kenapa aku berhenti? Kurasa karena aku mulai melihat hidupku dengan cara berbeda. Aku mulai fokus pada tujuanku, aku ingin memperbaiki hidupku dan memiliki hubungan yang lebih sehat, bukan sekadar melompat dari satu wanita ke wanita lain. Maybe I am getting old."

Aku terdiam, merenung. Lalu kenapa dia berubah pikiran setelah bertemu denganku? Seistimewa itukah diriku?

"Kurasa kau tidak punya pertanyaan lain, bukan? Kita kembali ke kamar?" ajaknya.

"Tidak secepat itu, Dale. Kau tidak bisa menjatuhkan bom padaku begitu saja lalu berpura-pura tidak terjadi apa-apa." Alisnya terangkat saat kami bertatapan. "Jelaskan padaku, tentang kau memperkenalkanku sebagai kekasihmu."

"Apa yang perlu dijelaskan, bukankah sudah jelas?" tanyanya balik.

"Oh, jangan bersilat lidah denganku!" ketusku.

"Kau ingin aku menjelaskan tentang definisi kekasih?" godanya.

"Aku mengerti apa itu kekasih. Tapi aku bukan kekasihmu, karena aku tidak ingat kau pernah bertanya apakah aku bersedia menjadi kekasihmu," tandasku.

"Really? Apakah kita masih remaja? Kau ingin aku menanyakan hal seperti itu?"

Aku berdiri, bersiap untuk pergi.

"Tunggu, tunggu, Lana... please..."

Aku membiarkan pria itu menarikku turun lagi dan kini dia menatapku. Matanya tampak memancarkan rasa geli dan tak percaya tapi saat melihat ekspresi serius di wajahku, dia akhirnya menyerah.

"Oke, oke... Lana... aku... maukah kau menjadi kekasihku?"

Senyum puas mengembang di wajahku. "Ya," jawabku.

Aku melemparkan diri ke dalam pelukannya dan kami berciuman seolah ingin menyegel status baru kami.

"Oke, sekarang kita bisa kembali tidur," ucapku saat kami memisahkan diri.

"Oh tidak, aku ingin bercinta dengan kekasihku dulu, lalu setelah itu, kita akan tidur," seringainya.

"Smartass!"

"Yes, I am. Your smartass."

Scandalous Love with Professor - Skandal Cinta dengan Sang ProfesorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang