Happy reading, semoga suka.
Full version sudah tersedia di Playstore dan Karyakarsa. Bab perbab hanya bisa dibaca di Karyakarsa.
Kalian juga bisa baca duluan karya baruku di sana ya, temanya love hate office romance, khusud dewasa.
Enjoy
Luv,
Carmen
________________________________________________________________________________
Tubuhku tersentak ketika mendengar suara pintu yang tertutup di kejauhan. Aku dengan cepat menggerakkan tubuhku dan memandang ke sebelah tempat tidur, tapi Dale sudah tidak ada di sampingku. Aku hampir saja memanggilnya ketika aku mendengar suara pria itu bersama suara lainnya, sepertinya berasa dari area ruang tamu pria itu. Aku tertegun sejenak.
"Apa yang kau lakukan di sini, Rosie?"
Suara pria itu bercampur ketus dan juga tegang. Rosie? Apakah ini Rosie yang sama, paralegal di firma hukum pria itu?
Kikikan feminim dengan cepat diikuti langkah sepatu berhak tinggi yang mengetuk lantai penthouse pria itu.
"Kenapa memangnya? I am here to fuck you. Kenapa kaget?"
Komentar mengejutkan wanita itu diikuti dengan suara seperti pakaian yang dijatuhkan ke lantai.
Aku membatu di tempat. Wanita itu tidak mungkin sedang melepaskan pakaiannya, bukan? Di tengah ruang tamu seorang pria, jam dua pagi? Aku menolehkan wajahku dari jam digital di atas nakas dan kembali menatap ke pintu kamar.
"Jen, apa yang kau lakukan? Cepat kenakan pakaianmu lagi!" bentak Dale. "Kau harus pergi sekarang juga!"
"Dale, tidak usah berpura-pura. Aku tahu kau menginginkanku dan membutuhkanku. Kau tidak bosan terus selibat seperti itu? Sudah berapa lama? Lima bulan? Enam bulan? Lebih dari itu?" Wanita itu lalu mendesah bosan. "Ayolah, jangan pikir aku tidak tahu. Kau sangat cemas dan tidak tenang selama di kantor, aku tahu kau membutuhkan pelepasan, ini tidak seperti dirimu, kau tahu? Kau tidak cocok hidup selibat, Dale."
Aku dengan cepat turun dari ranjang karena ingin mendengar lebih jelas. Meraih kaus yang dikenakannya kemarin, aku memakainya untuk menutupi tubuh telanjangku.
"Apa yang kubutuhkan adalah kau pergi dari sini sekarang juga!" raung pria itu marah.
Aku mendengar suara tawa wanita itu dan langkah kakinya. "Tidak... aku rasa kau tidak ingin aku pergi," ujar wanita itu dengan nada menggoda.
"Aku serius, Rosie."
"Kenapa? Kau dulu tidak pernah menolakku. Kau yang dulu tidak akan berpikir dua kali sebelum mendorongku ke sofa dan menyetubuhiku di sana hingga kita berdua tak sanggup lagi melakukan apa-apa. Apa semboyanmu dulu... oh ya, fuck first, ask questions later."
"Pergi!"
Lagi-lagi wanita itu tertawa menggoda.
"Ayolah, Dale. Mana mungkin kau lupa? Betapa luar biasanya kita. Kita pasangan sempurna di ranjang, Baby. Aku tahu kau masih mengingatnya."
"Well, aku sudah berubah," jawab pria itu dengan nada tegang. "Aku berubah, oke?!"
Wanita itu lalu tertawa mengejek.
"Dale, orang tidak pernah berubah. Kau tidak, aku juga tidak. Akuilah itu, kita sama-sama makhluk kotor yang menjijikkan, yang tidak akan pernah berhenti menyalurkan hasratnya, hmm?"
Aku jijik mendengarnya, tapi masih memaksa diriku untuk terus mendengarkan.
"Jangan berani-beraninya kau membandingkan aku dengan dirimu, kita sama sekali tidak mirip!" bentak Dale lagi dengan kasar.
"Tidak usah berpura-pura di hadapanku. Aku tahu siapa kau, Dale."
"Kau sudah selesai? Aku bilang pergi dari sini sekarang juga!"
Suara Dale kini bergetar penuh amarah.
"Tidak, aku tidak akan pergi," ujar wanita itu, masih dengan suara tenang yang terdengar makin menyebalkan.
Aku lalu menangkap suara langkah kaki dan erangan dari Rosie.
"Ya, seperti itu," ujar wanita itu serak. "Aku suka bila kau berlaku kasar, Dale Sayang."
Apa-apaan? Apa yang sedang mereka lakukan? Aku kini mulai mencoba untuk mengintip melalui celah pintu tanpa tidak bisa melihat apapun kecuali belakang tubuh pria itu.
"Pergi!"
Aku mendengar kembali bentakan pria itu.
"Hati-hati dengan temperamenmu, Dale. Kau tidak ingin melakukan sesuatu yang akan kau sesali nantinya," ancam wanita itu dengan nada sehalus mungkin.
"Kalau begitu, kenakan pakaianmu dan keluar dari penthouse-ku... atau aku tidak akan segan-segan..."
Wanita itu segera memotong dengan cepat. "Atau kau akan apa? Kau lupa apa yang aku ketahui?"
Aku kini praktis menempelkan telingaku ke celah pintu untuk mendengarkan apa yang akan dikatakan oleh wanita itu selanjutnya. Apa? Apa yang dia ketahui tentang Dale? Tapi sebelum aku sempat mendengarkan apapun, pintu kamar tersentak membuka dan aku nyaris tersandung dan jatuh terguling keluar. Sambil menyeimbangkan diri, aku mendongak dan menatap Dale yang syukurnya mengenakan jubah kamar, tapi Rosie Swift hanya mengenakan pakaian dalam. What the hell?
"Oh, Dale! Kau anak nakal! Kenapa kau tidak bilang kalau kau memiliki mainan kecil yang menghiburmu malam ini? Dan kupikir kau masih selibat."
Mainan pria itu? Jadi menurut wanita itu, aku hanyalah mainan pria itu?
Memangnya dia salah?
Aku mereguk ludah. Benci dengan pemikiranku sendiri. Tapi wanita itu tidak salah, bukan? Aku memang mainan pria itu. Tapi mendengar wanita itu berkata demikian membuatku merasa jijik dan marah pada diriku sendiri. Mataku beralih dari wanita itu dan menatap Dale. Aku tidak nyaman berada di situasi aneh seperti ini, dengan Dale dan wanita yang sepertinya pernah dan masih berhubungan dengan pria itu. Aku merasa mual.
"Aku... kurasa aku pulang saja," ucapku kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scandalous Love with Professor - Skandal Cinta dengan Sang Profesor
RomanceAdult romance 21+ Forbidden romance Skandal cinta antara mahasiswi dengan profesor.