Bab 10A

2.8K 209 6
                                    

Happy reading, semoga suka.

Yang mau baca duluan, boleh silakan mampir ke Karyakarsa, sudah update bab 35-37, mengandung adegan dewasa ya.

Yang mau baca duluan, boleh silakan mampir ke Karyakarsa, sudah update bab 35-37, mengandung adegan dewasa ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luv,

Carmen

________________________________________________________________________________

Aku meninggalkan ruang kelas dengan kupu-kupu beterbangan di perutku – tapi itu rasanya menyenangkan. Aku kemudian mencapai mobil dan berusaha menenangkan diriku di sana. Aku merasa panas dan juga berdebar, juga ragu, pikiran dan hatiku sedang berperang. Aku tahu di dalam sudut terdalam diriku bahwa aku membutuhkan ini – hanya untuk satu malam. Untuk menyingkirkan semua stress dan juga tekanan gairah yang luar biasa itu, juga untuk memberi diriku sendiri sebuah pelepasan manis.

Aku tanpa sabar mengebut untuk segera kembali ke kondominiumku sehingga aku bisa segera bersiap-siap. Begitu tiba, aku langsung bergegas masuk ke dalam kamar dan menuju walk in closet-ku untuk mencari pakaian yang cocok untuk kukenakan. Aku kemudian memutuskan untuk mengenakan gaun hitam pendek pas badan yang membentuk tubuhku dengan sempurna. Dan setelahnya, aku langsung masuk ke kamar mandi dan mandi kilat. Aku tahu aku tidak punya banyak waktu, jadi aku harus bergegas. Begitu selesai, aku langsung keluar dan menuju ke tempat parkir.

Ketika berada di dalam mobil, aku kemudian menyempatkan diri untuk membubuhkan sedikit riasan wajah dan menyisir rambutku dengan jemari. Aku sadar bahwa aku tidak berdandan sebaik biasanya tapi apa boleh buat, aku tidak ingin terlambat. Setelahnya, aku mengecek ponselku lagi dan melihat ada beberapa panggilan tak terjawab dari teman-temanku dan aku memutuskan untuk membiarkannya. Aku tahu mereka pasti tidak sabar ingin mengetahui detailnya tapi untuk saat ini, aku tidak ingin mengatakan apapun. Fransisca pasti akan berusaha memintaku untuk tidak menerima ajakan pria itu dan membatalkan semua rencananku sementara Claire dan Ingrid pasti sibuk memintaku untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Dan untuk saat ini, aku tidak ingin mendengar apapun, terpengaruh oleh apapun, aku hanya ingin mengikuti kata hatiku.

Aku tiba di depan bangunan hotel dan residence di mana bukan saja petugas valet yang sedang menunggu tapi juga Dale Eckert. Dia mengenakan setelan biru tua dengan dasi biru muda dan sungguh, pria itu tampak luar biasa menawan. Kurasa dia lebih cocok menjadi model ternama alih-alih seorang praktisi hukum. Pria itu bahkan terlihat lebih tinggi saat aku menatapnya dan senyum menawannya juga tampak lebih lebar. Apalagi mata hijau pria itu, yang malam ini tampak lebih gelap dan penuh dengan gairah.

"Wow, kau terlihat... luar biasa cantik," pujinya sambil menarikku mendekat padanya. Dan alih-alih mencium pipiku, pria itu mencium bibirku, yang mana membuatku sedikit kaget karena kami sedang berada di tempat umum.

"Hai, Dale," sapaku kemudian.

Pria itu menggenggam tanganku dan membawaku ke lobi utama hotel lalu kami mendatangi restoran paling terkenal di kota yang sudah ramai dipenuhi oleh orang-orang. Kami kemudian diantar ke sebuah meja yang menghadap ke balkon di mana pemandangan kota terhampar di hadapan kami.

Pria itu dengan sopan dan anggun menarik kursi untukku sebelum dia sendiri duduk. Seorang pelayan mendekati mereka sambil membawa sebotol anggur dan mulai menuangkannya.

"Kuharap kau tidak keberatan," ucap pria itu.

"Tentu saja tidak, aku suka Merlot," jawabku.

"Kau tahu tentang anggur?" tanya pria itu.

Aku mengangguk.

"Aku menghabiskan beberapa musim panas di Italia bersama bibiku. Kami mengunjungi banyak sekali pabrik anggur dan mencoba banyak jenis anggur."

"Di bagian mana?" tanya pria itu lagi.

"Tuscany, juga di Roma dan beberapa area lainnya," jelasku.

"Aku pernah bersekolah singkat di Italia dan Paris," ujarnya kemudian dan aku menunggu, berpikir dia akan bercerita lebih banyak, tapi pria itu kemudian mengangkat gelasnya, jadi aku melakukan hal yang sama. Kami lalu bersulang sebelum mulai menyesap anggur.

"Oh," ucapku sambil menyesap manisnya anggur itu. "Rasanya enak."

"Ini memang anggur kesukaanku yang selalu kuminum di saat-saat spesial," ucapnya. Dan pria itu tersenyum padaku dan tanpa sadar aku tersenyum padanya. Lalu aku menyadari arti ucapan pria itu dan manisnya anggur tadi kini berubah asam di mulutku. Aku mulai berpikir berapa banyak wanita sebelum aku yang juga duduk di seberangnya seperti saat ini, dijamu oleh pria itu dengan makanan dan juga minuman serta mungkin kata-kata rayuan murahan.

Apa sih yang kau pikirkan, Alanis?

Aku mendengar diriku sendiri merutuk dan memarahiku. Jika aku memiliki sedikit saja akal sehat, aku seharusnya meraih dompetku lalu memberitahu pria itu bahwa aku tak lagi berminat untuk makan malam bersamanya. Aku seharusnya berdiri dan memberitahunya bahwa aku harus ke restroom lalu pulang begitu saja meninggalkan pria itu.

"Alanis..."

Panggilan pria itu mengalihkan pikiranku.

"Maaf, aku melamun," jawabku cepat. "Apa yang tadi kau katakan?"

"Oh, aku tadi bilang bahwa malam ini kau sangat cantik," pujinya lagi. Jari-jari tangannya mengelus tanganku dan aku kembali merasakan efek yang sama, perasaan bergetar itu kembali memenuhi tubuhku.

"Terima kasih," ujarku nyaris berbisik. Pikiranku kembali kacau dan berkabut dan semua pikiran untuk pergi meninggalkan restoran ini langsung menghilang begitu saja.

Scandalous Love with Professor - Skandal Cinta dengan Sang ProfesorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang