[05] Kita Berbeda

644 81 33
                                    

MOHON BACA DESKRIPSI DULU!

Selamat Hari Raya Idul Fitri. Minal aidin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin ya 🙏🏻
Telat dikit ga ngaruh, mari kita intip sedikit kehidupan sopgen lagi, selamat membaca!

! Mohon bijak dalam komentar 🙏

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Sudah satu bulan lebih berlalu.


Kedua saudara baru ini pun menjalani kehidupan dengan biasa saja walau ada kagetnya dikit. Mereka mengalami culture shock satu sama lain, mau contohnya?


Saat mereka berbelanja kebutuhan rumah. Gentar terus-terusan mengelus dada karena Sopan yang asal ambil barang tanpa melihat harga, kadang gemas dengan tingkah adik satunya itu, ia sampai menampik tangan Sopan untuk sekedar memastikan harganya. Tak tanggung-tanggung mulutnya juga nyerocos untuk tidak boros dan mengambil opsi seperlunya saja.


Sopan yang mendapat ceramah dadakan hanya bingung karena mereka sebelumnya sudah diberi uang yang cukup lebih untuk apa yang akan dibeli. Jadi, ia merasa tak khawatir soal harga, lagi pula ia juga membawa rekening milik bundanya.


Saat sampai kasir ia pun tetap dapat pelototan dari kakaknya setelah mendengar nominal yang disebut oleh kasir.


Ada pula yang lain, sekarang ganti Sopan yang terperangah melihat Gentar yang melompati sang Ayah yang baru pulang kerja, walau begitu beliau tetap menangkap putranya dan menggendong bagai koala sambil menanyakan bagaimana harinya. Sopan sendiri tak luput mendapat pertanyaan dan juga elusan pada surai halusnya.


Melihat ke akrab-an mereka membuatnya senang sekaligus iri, ia tak pernah diperlakukan seperti itu. Bundanya sudah pusing duluan setiap dia membuka mulut untuk menceritakan harinya ditambah berkas yang selalu menempel di tangan yang terbawa kian kemari, membuatnya sungkan untuk bercerita.


Semakin lama, semakin terlihat betapa jomplang nya kehidupan Sopan dan Gentar ini. Gentar yang sederhana namun merasa cukup. Sopan yang sempurna tapi selalu kurang. Apakah ini pertanda dia serakah? Oh tidak, tidak, seorang Sopan tidak mungkin serakah, dia cuma penasaran akan yang dirasakan orang lain saja.


Seperti yang sekarang ia perbuat; memasak, tidak sekacau itu ia tidak bisa memasak. Hanya saja Sopan selalu bergantung dengan bumbu instan dan juga cara memproses bahan-bahan menggunakan alat yang terkadang malah membuat ekspetasinya gagal. Maka dari itu kali ini ia mencoba hal sederhana yang dilakukan secara manual; memotong bawang merah menggunakan talenan dan pisau, bukan parut otomatis lagi.


Oh tuhan ini menyiksa, bagaimana seseorang bisa tahan akan rasa panas pada jemari dan juga mata yang pedas? Padahal setiap Gentar masak, dia terlihat enjoy dan senang, tak ayal menggumamkan lagu sambil bergoyang sana-sini sampai menyenggol sesuatu, walau pada akhirnya tetap selamat berkat refleknya.


 ✧ Gentar & Sopan ✧ [OG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang