Bab 15

2K 200 2
                                    

MENGANDUNG ADEGAN 21+

Happy reading, semoga suka.

Yang mau baca versi lebih lengkap dan fast update, silakan ke Karyakarsa. Bab 53-54 mengandung adegan 21+ ya

 Bab 53-54 mengandung adegan 21+ ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luv,

Carmen

_____________________________________________________________________

Kami berpisah ketika keluar dari kelas untuk menuju mobil masing-masing. Tapi kami sudah sepakat bahwa pria itu akan mengikutiku pulang sehingga aku bisa berkemas lalu kami akan menginap di penthousenya malam ini. Lalu aku masuk ke mobilnya dan pria itu menyetir ke Brasserie dan langsung naik hingga ke lantai teratas.

"Kita akan parkir di rooftop?"

"Sebenarnya itu adalah akses paling cepat ke penthouse dan tempat parkir ini hanya dikhususkan untuk pemilik penthouse," jelas pria itu sambil memarkirkan mobilnya, lalu meraih tasku dan kami keluar bersama.

Kami turun dengan elevator untuk menuju lantai penthouse. Saat pintu elevator membuka, pria itu kembali menggiringku ke lorong bermarmer yang sama. Di tengah lorong terdapat sebuah pahatan logam besar yang dipelintir dan dibentuk sehingga menyerupai sebuah pohon.

"Ada apa?" tanyanya saat aku memelankan langkah.

"Ini... bentuknya sangat indah."

"Oh itu, aku juga punya satu, ukurannya lebih kecil, di dekat lampu tidurku semalam. Itu dipahat oleh artis yang sama. Kau mungkin melihatnya tadi malam."

Aku tertawa gugup lalu menggeleng. "Kurasa... kurasa aku terlalu gugup hingga tidak memperhatikan banyak detail. Aku... kupikir kau tidak suka wanita bermalam di tempatmu."

"Aku tidak pernah membawa pulang seorang wanita. Aku biasanya akan menginap di tempat mereka atau membawa mereka ke apartemen lama kakak lelakiku," jelasnya.

"Tapi kau membawaku ke sini?" tanyaku heran.

"Kau berbeda, Lana. Lagipula, aku menginginkan lebih dari satu malam bersamamu."

Tangan pria itu mengelus wajahku saat dia menunduk untuk menciumku. Setelahnya kami terburu-buru masuk ke dalam penthouse pria itu. Dia berusaha menunjukkan bagian-bagian d dalam penthousenya tapi aku terlalu bergairah untuk bisa fokus. Kami lalu masuk ke dalam kamarnya dan pria itu membawaku ke kamar mandi. Dia dengan cepat melepaskan pakaianku dan aku melakukan hal yang sama padanya. Lalu kami mandi bersama. Tubuhku berubah hidup di bawah sentuhan pria itu tapi ketika aku mencoba untuk meraih kekerasannya, dia menghentikanku.

"Aku menginginkanmu," protesku.

"Di ranjang, tidak di sini," ucapnya lalu dengan cepat kembali mandi. Begitu juga aku. Setelahnya pria itu mengeringkan tubuh kami dan membawaku ke ranjangnya. Dia membaringkanku di tengah ranjang dan melebarkan kedua pahaku.

"Aku sudah memimpikan ini sepanjang hari, Lana," bisiknya saat dia menciumi kedua pahaku.

"Aku... aku juga."

"Apakah aku yang pertama melakukan ini padamu?"

Aku terkesiap saat merasakan lidah pria itu kembali menjilat tengah tubuhku.

"Oh... ya!" desahku.

"Sebut namaku," tuntut pria itu lalu kembali menelusuri tubuh bawahku dengan lidahnya.

"Oh, Dale! Please!"

Itu saja yang dibutuhkan pria itu sebelum dia membenamkan wajahnya lebih dalam.

Aku tidak bisa menggambarkan perasaanku hanya saja rasanya bumi bergetar karena besarnya nikmat yang diberikan pria itu. Saat aku meledak dalam nikmat, pria itu pelan-pelan mencium tubuhku hingga ke atas. Aku bisa merasakan bibir hangatnya di perutku, lalu dadaku kemudian bibirku.

Tak lama, Dale memposisikan dirinya dan dalam hitungan menit, dia sudah membawaku menuju klimaks lagi. Setelahnya, pria itu menarikku ke dalam dekapannya.

"Aku..." Aku berhenti, bimbang.

"Apa?" tanyanya.

Aku menggeleng. "Tidak, tidak ada apa-apa," jawabku cepat.

"Beritahu aku," desak pria itu.

"Aku... maksudku aku tidak tahu kalau seks... seks bisa begitu menyenangkan dan nikmat. Saat pertamaku... it was horrible," ucapku berterus terang.

"Aku senang kau merasa demikian denganku." Lalu dia terkekeh.

"You ass," ucapku sambil pura-pura memukul bahunya.

"Saat pertamaku ketika aku berusia 16 tahun. Aku... itu bukan juga bukan pengalaman yang bisa kubanggakan. Segalanya selesai terlalu cepat. Bagaimana denganmu, Lana?"

"Classis tale of prom night. Aku hanya pernah bertemu dengan pasangan promku itu satu atau dua kali sebelum dia mengajakku sebagai pasangan prom-nya dan ketika dia memintaku untuk pergi ke hotel bersamanya... aku... saat itu kupikir... aku tidak ingin pergi ke college masih sebagai perawan jadi... jadi aku menyetujuinya. Dan pengalaman pertamaku... sangat mengerikan. Setelahnya aku menangis dan menyesalinya. Dan itulah satu-satunya pengalamanku, kupikir jika seks semengerikan itu, aku tidak benar-benar menginginkannya lagi," ucapku dengan jujur.

"Denganku... apakah kau menyesal?" tanya pria itu.

"Denganmu? Sama sekali berbeda. Kalau menyesal, aku tidak akan berada di sini lagi. Dan aku juga tahu aku tidak memiliki pengalaman seperti teman-teman kencanmu sebelumnya tapi kau..."

"Itu bukan hal penting bagiku," potongnya. "Yang paling penting adalah koneksi. Aku merasakan itu denganmu."

Pria itu lalu merapatkan dan menciumku. Aku tidak berharap kalau hubungan kami akan menjadi seperti ini tapi aku tidak menyesalinya. Aku masih punya jutaan pertanyaan tentang hubungan yang kami miliki ini tapi itu bisa menunggu. Ada begitu banyak rumor tentang pria itu yang sempat membuatku bingung dan masih membuatku bingung, tapi semua itu juga masih bisa menunggu hingga esok tiba. Saat ini, aku hanya ingin merasakan pelukan pria itu, ciumannya, kedekatan kami...

Scandalous Love with Professor - Skandal Cinta dengan Sang ProfesorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang