Bab 20

1.7K 200 4
                                    

Mature Scene 21+


Happy reading, semoga suka.

Full version bisa dibaca di Karyakarsa dan Playstore, bab per bab bisa didapatkan di Karyakarsa.

Full version bisa dibaca di Karyakarsa dan Playstore, bab per bab bisa didapatkan di Karyakarsa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luv,

Carmen

_____________________________________________________________________________

Setelah makan siang, aku membereskan piring kotor kami dan seperti sebelumnya, pria itu berdiri di belakangku sementara aku sibuk mencuci piring.

"Um... Dale... please... can we just talk?" bisikku saat bibirnya mulai menggangguku.

"Nanti," gerungnya sementara dia mulai melepaskan pakaianku.

Aku lagi-lagi menyerah dan entah bagaimana, kami berakhir dengan berbaring di atas lantai dapur.

"Lana," erang pria itu.

Suara pria itu, nadanya, dia seolah memohon agar aku menjawab gairahnya. Mataku, tubuhku dan aku percaya bahkan jiwaku juga menjawab panggilan itu. Saat aku menatap ke dalam matanya, aku merasa hatiku meleleh. Aku bertanya-tanya apakah pria itu merasakan hal yang sama seperti aku, apakah hatinya meleleh dan bergetar ketika menatapku saat ini?

Di dalam hatiku, aku ingin sekali percaya bahwa apa yang kami miliki ini adalah lebih dari sekadar seks, tapi entah kenapa aku sulit sekali menepis pikiran bahwa sebenarnya aku tidak lebih dari seorang wanita yang menghangatkan ranjangnya – dan lantai dapurnya, saat ini. Pria itu lalu bangun dan menggendongku dan membawaku kembali ke tempat tidur.

Satu lagi hal yang kuperhatikan bahwa pria itu selalu mengendalikan semuanya dan memberiku perintah seperti seorang sersan. Berbalik! Diam! Tatap aku! Terkadang, pria itu bahkan memberiku perintah kapan aku harus meraih klimaks dan seperti orang tolol, aku sadar bahwa aku selalu mematuhinya. Alih-alih menjadi kekasih pria itu yang setara dan selevel, aku merasa lebih seperti gundik pria itu yang hanya bertugas memuaskan nafsunya.

Dan demi mengembalikan kesetaraan hubungan di antara kami, aku akhirnya berhasil membuat pria itu berbaring telentang dan aku naik ke atasnya. Dale tampak sedikit terkejut ketika melihat aku memutuskan untuk mengambil kendali permainan. Aku lalu mulai menungganginya dengan pelan, bergerak pelan untuk menyiksanya sebelum meningkatkan irama gerakanku.

"Oh ya, seperti itu, Lana... seperti itu... take me hard, Baby!" desaknya sementara aku terus menggerakkan tubuhku.

"Ride me!"

Kami bergerak bersama, aku bergerak naik dan turun dan pria itu mengikuti irama gerakanku. Aku tahu bahwa klimaksku sudah dekat tapi aku bertahan karena aku ingin pria itu yang terlebih dulu lepas kendali. 

Kali ini, akulah yang menerikakkan perintah itu, mengambil kendali yang selama ini berada di tangan pria itu.

"That's it, Baby, that's it, give it to me!"

Dan pria itu meraih klimaks dengan hebat dan aku dengan cepat menyusul setelahnya. Aku lalu terjatuh di atas dadanya, masih mengerang puas sekeras dirinya dan mencoba menenangkan napasku. Aku lalu bangun dengan pelan, tapi pria itu menahan belakang leherku dan menarikku turun lalu menciumiku dengan dalam. .

"Umm..." Aku mengerang saat bibirnya mencoba menguasaiku.

Lalu pria itu menjauhkan bibir kami dan menatapku dengan senyum puas. "Kurasa ini adalah posisi favoritku yang baru."

"Benarkah?" ujarku sambil menegakkan tubuh dan menunduk untuk menatapnya.

"Menatapmu mencapai klimaks sementara kau menunggangiku, it's so hot."

Aku terkekeh keras. "Dasar pria mesum," godaku.

"Hanya denganmu."

Aku pura-pura mendengus lalu berguling menjauh dari tubuh pria itu. Tubuhku terasa begitu tegang dan sakit tapi terpuaskan. Kami berbaring sejenak beberapa lama. Tadinya aku ingin berbincang dengannya, mengorek pendapatnya tentang hubungan kami yang sebenarnya tapi ternyata aku malah tertidur kelelahan. Entah berapa lama sebelum aku terbangun karena usapan di punggungku.

"Saatnya kembali ke peradaban, Penggoda Kecilku," bisiknya pada telingaku.

Aku mendesah dan bergerak menjauh dari pelukannya. Begitu bangun, aku langsung berjalan menuju kamar mandi dan Dale mengikutiku cepat dari belakang. Pria itu lalu dengan cepat mengambil sabun dan mulai menyabuniku, membersihkan sekaligus memijat otot-ototku yang lelah. Aku mengerang senang karena merasakan tubuhku kembali rileks. Setelah selesai, pria itu membersihkan sisa-sisa sabun dari tubuhku dengan air.

"Oke, kau sudah selesai," bisiknya di telingaku dan aku bergetar.

"Tapi bagaimana denganmu?" tanyaku sambil berbalik menatapnya. Dan saat melihatnya mengeras, aku cukup terkejut.

"Jika kau tidak meninggalkan ruangan shower ini sekarang, aku pasti akan mendorongmu ke dinding dan menyetubuhimu hingga kita berdua hancur dan aku tak akan peduli lagi jika kau sakit dan tegang," geramnya. "Karena aku menginginkanmu hingga rasanya hampir gila, Lana."

Mendengar kata-kata itu, bohong bila aku berkata aku tidak terangsang. Tapi aku juga sadar bahwa tubuh bawahku tak akan bisa menampungnya sekarang. I was too sore down there. Tapi bukan berarti aku tidak bisa memuaskannya dengan cara lain.

Tanganku naik untuk membelai tubuhnya tapi pria itu mencoba untuk menghindar. "Lana, apa yang kau lakukan?" tanya pria itu kaget.

"Taking care of you," bisikku sebelum menempelkan bibirku padanya dan menciuminya.

Saat selesai  memuaskannya, aku berdiri lagi dan mencium pria itu sekilas sebelum berjalan keluar dari ruangan shower.


"Kau mau ke mana?" tanyanya cepat.


"Bersiap-siap. Aku harus mengambil mobilku dan kembali ke kampus," ujarku.

"Oh ya, benar, ya ampun, bagaimana mungkin aku bisa lupa? Aku akan bersiap-siap," ujarnya lalu ikut keluar dari kamar mandi dan mulai berpakaian.

Dan entah kenapa, saat melihat pria itu, aku merasakan sakit yang tidak ada hubungannya dengan tubuhku, tapi hatiku...

Scandalous Love with Professor - Skandal Cinta dengan Sang ProfesorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang