Puisi hukuman

6 2 2
                                    

Saat jam pelajaran pertama berakhir, Pak Syarif datang ke lapangan menghampiri Elvano dan yang lain yang tengah dihukum.

"Gimana? enak gak di jemur?" tanya pak Syarif.

"Wah kering pak!!" jawab Reza.

"Makanya jangan buat masalah!!! masih pada mau berantem gak?" tanya pak Syarif dengan tegas.

"Enggak pak!!" serentak Mereka semua menjawab.

"Yaudah.. kalo kalian berantem lagi!! bapak tambahin hukumannya!!" tegas pak Syarif.

Mereka pun kembali ke kelas masing-masing. Elvano, Reza dan Harris yang satu kelas, bergegas masuk ke kelasnya. Begitu juga Anthony, Nino dan Andre yang satu kelas.

Saat Elvano, Reza dan Harris masuk ke kelas, didalam kelas sudah ada ibu guru jam pelajaran kedua.

"Wah ini jagoan-jagoan kita.. gimana? udah mateng belom dijemur?" tanya bu guru.

"Ya lumayan bu.." Jawab Reza.

"Sini kalian!! berdiri didepan jangan dulu duduk!" ucap guru tersebut.

Elvano dan yang lain pun berdiri didepan, dan menghadap ke semua siswa didalam kelas.

"Ibu kan ngajar bahasa Indonesia.. yang bisa bikin puisi spontan boleh duduk!!" ucap bu guru.

"Yuk siapa yang mau duluan?" tambah Bu guru.

Mereka sejenak terdiam, Lalu Elvano mengangkat tangannya.

"Saya bu.." ucap Elvano seraya mengangkat tangannya.

"Yaudah coba Vano!" tutur Bu guru.

Elvano menatap Reina dan terdiam sejenak.

"Judul puisinya jalan pulang Bu..

Sepi.. kosong dan sunyi..
Ku temui rumah yang tanpa penghuni..
masih terukir jejak penghuni terdahulu..
Namun ku hanya perlu merenovasimu..

Ku singgah saat terluka..
Dirumah yang terporak-poranda..
Namun ku pergi.. tak menetap..
hingga memastikan aku bisa memilikinya..

karya Elvano bhagaskara" ucap Elvano yang menyampaikan puisi yang Ia buat spontan seraya menatap Reina.

"Bagus.. keren puisinya!! kasih tepuk tangannya dong!" ujar bu guru.

Serentak semua siswa-siswi dalam kelas itu bertepuk tangan.

"Kamu boleh duduk Vano.." ucap Bu guru.

"El bu.. bukan Vano.." ucap Reza.

"Elvano kan? Vano aja gak komentar.. kenapa kamu sewot? tanya Bu guru.

"Iya bu iya.." jawab Reza seraya menggaruk kepalanya.

"Saya bu sekarang.." ucap Harris.

"Silahkan!" ucap Bu guru.

"Judul puisinya mengagumi..

Ku mengaguminya..
Selalu jadi perhatian semesta..
Kuingin mengabdi padanya..
Berjuang disisinya..

Ku ingin seperti dia..
semua orang senang dekat dengannya..
Mengagumi.. jujur merepotkan..
Tapi itu menyenangkan..

Karya Harris Casanova.." ucap Harris yang menyampaikan puisinya.

"Bagus.. mana tepuk tangannya?" ujar Bu guru.

Serentak semua siswa-siswi bertepuk tangan lagi.

"Kamu boleh duduk Harris!!" ucap Bu guru.

"Makasih bu.." ucap Harris dan langsung bergegas duduk di tempat duduknya.

"Samsul.. sekarang kamu!!" ucap Bu guru.

"Reza bu.." ketus Reza.

"Iya Reza samsul!!" ucap bu guru.

"Judulnya santap siang.." ucap Reza.

"Apaan puisi judulnya santap siang?" tanya Bu guru yang heran mendengar judul puisi Reza.

Semua siswa-siswi tertawa, Elvano pun tertawa mendengarnya.

"Denger dulu Bu.. judulnya santap siang!

Lapar..
Ku ingin memakan telur dadar!
Oh lapar..
Aku sudah tak sabar..

Ku ingin makan..
Santap siang dengan nasi buatan kang maman..
somay kamu tak aman..
bersiap masuk perut dengan nyaman..

karya Reza tampan!!" ucap Reza yang menyerukan puisinya dengan sangat ekspresif.

Siswa-siswi dalam kelas itu tertawa terbahak-bahak mendengar puisi dari Reza.

"Hadeh kamu mah curhat!!" tutur bu guru seraya menggelengkan kepalanya.

"Puisi kan ungkapan hati bu!!" ucap Reza.

Serentak semua tertawa lagi, Reza langsung duduk dan Bu guru tak mampu berkata-kata. Ia hanya tertawa dan menggelengkan kepalanya, mendengar puisi yang unik dari Reza.

*TO BE CONTINUED*

ELTHONNA : Kisah Elvano, Anthony dan Reina.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang